[01-01-2020] One Day Trip To Pasuruan - Wisata Ziarah Makam Wali Di Pasuruan

07:24


[01-01-2020] One Day Trip To Pasuruan - Wisata Ziarah Makam Wali Di Pasuruan



Rencana perjalanan yang di acc di awal tahun 2020 adalah ke Pasuruan. Padahal rencananya ke Kediri dulu. Alhamdulillah. Ikuti saja rencana-Nya.

Selamat tahun baru. Doa terbaik untuk kita semua di tahun baru ini. Semoga kita dikaruniai kesehatan dan kebahagiaan, semakin sukses, tercapai semua harapan dan resolusi. Yang pasti menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat dari tahun kemarin. Aamiin....

Malam tahun baru ngapain? Tidur setahun. Hehehe. Karena memang tanggal 01 Januari 2020 ada rencana perjalanan ke Pasuruan, jadi malam tahun barunya dihabiskan dengan tidur saja. Kebetulan tidak ada acara ngumpul-ngumpul juga di markas Sarang Clover, jadi tidur setahun aja. Padahal ndak hujan lho! Saking lelapnya, saya nggak kebangun sama sekali. Bahkan saat rame pesta kembang api di malam pergantian tahun, saya lelap. Nggak kebangun. Alhamdulillah.

Sebenarnya setelah perjalanan ke Blitar tahun lalu, rencana berikutnya adalah ke Kediri. Ndilalah kersane Gusti Allah diberangkatkan ke Pasuruan dulu. Alhamdulillah syukuri dan ikuti saja rencana-Nya.


Bismillah. Perjalanan dimulai pada pukul... saya lupa tepatnya. Kira-kira pukul setengah tujuh pagi perjalanan dimulai. Jalanan lenggang banget. Mungkin masih pada tidur sehabis pesta semalam suntuk. Jadi perjalanan lancar jaya.

Karena rencananya emang mau makan jalan, jadi berangkat sengaja nggak sarapan. Tapi, rencana ini sedikit mendapat ujian karena warung incaran ternyata tutup. Lanjut ke warung incaran berikutnya malah belum buka. Ya ampun! Di tengah jalan sambil cari warung buat sarapan, Bapak melihat satu warung yang sudah buka.

Sebenarnya perjalanan kami tidak terlalu pagi andai bukan di hari libur. Karena hari libur dan kebetulan libur tahun baru, jadi jalan sepi dan banyak warung tutup. Yang biasanya buka pagi masih pada tutup. Putar balik lah mobilnya dan berhenti di Depot Pagi Spesial Rawon yang berlokasi di Jalan Asri Katon, Pakis. Alhamdulillah. Bahaya kalau saya kelaparan. Hehehe.



Ibu segera memesan rawon sesuai jumlah anggota beserta minumnya. Harga rawonnya menurut saya murah. Rp. 20.000,- aja. Tambah tempe goreng jadi Rp. 21.000,- per porsi. Murah ya. Tempenya gede banget. Gurih dan asin. Disajikan anget-anget pula.


Nah, rawonnya sendiri disajikan panas. Enak banget. Bumbunya kerasa. Dagingnya juga banyak. Daging dari kuah, bukan dendeng atau empal ya. Dagingnya empuk.
Kalau untuk minumannya harganya standar. Teh sama kopi Rp. 3.000,- saja. Murah ya.

Yang saya suka, selain rasanya yang enak dan pelayanan yang ramah adalah tersedia toilet. Itu surga banget bagi kaum beser seperti saya. Hehehe. Disediakan mushola juga. Jadi komplit. Toiletnya bersih. Hanya saja tidak disediakan tempat sampah untuk membuang tisu. Tapi, nggak masalah karena di luar ada tempat sampah.

Perut kenyang, perjalanan pun dilanjut. Tanpa lewat tol, jalannnya lenggang. Lancar jaya, tanpa hambatan. Saya terkagum-kagum karena banyaknya perubahan bangunan di sepanjang jalan. Sudah berapa puluh tahun saya tidak keluar. Hehehe.

