Mengenal Tradisi Rebo Wage, Kemis Kliwon, Jumat Legi
21:46
Mengenal Tradisi Rebo Wage, Kemis Kliwon, Jumat Legi
Walau menggunakan kalender umum atau kalender masehi, sebenarnya suku Jawa punya hitungan penanggalan sendiri lho! Sistim penanggalan tersebut biasa dikenal dengan kalender Jawa. Tradisi Boge Meswon digelar berdasarkan perhitungan kalender Jawa sebanyak satu kali dalam setiap bulan.
Welcome to my curious way!
Apa kabar shi-gUi? Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, diberi kelimpahan berkah berupa kesehatan dan kebahagiaan. Aamiin....
Dalam tulisan kali ini saya akan membahas tentang tradisi di tempat saya tinggal. Tradisi ini berlangsung satu kali dalam setiap bulannya. Tradisi apakah itu? Almarhumah Emak (nenek saya dari pihak bapak) menyebutnya Boge Meswon. Ada yang tahu itu apa? Kalau belum tahu, mari kita sama-sama cari tahu!
Walau menggunakan kalender umum atau kalender masehi, sebenarnya suku Jawa punya hitungan penanggalan sendiri lho! Sistim penanggalan tersebut biasa dikenal dengan kalender Jawa. Tradisi Boge Meswon digelar berdasarkan perhitungan kalender Jawa sebanyak satu kali dalam setiap bulan.
Itu kenapa kalender yang beredar di pulau Jawa tidak hanya berisi bulan, angka penanda tanggal, dan nama hari. Namun ada juga pasaran yang biasanya tertulis di bawah angka pada kalender. Hari dalam kalender Jawa sama dengan kalender masehi atau kalender islam yaitu terdiri dari tujuh hari. Bedanya, kalender Jawa memiliki lima hari pasaran yaitu Wage, Kliwon, Legi, Pahing, dan Pon.
Sedang untuk nama bulan mengadopsi dari nama bulan pada kalender islam yaitu
- Muharam = Suro
- Safar = Sapar
- Rabiulawal = Mulud
- Rabiulakhir = Bakda Mulud
- Jumadilawal = Jumadilawal
- Jumadilakhir = Jumadilakhir
- Rajab = Rejeb
- Syakban = Ruwah
- Ramadan = Poso
- Syawal = Syawal
- Zulkaidah = Selo
- Zulhijah = Besar
Untuk nama hari:
- Senin = Senen
- Selasa = Seloso
- Rabu = Rebo
- Kamis = Kemis
- Jumat = Jumat/Jumuwah
- Sabtu = Sabtu/Setu
- Minggu = Ahad/Ngaat
Seperti namanya, tradisi Rebo Wage, Kemis Kliwon, Jumat Legi jatuh pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat dengan pasaran Wage, Kliwon, dan Legi. Momen ini terjadi satu kali dalam setiap bulannya. Ada apa sih dengan Rebo Wage, Kemis Kliwon, Jumat Legi?
Rebo Wage, Kemis Kliwon, Jumat Legi adalah tiga hari yang dikeramatkan oleh suku Jawa. Pada tiga hari tersebut banyak ritual-ritual yang digelar. Yang paling umum adalah ziarah ke makam leluhur dan keluarga yang sudah meninggal. Selain ziarah, beberapa orang menggelar selamatan dan mengirim doa yang ditujukan untuk para leluhur.
Bagi para pemilik benda-benda pusaka, pada tiga hari keramat itu (khususnya pada Kamis malam) biasanya akan menggelar ritual memandikan dan memberi makan benda-benda pusaka.
Sedang bagi kami yang mewarisi pekerjaan dari Emak (nenek dari pihak bapak) yaitu berjualan kembang, Boge Meswon adalah berkah. Karena merupakan hari panen raya yang terjadi setiap satu bulan sekali. Dalam tiga hari keramat tersebut, penjualan bisa meningkat drastis dimulai dari hari Rabu. Pada hari Selasa pesanan bungkusan kembang sudah mulai berdatangan. Hari Rabu kami mulai membungkus kembang-kembang pesanan yang akan diambil pada hari Kamis. Pemesan ini adalah para bakul atau penjual keliling yang akan mendistribusikan dagangan mereka ke desa-desa.
Tidak main-main, bakul-bakul ini biasa memesan ratusan bahkan ribuan bungkus kembang. Ketika Emak masih hidup, pada Rabu siang hingga malam kami membungkus kembang-kembang hingga 1000 bungkus yang dibagi ke dalam 100 kresek atau tas plastik. Tiap kresek berisi sepuluh bungkus. Itu hanya untuk kembang boreh. Belum kembang telon dan bumbu nginang.
Oya, kembang yang saya maksud bukan kembang tanaman hias atau buket. Tapi bunga untuk ziarah atau untuk keperluan ritual klenik lainnya. Bahan dasarnya sama yaitu bunga. Namun tidak semua bunga bisa digunakan. Bunga-bunga yang digunakan adalah kenanga (kenongo), sedap malam (sundel), melati, bunga gading (lucari/lecari/kembang kanthil). Untuk rangkaian lain bisa menggunakan mawar, suko (asoka), cepiring (bunga kacapiring/gardenia), bunga pacar air (balsam), zinnia, bugenvil.
Bunga-bunga tersebut diracik dengan tambahan daun pandan dirajang untuk kembang boreh atau kembang yang umumnya dibawa untuk ziarah ke makam. Untuk ini sebenarnya tergantung pada peziarah atau tergantung aturan dari makam yang akan dikunjungi. Namun yang paling umum adalah kembang boreh.
Tidak hanya kembang boreh, jenis kembang lainnya juga laku keras dibanding hari-hari biasa. Salah satunya adalah kembang setaman yang berisi tujuh jenis bunga. Kembang setaman biasa digunakan untuk memandikan pusaka. Namun jenis kembang ini juga bisa berfungsi lain. Tergantung siapa yang menggunakannya. Kembang telon yang terdiri dari tiga jenis bunga pun banyak dicari. Biasanya digunakan untuk mertombo atau berobat secara mistis untuk penyakit mistis juga tentunya.
Beberapa jenis minyak wangi pun laku keras. Karena seperti yang saya tulis di atas bahwa Boge Meswon juga menjadi hari untuk memberi makan pada benda-benda pusaka, maka beberapa jenis minyak wangi banyak dicari. Minyak wangi adalah makanan bagi benda-benda pusaka.
Pada hari Kamis pagi hingga siang, musala-musala pun menggelar khataman quran yang dimulai dengan pembacaan surah Alfatihah yang ditujukan pada anggota keluarga yang sudah meninggal dari seluruh warga kampung. Sore harinya warga akan melakukan ziarah ke makam sanak saudara yang sudah meninggal. Ziarah biasanya berlangsung sampai hari Jumat.
Nah itu tadi bahasan tentang tradisi Rebo Wage, Kemis Kliwon, Jumat Legi di tempat saya. Apa di tempat shi-gUi juga ada tradisi seperti ini? Boleh share di kolom komentar ya.
Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Gomawo matur tengkyu. Terima kasih buat yang udah baca.
Tempurung kura-kura, 25 Juni 2020.
- Kurayui -
0 komentar