Filosofi Kue Sawut Menurut Tradisi Jawa

01:33

 Filosofi Kue Sawut Menurut Tradisi Jawa



Sawut adalah salah satu jajan pasar atau kue khas Jawa. Menurut Wikipedia, Sawut berasal dari Yogyakarta. Di Jawa Timur, Malang khususnya, Sawut menjadi salah satu jajanan yang bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional. Karena, kue ini disebut jajan pasar.

Bahan dasar pembuatan kue Sawut adalah singkong. Bahan-bahan untuk pembuatan Sawut cukup sederhana karena hanya membutuhkan singkong, gula bathok, garam, dan parutan kelapa. Tapi, proses pembuatannya yang membutuhkan waktu cukup lama. Proses yang memakan waktu cukup lama ada untuk memarut singkong. Singkong diparut atau diserut kasar sebelum dikukus dan ditaburi sisiran gula bathok saat kondisi setengah matang.

Setelah matang, Sawut disajikan hangat-hangat dengan ditaburi parutan kelapa. Sawut memiliki perpaduan rasa manis, asin, dan gurih. Biasanya disajikan pada pagi hari sebagi pendamping kopi atau teh hangat.

Nama Sawut berasal dari kata Semrawut. Sebuah kata dalam bahasa Jawa yang memiliki arti berantakan. Jika dilihat, tampilan kue Sawut memang terkesan berantakan. Warna putih dari singkong tercampur dengan warna cokelat kemerahan dari gula bathok. Ada juga yang menamai Kue Sawut dengan nama Kue Pasrah, karena proses pembuatannya adalah dengan cara diparut kasar yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai pasrah.

Memiliki nama yang unik serta rasa yang enak, bagi masyarakat Jawa, Kue Sawut memiliki filosofi yang berkaitan dengan kehidupan. Biasanya, Kue Sawut digunakan untuk syukuran ketika telah berhasil mencapai sesuatu. Kue Sawut bisa dibuat sendiri atau dibeli, kemudian dibagi-bagikan kepada sanak saudara dan tetangga sebagai wujud rasa syukur.



Makna Kue Sawut yang pertama adalah mbenahi barang seng semrawut. Membenahi segala sesuatu yang berantakan. Harapannya, ketika melakukan syukuran atau selamatan dengan menggunakan Kue Sawut sebagai hantaran, hal-hal yang kurang baik atau segala hal yang berantakan bisa diperbaiki atas izin Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua, mugi-mugi rejekine jadi kemrubut. Semoga rezekinya lancar dan berlimpah. Harapannya, rezeki datang dengan lancar dan melimpah atas izin Tuhan Yang Maha Esa.



Demikian ulasan tentang Kue Sawut beserta filosofinya menurut tradisi Jawa. Semoga bermanfaat.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews