One Day To Trip Mojokerto #5 - Pendopo Agung Trowulan

04:55

 Pendopo Agung Trowulan



Setelah menyelesaikan perjalanan ke Petilasan Raden Wijaya sudah berniat pulang, tapi karena masih ada waktu serta lokasi yang cukup dekat, akhirnya lanjut menuju Pendopo Agung Trowulan. Jadi perjalanan se(tengah)hari di Mojokerto bisa berkunjung ke Makam Putri Cempo, Petilasan Raden Wijaya dan Pendopo Agung Trowulan.


Yang bikin takjub itu sepanjang perjalanan kayak masuk desa wisata, atau mungkin emang desa wisata ya, please CMIIW, karena bangunan rumah rata-rata pakek bata merah ala-ala candi peninggalan Kerajaan Majapahit gitu. Pas nyampek lokasi, udah sore tapi belum jam tutup jadi pengunjung masih boleh masuk.


Sebelum masuk langsung beli tiket dan ditarik biaya parkir. Kalau nggak salah ingat, harga tiket masuknya Rp. 5.000,- per orang. Di dekat gapura masuk ada penangkaran rusa. Pengunjung boleh ngasih makan. Sayangnya pas berkunjung hanya liat dari jauh, nggak mendekat ke area Penangkaran Rusa. Selain penangkaran rusa dan area parkir, berjajar kafetaria yang menjual berbagai macam makanan, snack, dan pernak-pernik oleh-oleh. Karena kami datang udah sore, jadi beberapa stan di kafetaria udah tutup, tapi masih banyak pilihan. Kami makan malam di salah satu stan, setelah berkeliling. Untuk harga makanan standar, nggak dimahalkan atau muahal banget karena daerah wisata. Menu juga beragam. Kami milih stan lalapan, tapi ada jual pecel dan soto juga. Aku milih soto ayam, asli enak. Sayang lupa nggak fotoin nama stannya. Heuheuheu.


Sebelum masuk gapura kedua, ada peta lokasi Pendopo Agung, jadi bisa dilihat dulu untuk mengikuti alur dan agar tahu nama-nama lokasi di dalam Pendopo Agung.



Oh, gapura depan itu ternyata disebut pintu gerbang. Baru gapura kedua disebut Gapura Pendopo. Gapuranya estetik banget ya. Andai tahu mau ke Mojokerto, bawa lurik buat foto-foto di sini keren deh. Asli!



Setelah memasuki Gapura Pendopo, di sisi kiri ada patung Mahapatih Gajah Mada. Lalu, ada Prasasti Pendopo Agung. Tapiii mungkin karena pas masuk fokusnya ke video, aku nggak paham letak Prasasti Pendopo Agung ini di sebelah mana. Mungkin di sisi kanan gapura. Maafkan. Heuheuheu.



Di depan megahnya bangunan Pendopo Agung, ada patung Raden Wijaya yang merupakan pendiri dan raja pertama Kerjaaan Majapahit. Karena di dalam pendopo lumayan rame, kami nggak masuk untuk duduk-duduk, tapi langsung keliling. Khawatir keburu tutup juga karena udah sore.



Fasilitas di sini tuh lengkap. Musala dan toilet tersedia. Bangunan toiletnya aja estetik gini. Ada banyak bilik dan bersih. Air mengalir lancar. Ada toilet dengan tulisan VIP, mungkin khusus tamu VIP. Karena kalau baca di peta ada Ruang Transit VIP. Sepertinya sering ada pengunjung VIP, karenanya disediakan ruang transit dan toilet VIP.



Walau areanya luas, jalan-jalan di area Pendopo Agung tuh enak banget. Terlebih kami dateng pas sore kan, jadi makin teduh. Kami mulai dari sisi kanan pendopo, jalan terus, lalu ketemu dinding relief. Kami salah alur, kekeke. Harusnya dari sisi kiri karena silsilah raja yang memimpin Kerajaan Majapahit dimulai dari sisi kiri. Dinding Relief berisi gambar yang mengisahkan kejayaan Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya yang merupakan pendiri dan raja pertama Kerajaan Majapahit dan Mahapatih Gajah Mada digambarkan dalam relief.




Pendopo Agung dibangun di area yang diyakini dahulu merupakan pendopo Kerajaan Majapahit. Hal ini diyakini karena di area ditemukan batu umpak-umpak yang konon katanya merupakan pondasi dari pendopo. Situs Batu Umpak-umpak berada di dekat Penangkaran Burung Merak. Dipercaya pula, di pendopo itu juga Mahapatih Gajah Mada mengucap Sumpah Palapa untuk menyatukan nusantara. Hal ini digambarkan pula dalam relief.


Setelah melewati Dinding Relief, ada pintu yang akan membawa kita ke Situs Benda Cagar Budaya Patok Gajah (Batu Miring). Situs inilah yang aku cari karena penasaran pengen liat wujud aslinya kayak gimana. Merasa seneng karena akhirnya bisa berkunjung dan melihat wujud asli dari patok yang sering aku dengar ceritanya dari masa kanak-kanak. Dulu sering mendengar kisah tentang Batu Patok Gajah ini, katanya, dahulu Mahapatih Gajah Mada sengaja menancapkan batu berbentuk segi lima dan kelak jika ada yang bisa menarik batu tersebut, maka Kerajaan Majapahit akan ketemu. Kalau dipikir-pikir, beberapa peninggalannya ada, sudah ditemukan, tapi kenapa kerajaan atau istananya belum ketemu sampai sekarang. Bayangin kalau beneran ada yang bisa narik Batu Patok Gajah lalu Kerajaan Majapahit ketemu, bakalan semegah apa istananya.