Masuk Pasuruan pun lumayan lancar. Alhamdulillah nyampai tujuan pertama yaitu rumah ibu mertuanya kakak sulung saya dengan selamat. Bangunan rumah di kawasan ini tuh bikin saya apa ya, terpesona. Tinggi-tinggi. Setelah tanya, ternyata sengaja ditinggikan karena daerah tersebut langganan banjir kalau musim hujan. Pantesan pada tinggi-tinggi.

Nyampek Pasuruan dijamu, makan lagi. Makanan rumahan ala Pasuruan. Alhamdulillah makan lagi. Hehehe. Walau sama-sama sambel goreng dan nasi empok, tapi rasanya beda sama sambel goreng dan nasi empok di tempat tinggal saya. Seje deso mowo coro. Beda desa beda tata cara, demikian juga dengan tata cara memasak. Bumbunya beda, cara masaknya pun beda.



Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama adalah Makam Mbah Semendi di Winongan. Mengutip dari Google, lokasi tepatnya berada di Jl. Raya Bandaran No.2, Bandaran, Winongan Lor, Winongan, Pasuruan, Jawa Timur 67182.


Lokasi makam masuk gang, tapi tidak terlalu jauh dan langsung njujug, di tengah area kampung. Gampang dijangkau. Area parkir juga luas. Ada area untuk mobil dan motor. Di sekitar makam juga ada penjual makanan, jadi kalau ziarah terus lapar bisa duduk-duduk makan di warung warga. Sayangnya saya tidak mampir ke salah satu warung, jadi tidak bisa memberi informasi tentang harga makanan.



Di makam Mbah Sholeh Semendi ini area ziarah untuk laki-laki dan perempuan dibedakan. Ada tulisannya, jadi tolong patuhi ya! Aturan dibuat tentu dengan sebuah alasan. Saya jengkel waktu melihat seorang peziarah wanita dengan santainya masuk di area tempat ziarah untuk laki-laki. Padahal jelas-jelas ditulis untuk laki-laki. Sebagai satu-satunya peziarah wanita, tampaknya dia nyaman-nyaman saja. Saya berpikir positif saja, mungkin wanita itu tidak bisa baca.


Banyak cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Pasuruan sendiri bahwa banyak orang sakit yang mendapat kesembuhan setelah dibawa berziarah ke makam Mbah Semendi. Ternyata memang ada air yang asalnya dari sumur yang sering diambil dan digunakan untuk pengobatan. Ada juru kunci yang siap membantu.


Aturannya satu botol untuk satu nama. Botol ada yang jual. Satu botol kosong ukuran 1.5 liter seharga seribu rupiah. Murah ya. Nah, nanti sama juru kuncinya dibantu, satu botol satu nama untuk tawassul.

Kesembuhan memang datangnya dari Allah SWT ya. Siapa tahu perantaranya memang melalui air sumber yang berada di makam Mbah Semendi. Jadi kalau ziarah ke makam Mbah Semendi, silahkan kalau mau membawa air untuk obat.

Walau lokasinya mudah dijangkau, suasana di makam sangat tenang. Ketika saya berkunjung tidak ramai. Tapi, katanya di malam-malam atau hari tertentu ramai pengunjung. Tidak ada absen tamu. Kalau mau memberi sumbangan bisa langsung dimasukan pada kotak-kotak amal yang sudah disediakan. Tapi, jujur saya tidak menemukan kotak amal di area ziarah wanita.

Ke kamar mandi tidak dipungut biaya alias gratis. Untuk parkir mobil seharga Rp. 5.000,-

Sekilas tentang Mbah Sholeh Semendi, beliau adalah seorang tokoh sejarah yang memperkenalkan islam di daerah Lekok, Winongan, juga beberapa daerah lain di Kabupaten Pasuruan.


Perjalanan berikutnya adalah menuju Segoropuro. Lokasinya mengutip dari Google berada di Krajan, Segoropuro, Kecamatan Rejoso, Pasuruan, Jawa Timur 67181.



Dalam perjalanan, Kakak Ipar mendadak lupa jalan menuju makam. Sebelumnya juga sempat lupa hingga kami harus putar balik untuk sampai di makam Mbah Semendi. Katanya, udah kelewatan. Mau nanya orang, akhirnya sepakat nanya Google alias menggunakan Google map. Kebetulan saya yang dipercaya memegang peta seperti saat perjalanan ke Candi Penataran, Blitar.

Kata Google map kurang maju sebelas menit lalu belok kiri. Kami manut dan Google map membawa kami ke area persawahan yang jalannya hanya cukup dilalui satu mobil saja. Tidak curiga sama sekali dan Google terus menuntun kami. Mulai merasa aneh ketika akan mencapai kampung, ada dua motor yang berpapasan dengan mobil kami. Kedua pengendaranya tampak terkejut melihat mobil kami tiba-tiba nongol. Dari sana saya mulai curiga, kayaknya nggal beres nih.

Jalan di tengah kampung itu ngepres. Cukup satu mobil tapi ngepres banget. Karena jalannya membelok, kami kesulitan untuk melanjutkan perjalanan. Untung ada satu pengendara motor yang berbaik hati membantu kami dengan memberi aba-aba.
Melihat tingkungan di depan yang sepertinya semakin sempit, saya semakin khawatir. Gimana kalau mobil ini nggak bisa keluar dari gang ini?

Benar sekali! Tikungan terakhir ini tantangan banget! Orang-orang kampung sampai keluar untuk membantu. Mereka pada heran, kenapa mobil kami bisa ada di sana. Setelah menjelaskan jika kami bertujuan ke makam Segoropuro dan memanfaatkan panduan Google, barulah mereka kompak berkomentar, "Wah kesasar sampean!"

Rasanya pengen nangis. Karena mobil kami berhenti di tengah-tengah tikungan, di tengah kampung padat penduduk, dan menjadi tontonan di tengah hari yang mendung. Andai bisa pengen saya terbangkan saja mobilnya.

Setelah usaha keras yang membuat kami yang berada di dalam mobil menahan napas, alhamdulillah mobil bisa melewati tikungan sempit itu atas bantuan aba-aba dari warga. Hasilnya, bagian depan kanan mobil beset. Terima kasih, Google map! Walau nggak bikin kami celaka, kejutannya luar biasa sekali! Kami tahu jika mobil mengalami cidera saat sampai di area parkir makam Segoropuro.


Dibanding makam Mbah Semendi, penataan di makam Segoropuro lebih teratur. Area parkir luas dengan penjual makanan dan oleh-oleh di sekitarnya. Ada penjual mainan, cemilan, minuman, dan makanan. Oya, saya sempat nanya makanan khas Pasuruan apa. Pengen nyoba gitu ceritanya. Ternyata ikonnya adalah Kupang Kraton. Kupang! Mana berani saya. Heuheuheu.

Di Segoropuro ini ada tiga makam. Sebelum masuk area makam ada masjid megah. Tata bangunan yang mengingatkan saya pada Sendang, Lamongan. Jalan menuju lokasi makam cukup menanjak, tapi tidak terlalu. Makam pertama adalah makam Mbah Sayyid Arif.


Sama seperti di makam Mbah Semendi, di makam Mbah Sayyid Arif lokasi untuk peziarah wanita dan laki-laki dibedakan. Saya senang karena peziarah taat aturan.
Menurut informasi, Mbah Sayyid Arif adalah menantu dari Mbah Semendi yang ditugaskan untuk menyebarkan agama islam di Segoropuro. Beliau menetap di sana hingga akhir hayat.






Makam kedua yang berada di Segoropuro adalah makam Mbah Sayid Abdurrahman. Lalu, makam ketiga ada makam Mbah Kendil Wesi.




Katanya di kawasan makam Segoropuro ini ada gua yang konon digunakan sebagai tempat tirakat. Tapi, saya tidak tahu lokasi tepatnya di mana.

Di makam Mbah Sayyid Abdurrahman juga dibedakan untuk laki-laki dan perempuan. Kalau di Mbah Kendil Wesi seingat saya bebas.

Bagi kaum beser, toilet banya tersebar termasuk di dekat area makam. Bayarnya seikhlasnya. Di makam Segoropuro ini terus dilakukan pembangunan. Oya, sebelum masuk itu kita wajib mengisi buku absen. Lalu, membayar parkir untuk mobil sebesar Rp. 5.000,- Tidak ada tarif tiket masuk. Peziarah bisa membayar seikhlasnya. Bahkan, jika hanya membayar biaya parkir saja tidak apa-apa. Wanita diizinkan masuk masjid. Setahu saya begitu karena banyak wanita yang masuk masjid.

Salah satu mainan tradisional yang dijual di area parkir makam Segoropuro


Mbah Sayyid Arif Abdurrahim, Mbah Sayyid Abdurrahman, dan Mbah Kendil Wesi adalah trio penyebar agama islam di Madura dan Pasuruan.


Makam ketiga yang kami kunjungi adalah makam Mbah Hamid. Menurut saya beliau ini ikonnya Pasuruan. Kalau denger kata ziarah ke Pasuruan, orang pasti langsung menanggapi, ke makam Mbah Hamid ya?

Mengutip dari Google, lokasinya terletak di Jalan Kh. Wachid Hasyim No.104, Kebonsari, Panggungrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur 67116. Lokasinya di tengah kota. Dekat dengan Alun-alun Kota Pasuruan dan berada tepat di belakang bangunan megah Masjid Agung Al-Anwar.


Masjid Agung Al-Anwar merupakan bangunan bersejarah peninggalan Mbah Slagah. Usianya sudah lebih dari lima abad.
Wanita tidak boleh masuk masjid. Sepertinya begitu, karena ada mushola khusus wanita yang di bangun di sampaing masjid, di tepi jalan menuju makam.

Di makam pun harus mengisi buku absen dan tempat ziarah untuk wanita lagi-lagi dipisahkan. Wanita tidak bisa masuk ke lokasi makam Mbah Hamid.


Ada banyak makam selain makam Mbah Hamid. Katanya makam yang berada di dalam bangunan seperti rumah adalah makam para... apa ya kalau kita menyebutnya kaum ningratnya. Jadi mungkin ulama yang setara dengan Mbah Hamid.

Karena lokasi makam dekat dengan alun-alun, mobil pun kami parkir di aluna-alun dengan biaya parkir sebesar Rp. 5.000,-



Tak membuang kesempatan, kami pun mampir ke alun-alun untuk sejenak melepas lelah. Karena hari libur, alun-alun pun ramai pengunjung.




Kami kembali menuju Malang pada sore hari dan hujan mulai turun deras di tengah perjalanan. Kami pun jadi pengen ngemil. Hehehe. Karena Malang masih jauh, kami pun digiring mampir ke Bakso Cak Man Pdk yang lokasinya ada di Purwosari.




Dari piagam penghargaan yang banyak terpajang di tembok, Bakso Cak Man Pdk ini termasuk bakso legend. Katanya dulu merintis dari bakso tenda sampai akhirnya sukses punya warung bakso gede.

Harga seporsi tergantung permintaan pembeli. Pentolnya ada pentol kasar dan pentol alus isi telur puyuh. Untuk rangkaiannya ada goreng iso bakso. Mungkin karena kami ke sana udah sore jadi tidak ada mie, tahu, dan sejenisnya.





Kalau rasanya enak. Cuman saya kurang puas karena kurang banyak. Kekeke. Salah sendiri pesannya pasrah apa kata Mbak, nggak mau pesan sendiri.

Selain bakso, ada nasi goreng juga. Sayang waktu kami makan di sana, nasi gorengnya tidak ada. Untuk minuman ada banyak minuman botolan, ada jus, es buah, dan es teller juga. Es teller durian, tapi karena saya tidak suka durian, saya pesan es teller tanpa durian. Harganya Rp. 10.000,-



Selesai ngemil jalan (apa ini?!) perjalanan pun dilanjutkan dengan menjajal tol. Cieee! Ini kali kedua cobain jalan tol. Pertama ketika ziarah wali lima pada awal Desember tahun lalu.





Pemandangannya bagus! Ada jalan yang berbentuk lingkaran juga. Tahu-tahu udah nyampek Pakis. Hehehe.

Nyampek rumah magrib. Karena perjalanan lancar, jadi nggak terasa lelah sama sekali. Walau sempat ada tragedi dikerjain Google map. Untung sopirnya handal.

Untuk video bisa ditonton di sini




Demikian jurnal perjalanan pertama di tahun 2020. Mohon maaf jika ada salah kata atau salah informasi. Semoga bermanfaat dan have a nice trip my lovely shi-gUi!


Tempurung kura-kura, 04 Januari 2020.


You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews