Mangga Masak Pohon Pertama Di Tahun 2024
05:48Mangga Masak Pohon Mengandung Bawang
Mangga masak pohon adalah hal yang paling kami tunggu-tunggu setiap kali pohon mangga di depan markas besar Sarang Clover berbuah. Pun demikian dengan tahun ini ketika masuk musim mangga. Alhamdulillah pohon mangga depan markas berbuah cukup lebat.
Tradisi setiap kali berbuah pasti ada buah yang hilang karena dicuri, tahun ini pun begitu. Pada periode buah pertama, tiga buah yang posisinya paling rendah hilang. Bikin sedih, iya pasti. Terlebih yang satu ketahuan dibuang. Mangga depan markas jenis mangga gadung, kalau belum masak bener pasti pahit walau mangga muda.
Hari Minggu kemarin, pagi-pagi di WA sama Mbah Buk, dikasih tahu kalau mangga depan markas ada yang dimakan codot. Setelah dicek, beneran ada dan posisinya tinggi banget. Alhamdulillah Jeff ke markas, jadi minta tolong buat dipetikin. Kemampuan memanjatku sepertinya udah sirna dan tidak ada seteng buat metik, alhamdulillah banget ada Jeff. Baru mau manjat, eh tetiba jatuh sebuah mangga. Untung nggak jatuh di aspal dan pas aku pungut, masak pohon dong! Seneng banget! Pas megang buah mangganya, tetiba keinget momen setahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 Oktober 2023.
Selasa sore, sepulang kerja, Bapak menyambut dengan senyum ramahnya dan memberi tahu kalau ada mangga masak pohon yang baru dipetik untukku. Setelah selesai bebersih, langsung kupas mangganya. Sebelum ngupas sempet nanya, apa jatah buat Mbak udah ada. Kata Bapak, Udah, itu buat kamu. Mangga masak pohon emang nggak pernah salah, masyaallah banget enaaaknya. Terlebih sama Bapak dipetikin yang masih kriuk-kriuk.
"Gimana? Enak a?" Tanya Bapak.
"Enak. Sampeyan mau a?" Kutawarkan buah mangga yang udah kukupas dan kupotong.
"Kamu ini gimana sih! Udah tahu gigiku sakit, malah ditawari pencit atos." Bapak masih dengan senyum menghiasi wajahnya.
Selama aku makan mangga, Bapak nungguin di dapur, di kursi kebesaran yang selalu menjadi tempat beliau duduk. Mangga masak pohon yang masih kriuk-kriuk itu nikmat banget, tapi karena gigi Bapak sakit jadi terlalu keras buat Bapak sehingga Bapak nggak bisa ikut makan. Tapi Bapak tahu kalau mangga yang modelan gitu kesukaan anak-anaknya, makanya selalu dipetikin sebelum keduluan orang-orang panjang tangan.
Mangga masak pohon yang dipetik Bapak pada tanggal 17 Oktober 2023 menjadi mangga masak pohon terakhir dari Bapak untukku. Selasa malam Bapak kesakitan, sampai poyang-paying, mengeluhkan giginya yang sakit banget sampai kepala mau pecah. Rabu, 18 Oktober 2023 pukul 09.00, Bapak mengeluh dada sakit lalu tak sadarkan diri dan dirujuk ke rumah sakit. Rabu, 18 Oktober 2023 pukul 20.30, Bapak dinyatakan telah berpulang oleh Dokter yang menangani beliau.
Pak, tahun ini mangga depan markas kembali berbuah lebat. Tradisinya masih sama: bergelut dengan orang-orang panjang tangan yang mengincar buahnya. Alhamdulillah banyak yang buahnya ada di atas, jadi susah buat digapai dan bisa masak pohon. Hari Minggu, 13 Oktober lalu, aku menikmati mangga masak pohon pertama yang tiba-tiba jatuh. Udah masak banget, Pak. Empuk dan manis. Kesukaan sampeyan itu 🙂
Oya, tahun ini orang-orang yang ngincer buah mangga depan markas makin bar-bar. Cewek-cewek berhijab pula. Bikin aku syok mulu. Tiap habis ada yang minta dan ndak dikasih karena mangganya masih terlalu muda hingga sayang kalau berujung dibuang, pasti selanjutnya ilang. Walau udah tradisi, tetep bikin kaget dan gelo kalau tahu ada mangga yang hilang.
Kok tahu kalau ada yang ilang? Jumlahnya kan ndak terlalu banyak dan yang ilang pasti yang paling mencolok entah itu yang ukurannya paling besar atau yang sebelumnya diminta. Pelakunya siapa, kami tidak tahu. Etapi sempet tahu dan hampir nangkep pelakunya, sayang keburu lari. Pelakunya dua dedek-dedek berhijab dan berseragam sekolah. Kalau ketangkep sih mau aku kasih kecap ama cabe biar dimakan sampai habis di markas itu mangganya. Daripada ntar pas tahu nggak enak malah dibuang kan potek hatiku 💔
Tiap kali tahu ada mangga yang ilang jadi keinget dosa di masa kanak-kanak dulu. Waktu SD pernah ngambil satu buah coklat di salah satu lahan kosong di pinggir jalan yang sering kami lewati karena penasaran ama rasa buah coklat kayak gimana. Boleh dibilang nyuri, karena kami nggak tahu harus minta ke siapa dan lahannya emang kayak terbengkalai nggak keurus gitu. Sialnya itu buah kelupaan disimpen di tas salah satu dari kami hingga busuk. Udah nyuri, ndak jadi makan buahnya, nggak tahu dah harus sedih apa senang 🥲
Jika benar karena karma dari kenalakan di masa kecil dulu, sungguh karma itu nyata dan ngeri. Setiap mangga berbuah selalu ada yang hilang.
Ngomong-ngomong soal 17 Oktober 2023 lalu, satu hal yang sangat aku sesali sampai hari ini yaitu ketika Bapak ngajak makan malam bareng. Hari itu posisi lagi mens hari pertama dan lagi nyeri-nyerinya. Selain udah kenyang karena sorenya makan mangga masak pohon yang dipetik Bapak buatku, nyeri haid membuat nafsu makan ilang. Bapak berulang kali memanggil untuk bergabung, tapi aku menolak. Bahkan Bapak sampai bilang, "Makan ikannya aja sini, nggak usah pakek nasi. Enak ikannya." Aku tetap menolak bergabung. Malam itu menjadi makan malam terakhir kami dengan Bapak. Andai aku bergabung, aku bisa melihat ekspresi bahagia Bapak saat makan bersama seperti yang dituturkan Ibu dan Mbak. Beliau sangat bersemangat dan bahagia malam itu.
Semua berubah dan menjadi pertama kali sejak 19 Oktober 2023. Aku nggak baik-baik aja, tapi aku baik-baik aja. Hidup harus terus berjalan dan kami harus terus belajar dan bejalar agar bisa menyesuaikan diri dengan segala hal yang menjadi pertama kali tanpa Bapak bersama kami. Damai di sana nggeh, Pak. Al-Fatihah kagem Bapak 🤲
Tempurung kura-kura.
Kamis, 17 Oktober 2024.
0 komentar