Menurut sejarah yang diceritakan secara turun temurun dan bisa kita baca di beberapa artikel di internet, Batu Patok Gajah dahulu berfungsi sebagai tempat mengikat gajah atau kuda yang menjadi tunggangan Mahapatih Gajah Mada. Ada pula cerita bahwa Mahapatih Gajah Mada sengaja menancapkan Batu Patok Gajah dan kelak akan ada titisannya yang bisa menarik batu tersebut.



Dari zaman kanak-kanak dulu, bahkan sampai sekarang, setiap kali membahas kisah ini, jadi penasaran, siapa kelak yang akan berhasil menarik Batu Patok Gajah. Apakah benar akan ada yang bisa? Dan jika ada yang bisa, apakah benar Kerajaan Majapahit bakalan ditemukan? Dan, jika dibuat cerita fiksi, pastinya akan seru. Hehehe.



Batu Patok Gajah satu-satunya bangunan yang ada di area luas seperti... hutan? Tapi tidak terlalu banyak pohon. Mungkin dulu hutan. Dan yang bikin aku kaget, ternyata, tempat yang pernah aku datangi di dalam mimpi ada di sana. Tepatnya di titik ini. Speechless dan takjub. Ternyata tempat itu ada di dunia nyata.



Dari area hutan dan Situs Batu Patok Gajah, ada pintu yang menghubungkan dengan area luar, sepertinya. Karena penasaran, kami lanjut jalan dan ternyata itu area pemakaman dan di sana letak Makam Panggung. Jadi Makam Panggung ini lokasinya di luar pagar area Pendopo Agung, tapi masih masuk dalam peta lokasi wisata Pendopo Agung. Sayangnya pas kami nyampek, juru kuncinya udah nggak ada, jadi nggak bisa masuk karena pintunya dikunci. Mungkin karena udah hampir jam tutup juga, dan mungkin jarang yang berkunjung sampai Makam Panggung, juru kuncinya jadi pulang duluan.



Walau namanya Makam Panggung, katanya di dalamnya nggak ada makam. Ini nggak bisa liat karena nggak bisa masuk, pintunya terkunci. Menurut artikel dari Radar Majapahit Dot Com, Makam Panggung juga dikenal dengan nama Sanggar Agung Songsong Bawono. Sanggar pamujan tempat Raden Wijaya bersemedi dan kemudian mendapat amanah dari para leluhur untuk mendirikan Kerajaan Majapahit. Makam Panggung bukan makam, melainkan termasuk salah satu petilasan Raden Wijaya. Disebutkan pula, di Makam Panggung inilah Mahapatih Gajah Mada meminta restu Yang Maha Kuasa dan pertama kali mengucap Sumpah Amukti Palapa.


Ketika sedang menikmati heningnya suasana di depan Makam Panggung, tiba-tiba ada seorang pria yang menghampiri kami dan mengatakan jika juru kunci sudah pulang. Pria itu duduk di bawah pohon beringin, berkata akan membantu menjaga dan kami disuruh langsung masuk aja, buka pintunya sendiri yang ternyata pintunya nggak bisa dibuka. Lalu, pria tersebut meminta uang saku, buat makan katanya. Setelah membaca ulasan di Google Maps, ternyata ada beberapa pengunjung yang menceritakan hal yang sama. Berarti bukan hanya kami yang ditemui oleh kemungkinan pria yang sama.


Sebelum makan di kafetaria, kami mengunjungi Situs Batu Umpak-umpak dan Penangkaran Burung Merak. Ada beberapa kandang yang menjadi rumah dari burung-burung merak cantik. Sayang nggak ada yang ngembangin pas kami tengok. Perjalanan ditutup dengan makan malam di kafetaria Pendopo Agung. Video kunjungan ke Pendopo Agung Trowulan bisa ditonton di sini.


Dalam perjalanan pulang, jadi kepikiran, betapa kerennya orang-orang yang mengabdikan diri sebagai juru kunci makam-makam bersejarah. Tidak ada tarif masuk, jadi tergantung pengunjung mau ngasih uang saku apa nggak. Belum tentu ramai pengunjung juga, tapi hidupnya terlihat damai dan nyantai. Masyaallah.


Kami sempat meluangkan waktu, ngaso sejenak di rest area tol. Sayang nggak ada foto atau video yang diabadikan karena baterai ponsel habis. Jadi paham kenapa kadang ada orang yang rela masuk tol hanya buat berhenti di rest area padahal nggak ada tujuan kemana-mana. Selain jajanan di rest area itu enak-enak, dan unik, duduk diam di rest area bisa menjadi sarana healing. Terlebih kami mampir pas malam, walau singkat, aku menikmati momen itu. Ternyata memang menyenangkan dan menenangkan. Jadi kepengen nyobain lagi. Kekeke. Semoga next time ada kesempatan. Aamiin. Sekian cerita perjalanan mengunjungi Pendopo Agung Trowulan. Mohon maaf jika ada salah kata. Gomawo matur tengkyu buat yang udah mampir dan baca.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews