Review Buku I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki Karya Baek Se Hee
07:25I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki Karya Baek Se Hee
Tubuh kita hanya ada satu, tidak perlu membebankan peran yang terlalu besar pada tubuh ini. Hal. 29.
• Judul: I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki
• Penulis: Baek Se Hee
• Tahun terbit: Cetakan pertama, Agustus 2019
• Penerbit: Penerbit Haru
• Jumlah halaman: 236 hlm ; 19 cm
• ISBN: 978-623-7351-03-0
I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki adalah buku esai karya Baek Se Hee yang menjadi best seller di Korea Selatan. Buku ini juga dibaca oleh beberapa K-Pop idol yaitu RM BTS, S.Coups SEVENTEEN, dan Hyunjin Stray Kids. Baek Se Hee membagi catatan miliknya selama pengobatan untuk lepas dari distimia.
"Rasa percaya bahwa meskipun bukanlah hari yang sempurna, hari ini bisa menjadi hari yang cukup dan baik-baik saja. Rasa percaya bahwa hidup adalah ketika meskipun aku merasa depresi seharian penuh, aku masih bisa tersenyum hanya gara-gara sebuah hal kecil sekali pun."
Sebenernya udah pernah baca buku ini di tahun 2019, bahkan sudah pernah membuat tulisan ulasan di Blog lama, tapi karena baru beli seri keduanya, jadi memutuskan untuk membaca ulang di akhir tahun 2023. Tahun lalu juga sempet ramai dibahas di Twitter (X) karena ada yang nanya tentang buku ini dan ada yang menulis balasan, hati-hati ke trigger pas baca.
Bagaimana dengan saya? Di tahun 2019, ketika pertama kali membaca buku ini jujur sedikit kurang bisa mengikuti atau memahami alur cerita pengobatan yang dibagikan Baek Se Hee walau ada hal yang saya rasa sama. Merasa pernah merasakan hal yang sama atau berada di posisi yang sama. Membaca ulang di tahun 2023 rasanya lebih nyes! Mungkin karena di tahun 2019 kondisi mental saya sudah lebih stabil setelah menjalani proses panjang untuk mengatasi gangguan kecemasan dan di tahun 2023 kondisi mulai agak nggak stabil jadi feel nya lebih ngena di tahun 2023.
Baek Se Hee membagikan detail proses pengobatannya, secara rinci mencurahkan apa yang ia rasaakan, apa yang ia alami, dan apa yang ia usahakan untuk terlepas dari belenggu depresi berkepanjangan. Hidupnya tampak baik-baik saja, namun ia tidak baik-baik saja hingga akhirnya memutuskan untuk mencari pertolongan dan menemukan psikiater yang tepat.
Psikiater yang tepat? Emang bisa dapat yang tepat? Bisa! Pernah ada teman sesama pejuang gangguan kecemasan membagi pengalamannya berobat ke psikiater yang justru membuatnya semakin tertekan alih-alih sembuh. Jadi, bisa saja ketika berobat tidak bertemu dengan psikiater yang tepat.
Jendela imajinasi bisa membantu mengurangi dorongan-dorongan yang datang dari dunia nyata dan bisa membuat Anda merasa puas. Hal. 103.
Selama membaca jadi menyamakan dengan diri sendiri, saya kurang paham ya apa ini yang dinamakan ke trigger atau bukan. Hanya pada sebagain banyak hal merasa senasib dengan Baek Se Hee hingga turut merasakan sesak, kesal, dan sebalnya. Trus merasa, seneng ya kalau bisa menemukan orang yang benar-benar bisa membantu seperti apa yang dilakukan oleh psikiater yang menangani Baek Se Hee. Keinginan untuk berobat jadi muncul lagi. Tapi karena Baek Se Hee juga membagikan efek obat yang dia konsumsi, ketakutan yang sama pun muncul: takut kecanduan dan efek obat. Padahal seharusnya nggak perlu khawatir berlebihan begitu kan? Karena semua dibawah pengawasan dokter. Salah satu alasan saya tak kunjung memutuskan untuk pergi ke psikiater adalah takut jika diresepkan obat dan saya nggak bisa beraktivitas dengan normal karena obat.
Selama pengobatan, Baek Se Hee merekam tiap pertemuan dengan psikiater dan mulai menulis. Menulis juga menjadi terapi bagi Baek Se Hee selama menjalani proses pengobatan.
Ketika berkomunikasi melalui tulisan, memang kita bisa lebih saling mengerti dan memahami lawan bicara kita. Hal. 104.
Perjuangan yang tidak mudah karena kondisi Baek Se Hee kadang stabil, kadang labil, naik turun. Lagi-lagi berbisik, I feel you, dan ingin berpelukan untuk saling menguatkan. Walau pengobatan tidak mudah, Baek Se Hee tetap menjalaninya dengan sabar dan menjalankan saran-saran yang diberikan psikiater. Bahkan ikut nangis pas Baek Se Hee pas ceritain doi curhat sambil nangis.
Buku ini membawa kita untuk lebih memahami tentang bahanya gangguan mental jika tidak segera diatasi. Keputusan Baek Se Hee untuk mencari bantuan profesional sudah tepat ketika ia merasa sudah tidak sanggup lagi menopang dirinya sendiri.
Isinya yang detail dan rinci, menjadikan buku ini pantas mendapat gelar best seller dan banyak idol yang turut membacanya. Secara tidak langsung, pembaca yang mengalami hal yang sama turut mendapat solusi dan tidak merasa sendirian. Alih-alih merasa terpuruk, jadi lebih semangat lagi untuk menata langkah dan menyembuhkan diri sendiri, karena di dunia ini, bukan hanya kita sendiri yang sedang berjuang untuk kesehatan mental.
0 komentar