Sowan Ke Tempat Pertapaan Para Raja Tanah Jawa - Kraton Gunung Kawi

04:01

 Wisata Religi Ke Kraton Gunung Kawi



"U, berikutnya ke Kraton Gunung Kawi ya," Ujar Tunjung ketika kami sedang duduk santai berdua di teras markas Sarang Clover.

Saya terdiam, mikir, Kraton Gunung Kawi? Lokasinya di mana? Apa sama dengan Gunung Kawi yang pernah kami kunjungi?

"Itu beda, bukan Gunung Kawi yang makam, tapi ini kratonnya." Sebelum saya bertanya, Tunjung sudah memberi jawaban. "Naik motor berani, nggak?" Imbuhnya.

"Kalau aku nyetir ndiri, nggak sanggup. Kalau dibonceng, oke aja. Emang kamu tau tempatnya?"

"Nggak tau. Katamu kan ada Google."

"Nggak takut disasarin lagi kayak waktu itu?"

"Nggak, nggak."


Setelah obrolan itu, kami mulai menyusun rencana perjalanan ke Kraton Gunung Kawi. Rencana awal mau rame-rame naik motor, tapi rupanya Gusti Allah belum memberi izin hingga rencana hanya jadi rencana. Kalau saya bisa, Tunjung yang berhalangan pun sebaliknya. Terlebih karena pandemi dan adanya pembatasan di sana-sini, jadi makin sulit mewujudkan rencana sowan ke Kraton Gunung Kawi. Kalau ke Gunung Kawi terakhir tahun 2017, naik motor rame-rame dan masih punya nyali nyetir motor sendiri. Ah, jadi kangen masa itu. Hiks!

Ndilalah kersane Gusti Allah, tanggal 14 November 2021 diajakin kakak sulung buat sambang bayi ke Ngebruk, Kepanjen. Karena lagi musim hujan, kakak milih nyewa mobil biar perjalanan nyaman dan nggak kehujanan. Karena sewa mobil terhitung satu hari penuh dan tujuan hanya sambang bayi, kakak nanya enaknya ke mana lagi setelah sambang bayi. Akhirnya kami sepakat untuk sekalian sowan ke Kraton Gunung Kawi sesuai permintaan Nyai.



Usai sambang bayi, kami langsung menuju Kraton Gunung Kawi. Waktu itu udah masuk waktu zuhur dan langit udah menunjukan tanda-tanda akan menangis alias udah siap-siap mau hujan. Belum nyampek lokasi, hujan turun dengan derasnya. Berbekal petunjuk dari saudara kakak ipar dan bantuan Mbah Google, mobil melaju pelan menuju lokasi.

Di bangku tengah, saya intip-intip artikel di Mbah Google, liat foto-foto lokasinya. Waduh, bakalan agak rempong kalau hujan walau di dalam tas ada payung. Terus memanjatkan doa agar nanti pas nyampek lokasi hujan udah reda.

Saya nggak bisa jelasin detail rutenya karena waktu itu hujan dan saya nggak fokus merhatiin jalan. Yang pasti beda jalur ama Pesarean Gunung Kawi yang lebih dikenal daripada Kraton Gunung Kawi. Seingat saya kalau ke pesarean itu belok kiri, nah ini yang lurus. Lokasinya deket ama Lembah Indah Malang. Satu jalur kalau sama Lembah Indah Malang.

Makin mendekati lokasi, jalan semakin aduhai. Saya bersyukur karena menggunakan mobil yang dikendarai sopir yang handal dan udah terbiasa ke Bromo. Jalurnya hanya ada satu jalan lurus beraspal, yang bikin ngeri jalurnya nanjak dan kanan-kiri jalan didominasi hutan. Mendekati lokasi malah nggak ada rumah sama sekali, kanan dan kiri jalan hutan pinus. Jalan hanya satu arah dan cukup satu mobil. Makin naik suasana makin syahdu. Dinaungi mendung menggantung, hawanya jadi makin adem njejeb alias dingin banget. Untung bawa jaket.



Ketika sampai di lokasi saya pikir bakalan sepi, karena hanya mobil kami yang menuju ke sana selama perjalanan. Ternyata di lokasi lumayan ramai. Banyak mobil dan motor terparkir. Area parkir untuk mobil dan motor dibedakan dan sama-sama luas. Kantin dan toilet tersedia. Untuk toilet nggak ada yang jaga, tapi ada kotak yang disediakan untuk membayar. Toilet bersih dan air mengalir deras. Airnya bening dan dingin. Khas pegunungan banget. Hehehe.



Kalau di sini hawanya tuh hampir sama ama di Gubugklakah atau di Ledok Ombo Poncokusumo. Adem dan sejuk. Bagi orang gunung mungkin biasa ademnya, tapi baiknya tetep bawa jaket. Saya orang gunung tetep pakek jaket di sana. Hehehe. Dasar kagak tahan dingin.

Kraton Gunung Kawi berada di tengah hutan pinus. Hening, tenang, adem. Pas banget buat healing. Nuansa religinya juga berasa banget. Katanya, sampai sekarang masih banyak orang yang menepi di sana.

Ada dua gapura yang menjadi pintu masuk. Nggak ada arahan pintu masuk sebelah mana, pintu keluar sebelah mana, bebas mau masuk dan naik dari gapura mana. Gapura yang bangunannya terlihat lebih baru akan membawa pengunjung ke Vihara Dewi Kwan Im, sedang gapura sebelah kiri yang terlihat lebih tua dan kuno akan membawa pengunjung langsung ke jalur Kraton Gunung Kawi.



Kami masuk dari gapura sebelah kiri dan langsung disambut Vihara Dewi Kwan Im. Saya kurang paham kenapa di Gunung Kawi, baik di pesarean atau di kratonnya ini kental ama nuansa Budha dan Chinese. Di pesarean lebih banyak bangunan bernuansa Budha dan Chinese, kalau nggak salah ingat, ada Vihara Dewi Kwan Im juga.







Dari Vihara Dewi Kwan Im ada jalan tembusan menuju Kraton Gunung Kawi. Waktu dipersilahkan masuk, saya terkejut. Ternyata tempat yang pernah saya kunjungi di dalam mimpi beberapa waktu lalu adalah di sini, di Kraton Gunung Kawi. Tapi, kenapa di mimpi karpetnya berwarna hijau? Sedang di dunia nyata berwarna merah. Tapi desain interiornya sama ama yang saya kunjungi dalam mimpi. Waktu ketemu jalan lurus satu arah menanjak juga bikin deja vu, karena udah pernah melewati jalan itu dalam mimpi.




Suasana di dalam kraton ini adem dan hening. Berasa banget apa ya, aura mistisnya gitu. Menurut penuturan Nyai, di lokasi bangunan bertuliskan Kraton Gunung Kawi inilah Empu Sindok moksa. Masih bersumber dari Nyai, Kraton Gunung Kawi juga merupakan tempat bagi raja-raja yang ingin menepi atau bertapa. Raja Kediri juga turut moksa di tempat tersebut bersama Empu Sindok.



Posisi Kraton dikelilingi lima pohon beringin yang rata-rata ukurannya besar. Katanya, yang paling besar adalah yang posisinya paling bawah. Selain itu, di Kraton Gunung Kawi juga terdapat lima tempat ibadah. Saya hanya menemukan wihara, musala dan pura. Untuk gereja nggak tahu di sebelah mana. Karena waktu nyampek di lokasi itu udah mendung gelap dan mulai gerimis, jadi rada terburu-buru. Walau bawa payung, agak rempong kalau hujan. Plus khawatir juga pas perjalanan turun karena jalan hanya searah trus di tengah hutan pinus.



Di posisi paling tinggi ada bangunan megah yang disebut sanggar pemujaan. Saya nggak sempat naik. Selain karena khawatir hujan semakin deras, ada banyak muda-mudi yang duduk di tengah tangga. Entah sengaja duduk-duduk di sana atau mau foto bersama. Yang pasti ditungguin lama nggak pindah-pindah hingga pengunjung lain nggak bisa naik termasuk saya. Di depan sanggar pemujaan terdapat dua patung kuda hitam yang memiliki sayap. Di sanggar inilah biasanya orang nginep dan menepi atau meditasi. Katanya di dalamnya terdapat tempat untuk topo pendem berupa lubang di tengah beberapa arca. Sayang sekali belum rezeki naik buat melihat langsung keunikan sanggar pemujaan.




Sama seperti di Pesarean, di Kraton Gunung Kawi juga terdapat pohon dewandaru yang dipercaya sebagai pohon keberuntungan. Tradisinya pun sama, pengunjung menunggu rontoknya daun atau buah di bawah pohon. Jika beruntung, pengunjung akan kejatuhan entah itu ranting, daun, atau buah dari pohon dewandaru. Jika disimpan, dipercaya mampu memberi keberuntungan dan menambah kekayaan. Tentu saja butuh perjuangan dan nggak sembarangan orang yang bisa mendapat keberuntungan tersebut.

Menurut Tunjung, para penghuni Kraton Gunung Kawi tampan-tampan dan cantik-cantik, seperti penghuni keraton di masa lampau, para keluarga bangsawan. Setiap kali ada pemandangan begini, ingin rasanya bisa melihat. Hehehe. Pemandangan alamnya sangat indah sekali, ditambah keelokan makhluk astralnya. Saya membayangkannya seperti di dunia fantasi.

Ada pengalaman unik ketika saya berdiri menunggu muda-mudi yang duduk di tengah tangga. Sambil menunggu, saya menikmati indahnya pemandangan alam di sekitar Kraton Gunung Kawi. Deretan pohon pinus yang berjajar rapi di sekitar sanggar pemujaan yang berada di puncak. Tiba-tiba saya melihat sekelebat bayangan putih berpindah dari pohon di sebelah kiri ke kanan. Tertegun sejenak dengan tangan masih memegang kamera. Apa itu tadi? Tanya di kepala. Setelah kesadaran kembali, buru-buru cek kamera. Ternyata nggak kerekam di kamera. Sekelebat bayangan putih itu apa? Peri kah?



Ketika menceritakan pengalaman nggak biasa itu ke Nyai, beliau tersenyum mendengarnya kemudian berkata, "Wah, beruntung ya kamu ketemu sama Kera Putih. Beliau salah satu sesepuh di sana. Insyaallah akan bawa keberuntungan."

Kera Putih? Penasaran, saya pun nanya Mbah Google. Beberapa hasil pencarian menyebutkan tentang penampakan Kera Putih yang sering muncul di area Kraton Gunung Kawi. Wow! Rasanya masih nggak percaya bisa kelihatan walau hanya sekejap mata. Di siang bolong pula.

Walau boleh dibilang hanya sekejap mata, tapi sangat berkesan. Suasana di Kraton Gunung Kawi cocok banget buat healing dan mempelajari sejarah tanah Jawa. Kalau musim hujan gini, baiknya datang sebelum zuhur. Habis zuhur biasanya hujan udah turun, terlebih karena lokasinya di atas gunung. Bisa jadi di bawah masih cerah, di Kraton Gunung Kawi udah mendung berkabut.

Video sowan ke Kraton Gunung Kawi bisa dilihat di sini.


Sekian sharing pengalaman sowan ke Kraton Gunung Kawi. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews