Markas Sarang Clover Dapat Kiriman Tetesan Darah Lagi

18:07

 Markas Sarang Clover Dapat Kiriman Tetesan Darah Lagi



Saya pikir masalah sudah selesai setelah kami membereskan teror ceceran darah yang pertama di teras markas Sarang Clover. Nyatanya, kami salah. Teror itu datang lagi!

Pagi itu tidak ada perasaan aneh atau curiga saat saya bersiap membuka toko. Seperti biasa, tanpa menyalakan lampu, saya langsung masuk dan bersiap membuka toko. Lantai toko cukup kotor ketika saya masuk. Hal itu nggak menimbulkan rasa curiga sama sekali, karena sudah mulai musim debu, sedang lokasi toko tepat di pinggir jalan utama. Wajar kalau kotor.

Saya memasuki toko tanpa rasa ragu dan mulai bersiap-siap. Membuka pintu dan membersihkannya. Selesai dengan ritual pagi, saya dibuat terkejut setelah menemukan bercak-bercak merah di lantai. Waduh! Apa lagi ini?


Langsung menghubungi Tunjung dan mengabarkan jika ada tetesan darah di dalam toko. Ya, kali ini di dalam toko. Bukan di teras toko.



Bagaimana bisa? Itu juga yang menjadi pertanyaan saya. Toko terkunci rapat, bagaimana bisa ada tetesan darah di dalam toko? Sedang semalam, kami yang di markas tidak mendengar aktivitas mencurigakan dari toko yang berada di area depan markas. Ketika hal ini saya bagikan di grup, pertanyaan para penghuni Sarang Clover pun sama, bagaimana bisa tetesan darah itu ada di dalam area toko yang nyata-nyata terkunci rapat. Pemegang kunci toko hanya saya, jadi tanpa kunci itu tak ada yang bisa masuk baik itu penghuni Sarang Clover.

Siapakah pelakunya? Tidak mungkin saya. Seusil-usilnya, saya nggak akan melakukan hal bodoh semacam itu hanya demi menghebohkan markas dan para peghuninya. Kurang kerjaan banget! Lalu, Tunjung mengatakan bahwa nggak harus manusia yang datang untuk meletakkan teror, makhluk tak kasat mata utusan si dukun pun bisa. Hmm, saya ingat dia pernah mengatakan hal itu. Lalu, kami kembali meributkan tentang CCTV. Haruskah kami benar-benar memasangnya di markas?

Oh! Sial! Karena posisinya tepat di depan pintu masuk dan strategis di lokasi saya biasa berdiri untuk melayani pembeli, sudah pasti saya menginjaknya ketika membuka toko tadi. Terlebih toko dalam keadaan temaram. Mengingat kembali tentang ritual pagi, saya sempat melihatnya sekilas. Tapi, karena di titik itu sering kotor sebab cat di atap toko mulai rontok, saya menduga itu rontokan cat seperti biasanya. Padahal warna cat atap hijau, tapi itu merah. Ah! Dasar ceroboh!

Di hari yang sama, kami diminta mempersiapkan untuk ritual netralisir. Kami diminta untuk mencari jeruk angir atau buah dari pohon jeruk purut. Alhamdulillah salah satu penghuni langsung dapet, karena tetangganya menanam jeruk purut dan kebetulan sedang berbuah lebat.

Toko buka setengah hari saja. Setelah zuhur, ritual netralisir pun dilakukan oleh Tunjung. Prosesnya bisa tonton video  [OCS] Teror Ceceran Darah Datang Lagi.


Hanya saya yang menemani Tunjung ritual. Karena lampu toko nggak bisa nyala, saya kebagian tugas kasih penerangan dengan modal senter hape. Lalu, karena dapat izin video, saya videokan prosesnya. Tapi ndak full. Ketika jeruk angir diperas dan airnya membasahi ceceran darah, aroma amis dan arus menguar. Membuat perut saya mual. Lalu, entah reaksi alami atau reaksi mistis. Ada bagian yang bereaksi seperti air mendidih. Bagi saya yang orang biasa, saya tidak melihat apa-apa. Tapi, entah bagi teman-teman yang punya kemampuan di atas manusia biasa.

Menurut Tunjung, darah yang kali ini dikirim adalah darah kucing hitam. Entah tujuannya apa, tapi kenapa nggak ada lelahnya, terus mengirim teror ke markas. Apa salah kami?

Semoga semua makhluk berbahagia. Selalu dalam lindungan dan pelukan kasih Tuhan. Aamiin.


Tempurung kura-kura, 28 April 2021.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews