Review Film Korea Voice of Silence 2020

16:42

 Voice of Silence



Jangan menilai seseorang dari penampilannya. Yang jahat belum tentu benar-benar jahat. Terkadang keadaan lah yang mendorong orang baik menjadi jahat.


• Judul:

   - Voice of Silence

   - Without a Sound

   - Sorido Eobsi

   - 소리도 없이

• Sutradara: Hong Ui-Jung

• Penulis: Hong Ui-Jung

• Tanggal rilis: 15 Oktober 2020

• Durasi: 99 menit

• Distributor: Acemaker Movie Works

• Bahasa: Korea

• Negara: Korea Selatan

• Pemeran:

   - Yoo Ah In

   - Yoo Jae Myung

   - Moon Seung A

   - Shin Tae Yang


Chang Bok (Yoo Jae Myung) dan Tae In (Yoo Ah In) bekerja sebagai penjual telur keliling. Namun, itu hanya kamuflase. Keduanya memiliki pekerjaan sampingan di sebuah organisasi kejahatan. Tugas keduanya adalah membersihkan sisa-sisa kejahatan yang ditinggalkan oleh para pelaku. Walau memiliki risiko besar, keduanya melakukan pekerjaan dengan profesional dan rapi. Suatu hari Chang Bok mendapat sebuah tugas dari ketua mereka. Tugas tersebut mempertemukan keduanya dengan Cho Hee (Moon Seung A), gadis berusia 11 tahun. Keesokan harinya ketua ditemukan tewas di dalam gedung eksekusi, Chang Bok dan Tae In harus membereskan mayatnya. Chang Bok dan Tae In pun terlibat dalam urusan rumit yang menyangkut Cho Hee.



Selain Pawn dan Call, salah satu film yang juga membuat saya penasaran adalah Voice of Silence. Yoo Ah In dan Park Shin Hye sama-sama terlibat dalam film #Alive yang juga rilis di tahun 2020. Kemudian Park Shin Hye membintangi Call dan Yoo Ah In terlibat dalam Voice of Silence. Selain karena pemeran utamanya adalah Yoo Ah In, sinopsis film-nya juga membuat saya tertarik untuk nonton.


Chang Bok (Yoo Jae Myung) memiliki usaha sebagai penjual telur keliling. Ia memiliki sebuah truk usang yang ia gunakan untuk berjualan telur keliling.



Dalam usahanya, Chang Bok dibantu Tae In (Yoo Ah In). Walau secara fisik Tae In terlihat sempurna, ia memiliki masalah tidak bisa berbicara dengan baik hingga membuatnya bisu.



Pekerjaan menjual telur hanya kamuflase bagi Chang Bok dan Tae In. Keduanya tergabung dalam sebuah organisasi kejahatan. Suatu ketika Chang Bok dan Tae In mendapat misi untuk menjemput korban. Keduanya tidak menduga jika korban adalah gadis berusia 11 tahun bernama Cho Hee (Moon Seung A). Kerumitan dimulai saat Chang Bok dan Tae In harus merawat Cho Hee sampai uang tebusan diberikan.



Saya pernah membaca novel terjemahan Korea dengan latar pekerjaan yang hampir sama dengan pekerjaan Chang Bok dan Tae Il ini. Saya lupa judulnya. Kalau nggak salah judulnya Yawning Is Delicious. CMIIW. Dalam novel itu ada pekerjaan yang berhubungan dengan organisasi kriminal yang tugasnya memalsukan pembunuhan menjadi seperti bunuh diri. Menghilangkan bukti-bukti yang ada agar pembunuhan tidak terungkap. Nah, pekerjaan Chang Bok dan Tae Il hampir sama. Keduanya bekerja untuk organisasi kriminal. Tugasnya adalah mempersiapkan dan membersihkan gedung eksekusi.



Jadi sebelum korban dipukuli, Chang Bok dan Tae in menyiapkan segalanya seperti menggantung korban dan melapisi lantai dengan plastik. Setelah korban dibawa ke dalam gedung eksekusi dan dipukuli sampai mati, Chang Bok dan Tae In harus membersihkan semuanya termasuk proses pemakaman mayat. Kalau dipikir-pikir ngeri juga, ada pekerjaan macem gini. Tapi nggak menutup kemungkinan di luar sana emang ada organisasi kejahatan macem di film ini. Mungkin beberapa kasus penculikan tidak bisa dibongkar ya karena rapinya organisasi atau jaringan kejahatan yang melakukannya. Semua sudah tersusun dengan rapi, seperti dalam film ini.


Karena di film ini karakter Tae In yang diperankan Yoo Ah In bisu, penonton lebih banyak disuguhi bagaimana ekspresi Tae In yang di awal sulit ditebak ini orang sebenarnya kayak gimana sih. Tae In menurut saja pada perintah Chang Bok. Walau Chang Bok dan Tae In perkerjaannya boleh dibilang keji, tapi keduanya aslinya baik. Mereka terlibat dalam organisasi mungkin karena keadaan. Cara Chang Bok ngomong ke Tae In pun nggak pernah kasar. Trus, kadang Chang Bok juga masih kikuk dalam menjalankan pekerjaannya.


Menggambarkan betapa rapinya organisasi kejahatan yang mungkin saja beneran ada di Korea sana. Seperti tempat penampungan sementara bagi korban anak-anak yang berupa kamar penuh dengan mainan. Para pelakunya pun sangat profesional. Awalnya saya pikir itu ruang kelas TK. Ternyata ruang sekap sementara untuk korban anak-anak.


Mungkin saja desa tempat gedung eksekusi dan penguburan mayat itu benar-benar ada. Desanya asri banget, tapi serem. Penduduknya masih amat sangat jarang sekali. Banyak lahan kosong nan hijau yang dijadikan Chang Bok dan Tae In untuk mengubur mayat-mayat korban yang harus mereka urus. Miris banget waktu nonton nasib Ketua. Hari sebelumnya dengan pongah ia menghajar korban sampai tewas. Bahkan ia bersikap sok di depan Tae In. Besoknya, dia sendiri yang dieksekusi di tempat itu dan berakhir diurus Chang Bok dan Tae In. Saking pengennya ama jasnya, Tae In ambil itu jas milik Ketua. Mungkin bagi Tae In keren aja penampilan cowok pakek jas. Btw, yang jadi Ketua lumayan tampan. Wkwkwk.


Karakter yang menurut saya adalah inti dari cerita di film ini adalah Cho Hee. Untuk anak 11 tahun karakter Cho Hee ini keren. Dia tahu dia diculik, tapi dia masih bisa tetap berpikir dingin. Ketika Chang Bok memintanya pergi bersama Tae In, dia terlihat tenang. Tapi ketika melihat Nenek, ia berusaha kabur dan meminta pertolongan pada Nenek. Sayangnya si Nenek mengira Cho Hee adalah adik perempuan Tae In. Saya sempet bingung, tapi kemudian di rumah Tae In emang beneran ada anak cewek yang umurnya lebih muda dari Cho Hee.



Saya pikir Cho Hee terkena Stockholm syndrome, karena ia terlihat biasa saja dan tenang melihat Chang Bok dan Tae In ngurus mayat. Bahkan ia membantu keduanya untuk mengubur mayat. Ternyata.... Cho Hee ini keren banget sih! Entah dia dididik dengan cara bagaimana hingga ia bisa begitu tenang walau udah tahu diculik dan kemungkinan ayahnya nggak akan nebus dia karena dia anak cewek. Dia berpikir karena di rumahnya ada adik laki-lakinya maka bisa saja orang tuanya enggan menebusnya. Jangan-jangan ada jiwa psikopat dalam diri Cho Hee. Xixixi. Efek habis nonton Call nonton film ini.


Walau terkesan dark, ada banyak momen hangat dan bahkan lucu yang disajikan dalam film ini. Sayangnya ending-nya membuat penonton termasuk saya kurang nyaman. Boleh dibilang ending-nya menggantung. Terserah penonton mau menyimpulkannya seperti apa.


Nggak ada orang yang lahir jahat. Terkadang keadaan lah yang membuat mereka seolah jahat. Yang berwajah malaikat belum tentu baik, dan orang yang terlibat dalam kejahatan belum tentu benar-benar jahat.



Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat dan selamat menonton.


Sumber poster dan foto: Hancinema



Tempurung kura-kura, 13 Desember 2020.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews