Gempa Malang, 10 April 2021

17:45

 Gempa Malang, 10 April 2021



Gempa pada tanggal 10 April 2021 pada pukul 14:00:15 WIB adalah gempa terbesar yang pernah saya rasakan. Sungguh pengalaman yang masih menyisakan rasa takut hingga saya menulis catatan ini.


Hari itu cuaca cerah. Saya nggak masuk kerja karena ada tetangga yang meninggal dunia. Karenanya saya stay di rumah bersama Rara dan Afra, karena Bapak dan Ibu pergi melayat. Kebetulan dapat pesanan paket nasi kotak, setelah selesai menyiapkan dan sarapan bersama Rara dan Afra, lanjut kerja di dapur. Membantu tugas Ibu sebisa saya. Alhamdulillah proses pemakaman lancar dan Ibu pulang sekitar pukul sepuluh pagi. Selanjutnya, kami sibuk di dapur.


Hingga tiba waktu zuhur, cuaca masih cerah dan cukup gerah. Kami masih sibuk dengan pekerjaan di dapur. Usai salat zuhur, Afra mulai rewel. Nangis mulu tanpa sebab. Padahal sebelumnya fine fine aja waktu di rumah cuman bertiga. Ada aja tingkahnya yang semacam caper. Kalau ditegur dikit nangis. Saya pikir, oh mungkin ngantuk. Tapi, karena ada Bundanya, saya lanjut riwuh di dapur sama Ibu. Saking sibuknya sampai telat makan siang.


Selesai dengan makan siang, Afra yang udah siap bobok siang masih rewel. Mungkin bocil ini kegerahan, tapi ditawarin pakek kipas angin nggak mau. Akhirnya saya bilang, "Udah Adek bobok ya. Omma pijitin nih punggung dan kakinya. Nanti, kita jalan-jalan sore ke kaplingan ya." Nurut lah si Afra. Peluk guling dan berusaha memejamkan mata. Saya nyanyiin lagu Nina Bobo sambil elus-elus punggungnya. Alhamdulillah nggak lama kemudian, Afra terlelap.


Karena jagain Afra, tugas di dapur digantiin Kakak sulung saya--Bundanya Afra. Saya duduk di pinggir Afra yang terlelap di ruang tengah sambil nonton video di channel Dede Inoen yang lagi kolab ama Ki Prana Lewu. Serius nonton, tetiba ngrasain gempa. Orang di dapur dah pada panik bilang, Lindu! Ono lindu! Saya masih santai rebahan dan nonton video, karena mikir, palingan bentar doang kayak biasanya. Tapi, kok makin kenceng goncangannya. Langsung angkat Afra yang masih bobok lelap dan bangunin Rara yang ketiduran di kamar. Gendong Afra berniat keluar rumah. Orang di dapur dah pada lari keluar. Saya berhenti di dapur sebentar karena sepertinya gempanya udah berhenti. Ternyata makin kenceng guncangannya. Akhirnya saya jalan cepat keluar rumah sambil gendong Afra. Saking kencengnya goncangan gempa, jalan tuh kayak mau jatuh. Terlebih sambil gendong Afra yang udah bukan bayi lagi.


Walau gitu, masih bisa tenang. Jalan pelan-pelan menuju jalan utama. Karena depan rumah udah jalan raya utama. Nggak nyangka di jalan dah rame. Karena tetangga ada yang meninggal, jadi banyak pelayat. Dan, kebetulan di kafe sebelah rumah juga lagi ada acara, plus di puskesmas, para petugas vaksinasi baru bubaran. Semua menghambur keluar ke jalan utama. Masih gendong Afra, saya nyebrang buat nyari lokasi yang agak lapang, jauhan dari bangunan dan tiang listrik. Sambil perhatiin jalan, takut ada patahan. Nyampek di seberang, berdiri diam, gempa masih belum mereda, goncangannya masih kenceng. Memperhatikan langit, lalu kepanikan orang-orang yang berhamburan keluar dan berkumpul di jalan, dan mobil parkir yang bergerak sendiri karena efek gempa, dada mulai sesek. Detak jantung meningkat. Mungkin efek jalan cepat sambil gendong Afra juga.


Alhamdulillah gempa pun kemudian berhenti. Yang saya rasakan tuh ada tiga kali. Pelan, agak kenceng, kenceng banget. Setelah nunggu bentar dan sepertinya aman, balik masuk rumah, turunin Afra di ruang tengah. Tangan kanan gemetaran hebat. Duh, panik ini! Napas mulai sesak dan kepala udah nggak enak. Buru-buru ambil air outih dan minum buat redain panik. Tapi, tiba-tiba ulu hati nyeri parah. Oh, asam lambungnya ngamuk nih! Pasti karena telat makan tadi, trus panik barusan. Duduk bersila berusaha atur napas dengan metode 4-7-8. Sesek berkurang, tapi nyeri ulu hati makin menjadi. Nggak tahan, akhirnya ambil Antasida dan minum sebutir. Nyeri ulu hati bener-bener nyiksa. Lama nggak ngrasain sensasi itu, sekalinya ngrasain, Ya Allah luar biasa sakitnya.


Punggung terasa berat juga. Sampai minta tolong Rara buat dipijit. Tiap dipijit, sendawa. Perut dibuat duduk sakit, dibuat rebahan sakit. Akhirnya tidur meringkuk kayak bayi, sambil terus atur napas. Sekitar setengah jam, barulah nyeri di ulu hati berkurang. Lalu, rebahan sebentar di kamar buat netralin diri. Ya Allah, begitu dahsyatnya serangan panik. Pasca serangan, tubuh lemes, mulut pahit. Benar-benar. Walau nyeri ulu hati udah ilang, pikiran masih parno. Karena ada peringatan, waspada gempa susulan. Tapi, alhamdulillah masih bisa nyuci baju segala. Orang dengan anxiety emang unik ya! Walau pas mandi buru-buru, takut ada gempa lagi. Nyuci pun sama was-was, tapi bisa beres semua. Subhanallah. Kuasanya Gusti Allah memang luar biasa.


Serangan panik selalu menyisakan rasa takut dan was-was yang bikin lelah fisik dan pikiran. Setelah damang dan tenang, kembali pegang ponsel. Ternyata... dampak dari gempa luar biasa sekali. Walau di desa tempat saya tinggal alhamdulillah aman-aman saja, tapi di desa tetangga banyak kerusakan. Bahkan ada rumah yang roboh. Nggak nyangka efeknya sedahsyat itu. Emang guncangannya kenceng banget dan lama.


Menurut informasi dari BMKG, gempa yang melanda Malang berkekuatan 6.7 SR. Bahkan, gempa dapat terasa sampai Lumajang, Bali, dan Solo. Blitar pun sama dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Untuk wilayah Malang sendiri, menurut informasi yang saya dapat, Malang bagian selatan yang kerusakannya parah bahkan sampai ada korban jiwa.


Ini foto kerusakan di desa tetangga yang saya dapat dari salah satu nurse di puskesmas. Nggak nyangka separah ini.







Malam harinya menyimak Twitter, dampaknya parah di beberapa lokasi. Ada yang setelah gempa, langsung hujan badai. Alhamdulillah di tempat saya tidak turun hujan. Cerah dan gerah. Malah banyak yang mengabadikan fenomena awan pasca gempa yang cantik tapi juga agak serem. Saya udah nggak sempat nengok fenomena itu karena bergelut sama nyeri ulu hati dan serangan panik. Silahkan menonton Penampakan langit di Malang pasca gempa.

Karena ada peringatan waspada gempa susulan, saya masih takut dan was-was. Beruntung banyak saudara dan teman yang menanyakan kabar saya dan keluarga. Bertukar pesan dengan mereka membuat saya sedikit lupa pada ketakutan. Tapi ketika malam makin larut dan makin sepi, kepikiran lagi. Pengennya tidurnya gantian gitu, soalnya khawatir ada gempa susulan pas tengah malam. Apa daya Ibu dan Bapak terlelap, mungkin karena capek habis riwuh di dapur. Saya pun capek, tapi nggak bisa tidur. Takut dan was-was aja bawaannya. Terjaga sampai dini hari. Malam sebelumnya juga nggak bisa tidur karena hujan deras disertai angin dan petir. Sungguh, alam sedang mengajak kita untuk selalu waspada dan lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta Alam.


Perasaan baru tidur sebentar saat Bapak udah bangun pada pukul 3 dini hari, eh udah pagi aja. Hari Minggu pagi langit mendung kelabu dan sedikit berkabut. Pengennya habis salat subuh tidur lagi. Apa daya ada tanggungan pesanan nasi kotak yang diambil pukul sembilan. Walau ngantuk, harus buka mata dan bantuin di dapur. Pas lagi sibuk-sibuknya, rak di dapur tetiba goyang. Kayak terbengong aja nonton itu rak goyang-goyang sambil bawa sayuran yang mau dicuci dan bilang, "Ada gempa lagi nih."


"Mana se?" Jawab Ibu yang nggak ngerasa ada gempa.

"Liat itu rak goyang." Masih natap rak yang goyang-goyang.

"Iya itu raknya goyang." Bapak nuding rak.

Tapiii nggak satu pun dari kami bergegas keluar rumah. Kompak natap rak yang bergerak-gerak karena gempa sampai gerakan berhenti. Lalu, kompak berucap, "Alhamdulillah gempanya udah ilang," dan kemudian balik sibuk ama tugas masing-masing.


Mungkin karena efek dikejar deadline kali, jadi kami bertiga bisa tetap tenang setelah tersihir ama rak bergoyang. Kebetulan di luar lagi hujan dan dingin juga. Intinya, alhamdulillah gempa susulan ndak terlalu kenceng dan nggak lama. Menurut informasi dari BMKG, gempa yang terjadi sekitar pukul tujuh pagi pada hari Minggu 11 April 2021 berkekuatan 5.5 SR dan jaraknya maju 10 km dari lokasi gempa sebelumnya.


Sampai detik saya menulis catatan ini, rasa was-was itu masih ada. Takut ada gempa susulan lagi. Ya Allah.... Terlebih pernah tukar pesan dengan teman di NTB yang pernah mengamali gempa dahsyat di tahun 2018. Waktu itu salah satu teman saya yang juga sesama pejuang GERD dan Anxiety membagi pengalamannya pasca gempa. Alhamdulillah dia selamat dan aman. Menurut dia, pasca gempa pertama terus terjadi gempa susulan yang walau ndak kenceng lumayan bikin syok. Waktu itu saya hanya bisa kasih pesan dukungan supaya dia tetap semangat dan kuat. Tapi, saat saya berada di posisi yang hampir sama ama dia, barulah tahu bahwa nggak mudah untuk tetap tenang. Walau udah berusaha sesantai mungkin, tetap ada rasa was-was. Terlebih kalau malam datang. Rasanya nggak mau bobok gitu. Takut, takut, dan takut aja bawaannya.


Padahal juga udah chat sama sesama pejuang yang tinggal di Malang, bersama-sama nyari info tentang gempa dan saling menenangkan dan menyambung doa. Tapi rasa was-was itu masih ada. Bikin capek pikiran dan fisik. Heuheuheu.


Sejak Indonesia sering terjadi bencana, saya sudah menyiapkan tas siaga bencana. Tapi, pada prakteknya, kemarin saat gempa terjadi, yang ada di kepala saya hanya bagaimana menyelamatkan saya, Afra, dan Rara. Nggak kepikiran buat ambil tas siaga bencana yang udah disiapkan walau masih bisa dibilang tenang. Sebelumnya juga sudah mendapat peringatan tentang kemungkinan terjadinya gempa besar ini, tapi di hari terjadinya yang nggak terduga tetep bikin syok. Ya Allah...


Semoga setelah ini tidak ada bencana lagi yang menimpa Indonesia. Semoga teman-teman yang sedang diuji dalam musibah di bencana gempa ini diberi kekuatan. Mari saling menyambung doa. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, dijauhkan dari segala mara bahaya, bencana, dan penyakit. Aamiin....



Tempurung kura-kura, 11 April 2021.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews