One Day To Trip Mojokerto #3 - Makam Putri Cempo Trowulan

05:09

 Makam Putri Cempo Trowulan



Lebaran tahun ini setelah bersilaturahmi ke Pasuruan bisa kembali sowan ke Makam Ratu Ayu di Bangil. Dari Makam Ratu Ayu, masih ada cukup banyak waktu dan karena pada perjalanan sebelumnya anak-anak belum puas menjelajah Mojokerto, akhirnya memutuskan untuk lanjut ke Mojokerto. Melanjutkan mengunjungi daftar tempat yang sudah dibuat. Kebetulan Nduk Ra menyukai hal yang berbau sejarah, jadi dalam perjalanan sebelumnya doi merasa puas dan senang bisa mengunjungi Museum Majapahit dan Buddha Tidur Mojokerto. Jadi semakin antusias ketika akhirnya kami memutuskan untuk lanjut ke Mojokerto.


Tujuan pertama sebenarnya adalah Makam Raden Wijaya, tapi entah kenapa sama Google Maps malah diarahkan ke situs Makam Putri Cempo. Dan yang bikin kami... terkejut, terkesima, ternyata lokasinya itu nggak jauh dari Museum Majapahit bahkan kami lewati. Bedanya kalau ke museum jalan terus, kalau ke Makam Putri Cempo belok kiri. Andai waktu itu tahu dan nggak pas tengah hari panasnya cetar aduhai, jalan kaki kayaknya seru. Karena melewati area Kolam Segaran. Bayangin jalan sore di sana pasti seru. Jadi pengen berwisata dan nginep di Mojokerto. Heuheuheu.


Pas nyampek tuh agak-agak bingung, agak ragu juga, karena dari papan petunjuk itu area parkirnya di depan hunian warga. Parno disasarin sama Google Maps kayak pas ziarah ke Pasuruan sampai bikin orang kampung heboh di tengah hari yang panas. Karena celingukan nggak nemu jalan atau papan petunjuk lagi yang mengarah ke makam, akhirnya Nduk Ra ditugaskan untuk bertanya ke salah satu warga yang kebetulan ada di depan rumahnya. "Langsung masuk aja." Begitu katanya. Setelah diintip, ternyata situs Makam Putri Cempo ada di belakang hunian warga tersebut.


Waktu berjalan menuju lokasi makam, jadi keinget sama lokasi Makam Ki Ageng Gribig di Malang yaitu lokasi sama-sama di tengah area hunian warga. Bedanya kalau di Makam Ki Ageng Gribig itu pemukiman udah padet dan rame, di Makam Putri Cempo hanya ada beberapa rumah dan sepi.


Di bagian depan ada gapura yang bentuknya klasik dan cantik walau udah sedikit usang. Hening banget, sepi, asri, teduh dan sejuk. Ketika kami masuk, nggak ada orang sama sekali, tapi disediakan meja serta buku tamu. Jadi langsung nulis sendiri buku tamu. Oiya, katanya di bagian tengah gapura ada ukiran bunga cempaka yang merupakan nama dari Putri Cempo (cempaka).



Banyak pohon besar yang tumbuh di sisi kanan jalan menuju makam hingga membuat suasana terasa asri, teduh, dan adem. Jalan masuknya berupa lorong panjang yang ketika melewatinya jadi keinget sama lorong rumah sakit. Maafkan isi otakku yang random. Heuheuheu. Bagian atap lorong udah ada peneduh jadi kalau pas hujan masih aman jalan ke area makam, pas panas pun nggak akan kepanasan. Asli di situs ini tuh teduh dan asri banget. Mana hening sekali.



Di dekat gapura masuk ada pendopo yang bisa dijadikan tempat untuk istirahat. Toilet dan musala tersedia. Sepertinya air di area ini diperoleh dari sumur karena ada bangunan sumur di dekat tempat wudu. Tempatnya bersih. Trus ada semacam kursi taman yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk duduk-duduk di bawah pohon yang rindang.



Ketika mulai memasuki area makam yang bener-bener jajaran makam, aku melihat ada pria yang memasuki area, menyusul kami. Udah nebak beliau adalah juru kunci yang bertugas menjaga dan memelihara makam. Ternyata beneran. Asli beliau ramah banget, udah sepuh. Waktu tahu kami dari Malang, Bapaknya bercerita kalau salah satu anaknya menikah dengan orang Malang. Kami diantar menuju makam Putri Cempo yang areanya dikunci.


Kenapa sama Google Maps diarahkan ke situs Makam Putri Cempo Trowulan, karena di sini juga Raden Brawijaya V dimakamkan. Makam Putri Cempo berada di posisi paling atas di area makam. Ada tiga makam, dua makam bersanding dan satu makam terpisah. Menurut Bapak Juru Kunci, yang berada di samping makam Putri Cempo adalah makam Raden Brawijaya V. Lalu, satu makam lainnya adalah makam mbok emban atau ibu pengasuh Putri Cempo yaitu Eyang Kinasih.



Ketika melihat satu makam yang terpisah, kupikir itu Makam Panjang, karena ukurannya memang panjang banget. Setelah nanya Bapak Juru Kunci, ternyata makam Eyang Kinasih, mbok emban yang mengasuh Putri Cempo. Ngebayangin, orangnya pasti tinggi banget.



Ketika berdiam di depan makam Putri Cempo, perasaan rasanya campur aduk. Ada rasa suka, senang, bahagia, sekaligus haru. Entah kenapa rasanya tuh kayak merasakan hangatnya kasih sayang dan cinta yang tulus yang membuat perasaan jadi tenang. Berlama-lama duduk, membuat enggan beranjak. Didukung suasana tenang dan ditemani suara kicauan burung... lupa namanya, padahal pernah nemu kisahnya diulas di Reel Instagram, jadi makin betah.


Senang karena akhirnya bisa mengunjungi makam Putri Cempo yang udah lama banget bikin penasaran dan bikin pengen sowan. Dulu pernah dengar cerita, katanya Raden Brawijaya V sangat mencintai Putri Cempo hingga berpesan ketika meninggal kelak ingin dimakamkan di samping makam sang permaisuri.


Dari Radar Majapahit Dot Com dan berbagai sumber yang saya baca, pada era Putri Cempo agama islam mulai memasuki Kerajaan Majapahit. Putri Cempo sendiri berasal dari negeri Cempo (Campa). Namanya Cempaka dan memiliki paras yang sangat cantik. Putri Cempo adalah istri kelima dari Raja Brawijaya V.


Di area pemakaman tepat di bawah makam Putri Cempo, terdapat makam pembuat pusaka Kerajaan Majapahit yaitu Empu Supo dan makam Tumanggung Puspanegara. Tepat di dekat tangga yang menuju makam Putri Cempo, ada makam yang ukurannya sangat kecil, karena penasaran salah satu anggota rombongan bertanya. Menurut Bapak Juru Kunci, itu adalah makam salah satu ksatria pengikut setia Raja Brawijaya V. Ukuran tubuhnya memang sangat kecil (kerdil).



Kalau yang membuatku penasaran adalah bangunan kecil berbentuk segi empat lengkap dengan atap dan terkunci. Menurut Bapak Juru Kunci, bangunan tersebut adalah Sanggar Pamujan. Dikunci karena termasuk tempat yang dianggap suci dan tidak sembarang orang bisa masuk. "Kalau di kerpecayaan kita orang islam, tempat ini kayak langgar gitu. Jadi digunakan untuk berdoa." Begitu tutup Bapak Juru Kunci. Menurut informasi pada artikel di Radar Majapahit Dot Com, Sanggar Pamujan dahulu merupakan tempat yang digunakan Damar Wulan untuk bersemedi dan kemudian beliau dinobatkan sebagai Raja Brawijaya V.


Bapak Juru Kunci juga menjelaskan jika dua makam di dekat pintu masuk yang nisannya ditutup kain putih dan makam dinaungi payung berwarna putih dan merah merupakan makam Singo Barong dan Macan Putih. Keduanya adalah panglima perang di bawah pimpinan Raja Brawijaya V di Kerajaan Majapahit. Makam-makam lain yang berada di sekitar makam Putri Cempo dipercaya sebagai makam pengikut setia dan prajurit Majapahit di era pemerintahan Raja Brawijaya V.



Selesai ziarah, sembari berjalan pulang kami ngobrol dengan Bapak Juru Kunci termasuk membahas pohon-pohon besar yang tumbuh di dekat gapura masuk. Ukurannya sangat besar dan pasti umurnya lebih tua dari kami semua yang ada di sana.


Seneng banget karena akhirnya bisa sowan ke makam Putri Cempo. Area sekitar itu masih ladang, sawah, jadi hening dan sejuk banget. Selama berdiam di makam, membayangkan secantik apa Putri Cempo. Pasti cantik banget! Andai punya bakat indihome, kemungkinan bisa lihat kali ya. Heuheuheu. Video ziarah ke makam Putri Cempo bisa ditonton di sini ya. Sumber tertulis tentang situs makam Putri Cempo bisa dibaca di artikel ini dan artikel ini dari Majapahit Dot Com. Sekian kisah perjalanan sehari di Mojokerto. Mohon maaf jika ada salah kata. Gomawo matur tengkyu buat yang udah mampir dan baca.


You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews