Akhirnya Bisa Kembali Berkunjung Ke Kebun Raya Purwodadi Pasuruan.

21:05

 Akhirnya Bisa Kembali Berkunjung Ke Kebun Raya Purwodadi Pasuruan.



Aku menyukai pepohonan dan bunga, karenanya aku menyukai kebun raya. Menyatu dengan alam, menyelaraskan energi, membentuk ikatan kasih. Karena kita, manusia adalah bagian dari alam itu sendiri.


Akhirnya!!! Setelah menunggu selama ratusan purnama, bisa juga kembali berkunjung ke Kebun Raya Purwodadi Pasuruan. Pertama kali berkunjung ke Kebun Raya Purwodadi kalau nggak salah ingat sekitar 13 tahun yang lalu. Antara tahun 2008-2009 untuk mengikuti acara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang jatuh pada tanggal 12 November. Kalau tidak salah ingat, acara digelar pada hari Minggu dan diikuti oleh seluruh puskesmas di Kabupaten Malang.

Waktu itu dibebaskan untuk mengajak anggota keluarga untuk datang ke acara. Kebetulan Ibu dan Bapak sama-sama kerja di puskesmas, dan waktu itu Rara masih bayi, jadi Ibu nggak bisa ikut. Jadinya, hanya saya dan Bapak yang berangkat. Kelinci--adik sepupu saya--juga ikut karena ibunya juga kerja di puskesmas yang sama dengan orang tua saya. Jadilah kami berangkat bersama, naik motor, tidak ikut rombongan yang naik bus. Saya sama Bapak, Kelinci sama ayahnya.

Waktu itu tuh dah kayak mimpi jadi nyata buat saya. Karena biasanya cuman bisa liat dari luar saat dalam perjalanan mudik ke Mojokerto dan Sendang, kali ini bisa masuk. Senengnya minta ampun! Bakalan ketemu pohon-pohon besar nan rindang dan bunga-bunga yang cantik. Sangat antusias sekali pakek banget.


Karena acara dibuka dengan senam pagi dan lanjut jalan sehat, jadi secara nggak langsung diajak keliling area kebun raya. Berdua sama Kelinci, semangat mengikuti agenda kedua acara yaitu jalan sehat. Kami absen senam pagi karena telat. Hehehe. Jalannya lumayan jauh, mengelilingi sebagian kecil area kebun raya. Selesai dengan jalan sehat, kami diminta istirahat dan dapat nasi kotak. Saya sama Kelinci mojok, makan di dekat kolam teratai yang rimbun. Tapi, ketika berkunjung kembali di bulan Februari tahun 2021 kemarin, saya cari area ini udah nggak ada. Kolamnya masih ada, tapi bunga teratainya nggak ada sama sekali.

Selesai mengisi perut, kami berdua kelambi lanjut jalan-jalan setelah minta izin pada orang tua. Dimulai dengan menemukan Pohon Gada dan hutan bambu, lanjut ke arah yang saya nyebutnya timur, nemuin area cantik yang kalau sekarang diinget tuh mirip Nami Island. Dulu waktu belum di aspal lebih mirip. Sekarang walau udah di aspal tetep cantik. Lanjut jalan sampai area terpojok, tempat camping ground yang waktu itu berbatasan sama area hutan liar.

Selama perjalanan di kebun raya sangat berkesan, tapi yang paling berkesan ketika kami jalan sampai di ujung yang saya nyebutnya utara dan nemu pintu kecil yang menghubungkan area kebun raya dengan wana wisata air terjun. Kalau nggak salah nama air terjunnya Coban Baung. Karena penasaran, saya dan Kelinci pun keluar area, lalu menuju area coban. Ternyata di sana kalau mau masuk bayar lagi. Tapi, karena sebelumnya dapat informasi bahwa kami yang ikut kegiatan peringatan HKN udah termasuk semua, saya pun dengan PD-nya berjalan menuju pintu masuk.

Dari pintu masuk ada area teduh dan area persewaan sepeda, permainan anak, dan aduh saya nggak tahu namanya. Wkwkwk. Pokoknya kayak mobil elektrik buat keliling. Kalau dulu ada kereta super panjang yang bisa dinaiki rame-rame untuk keliling. Tapi, itu udah nggak ada. Sebagai gantinya ada sepeda, scooter, dan mobil elektrik yang paling gede muat buat enam orang.

Dicegat dong sama mas-mas penjaganya. Disuruh beli tiket dulu baru masuk. Rombongan entah dari puskesmas mana yang ngekor di belakang kami juga ikutan berhenti. Entah apa yang ada dalam pikiran saya waktu itu, saya memang belok ke loket, tapi bukan buat beli tiket. Saya malah menjelaskan bahwa saya anggota dari rombongan keluarga besar puskesmas Kabupaten Malang dari Puskesmas Poncokusumo yang sedang mengikuti acara peringatan HKN di Kebun Raya. Saya bilang kalau sebelumnya dikasih tahu bahwa kami dapat tiket masuk yang bisa dipakai untuk ke semua akses, termasuk air terjun.

Saya ingat sempat terjadi cek-cok di antara kami, tapi entah kenapa tetiba kami berdua diizinkan masuk tanpa harus beli tiket. Mungkin petugasnya kasihan liat muka melas saya sama Kelinci. Hehehe. Muka abang-ireng habis jalan mubeng berkeliling Kebun Raya. Yang nyebelin itu, rombongan entah puskesmas mana yang ngekor, ikutan masuk setelah kami dapat izin masuk gratis. Sebel sih. Mereka dah emak-emak dan bapak-bapak, tapi diem aja pas kami cek-cok. Giliran kami dapat akses gratis, langsung nyerbu ikutan masuk.

Baru saya tahu ketika pulang dan cerita ke kakak sulung kalau area air terjun dan kebun raya itu beda pengelola. Baik banget penjaga loketnya yang udah kasih izin kami masuk tanpa harus bayar tiket. Kalau saya ama Kelinci aja nggak papa. Nah, buibu dan bapak-bapak yang ikutan masuk itu lebih dari lima orang. Mereka mampu bayar tiket sebenernya, tapi malah ikutan nerobos masuk.

Karena waktu itu bulan November, lagi musim hujan, air terjun lagi gede-gedenya hingga ada larangan turun ke area air terjun. Airnya pun berwarna coklat waktu itu. Padahal cantik banget dan cobannya itu gede, hampir sama kayak Coban Pelangi. Karena ada larangan, kami nggak turun ke area air terjun. Dulu ada semacam menara gitu, jadi kami naik ke atas menara untuk menikmati keindahan air terjun dari sana.

Tahun segitu, saya pakai hape Sony Ericsson K300i. Udah bisa foto-foto, tapi sayang kagak ke simpen. Googling aja tentang Coban Baung yang misterius namun cantik dan anggun. Nah, udah segini aja mengenang masa lalunya. Hehehe. Sekarang kembali ke kunjungan di tahun 2021.


Pada tanggal 7 Februari 2021, kami bersama beberapa penghuni Sarang Clover ada jadwal one day trip to Lawang. Karena udah sewa mobil buat sehari penuh, selain ke tujuan utama, kami sepakat untuk mampir ke tempat wisata. Sekalian berwisata setelah era new normal datang. Hari itu sekalian jadi hari Sehari Berwisata Kuliner Di Kecamatan Pakis. Akhirnya kami sepakat untuk mengunjungi Kebun Raya Purwodadi. Lokasinya cukup dekat dari Lawang. Saya antusias sekali karena semua setuju untuk ke Kebun Raya Purwodadi saja. Akhirnya bisa berkunjung kembali. Akhirnya bisa ketemu pohon-pohon dan bunga-bunga cantik lagi. Misi yang harus dijalankan adalah mencari Pohon Sal atau Sal Flower.



Yang bikin saya kaget, ternyata di lokasi, boleh dibilang sangat ramai. Saya pikir nggak akan sebanyak itu orang yang tertarik dengan kebun raya. Ternyata saya salah. Ramai pengunjung. Tapi, karena ini kebun raya dan area terbukanya amat sangat luas sekali pakek banget, nggak papa lah. Kami bisa nyari tempat yang jauh dari kerumunan.

Walau area terbuka, pihak Kebun Raya menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Jadi, pengunjung harus pakek masker dan cek suhu. Bahkan, disediakan tempat cuci tangan. Oya, area parkir juga sangat luas. Saya lupa berapa biaya parkirnya. Sepuluh ribu rupiah saja kalau nggak salah.

Untuk harga tiket masuk mulai Rp. 9.500,- sampai Rp. 15.000,- aja. Murah ya. Untuk bisa menikmati area taman dan hutan lindung yang maha luas. Kalau nggak salah, wisatawan lokal tarifnya Rp. 9.500,- dan wisatawan asing Rp. 15.000,- CMIIW. Untuk anak-anak bisa diukur tinggi badannya dulu sebelum masuk. Karena ada batasan yang nantinya tidak terhitung harus bayar tiket masuk.




Beda dari saat saya pertama berkunjung, pintu masuk tidak lewat pintu utama gerbang yang maha besar itu. Jadi lewat dari area parkir, naik tangga dan langsung ada loket dan pintu masuk. Mohon maaf saya nggak tahu biaya sewanya berapa, karena saya lebih antusias untuk jalan kaki aja. Hehehe. Sebenernya pengen nyewa sepeda, tapi full terus gitu. Daripada nunggu bengong, ngantri giliran kan mending dibuat jalan. Sekalian olah raga juga.

Ketika mulai berjalan, perhatian saya langsung tertuju pada taman yang dipenuhi bunga lotus. Langsung dah ngibrit ke area yang ternyata bernama Taman Akuatik dan Paku. Di sini saya menggila karena akhirnya bisa bertemu langsung dengan bunga lotus, walau bukan lotus putih, tapi seneng banget. Selama ini udah sering ketemu bunga teratai, tapi kalau lotus, baru kali ini bisa ketemu langsung dan bisa pegang-pegang. One of my dream come true. Hehehe. Rasanya ogah beranjak dari taman lotus. Heuheuheu.





Di dekat area Taman Akuatik ada Taman Mexico. Jadi, kalau teman-teman memilih jalan ke arah kiri dari area persewaan, akan ketemu Taman Akuatik dan Taman Mexico. Di Taman Mexico ini didominasi tanaman kaktus dan panas sekali karena nggak ya kaktus kan perdu ya.






Nah, jalan terus nanti bakalan ketemu sama Pohon Gada legendaris. Kenapa saya bilang legendaris? Karena pohon ini tetep ada dari pertama saya datang berkunjung hingga saya balik 13 tahun kemudian. Auranya tetep cantik rada creepy. Sayangnya buah-buahnya masih dicorat-coret sama pengunjung.



Hutan bambu juga masih ada. Bahkan, suasananya sekarang labih bersahabat. Nggak serimbun seperti ketika pertama kali saya berkunjung. Sayangnya nggak terdengar musik alam dari gesekan pohon-pohon bambu ketika sejenak saya tinggal di sana.

Dari hutan bambu, lanjut ada area baru yang cukup ikonik juga yaitu berupa gapura berwarna hitam. Klasik dan cantik. Nggak jauh dari area ini ada tanah lapang yang di salah satu sisinya berdiri bangunan yang belakangan jadi ikon juga. Bangunan ini yang membuat saya punya pikiran, jadi berasa di Korea ya. Hehehe. Katanya sih emang pengelolanya sekarang ada orang Korea-nya. Tapi ga tau juga ya. Itu kabar angin yang saya dengar. CMIIW.

Di tepi area Lawn Majapahit--kalau nggak salah sebut ini ya--berdiri Rumah Kaca Display dan Menara Pandang. Sayangnya kedua tempat ikonik ini terkunci. Jadi para pengunjung nggak bisa masuk. Entah karena corona atau emang selalu dikunci, saya nggak paham. Nggak ada petugas yang jaga juga untuk bisa ditanya-tanya. Hehehe. Padahal saya udah ngebayangin naik ke Menara Pandang dan bisa melihat seluruh area Kebun Raya dari atas sana. Heuheuheu. Oya, untuk area kolam renang anak juga dikeringkan. Mungkin karena efek corona.



Buat kaum beser kayak saya, jangan khawatir. Walau area kebun raya sangat luas, tersedia toilet di beberapa titik. Airnya juga mengalir lancar. Trus, di belakang Rumah Kaca Display, masih jadi satu bangunan sih cuman di bagian belakang itu ada musala. Jadi bisa salat di sana. Untuk toilet gratis. Nggak ada pungutan biaya untuk pipis dan kegiatan panggilan alam lainnya. Walau gratis, tetap jaga kebersihan ya!

Jalan-jalan di area sisi utara berlanjut, walau belum sepenuhnya. Kebetulan yang kuat jalan jauh cuman saya sama Rara. Pencarian area yang mirip di Nami Island pun berlanjut. Selain ditemani Rara, ada Yani juga yang ikutan. Area ini lumayan dekat dari pintu gerbang utama. Jalan sebentar, belok kiri, udah nyampek. Area ini menjadi salah satu lokasi favorit untuk pre wedding. Dulu sebelum di aspal lebih mirip salah satu spot di Nami Island. Walau udah di aspal, tetep cakep kok buat foto-foto.




Niatnya mau lanjut cari area camping ground dan lain-lainnya termasuk pohon berbunga lebat di tengah rimbunnya hutan lindung yang dulu saya lihat bersama Kelinci, tapi apa daya kaki udah gempor. Air mineral yang kami bawa juga udah habis. Perasaan areanya jadi lebih luas dari sebelumnya. Atau energi saya yang udah turun drastis ya? Wkwkwk. Dulu ama Kelinci bisa blusukan hampir ke seluruh area. Kemarin baru seperempatnya kalau nggak salah, udah gempor kaki. Akhirnya kami memutuskan untuk balik lagi ke area utama. Lanjut untuk mencari pohon dari Sal Flower.

Pada akhirnya kami kagak jadi nyewa mobil listrik pun sepeda. Karena antriannya panjang. Pun nggak naik andong buat keliling. Mungkin karena hari Minggu dan ramai pengunjung, jadi apa-apa ngantri.

Di dekat gerbang utama, berjajar stan penjual makanan dan minuman. Untuk mengisi energi, saya membeli jus alpukat. Harganya murah. Sepuluh ribu udah dapat satu cup medium jus alpukat segar. Sembari menikmati jus alpukat, lanjut mencari keberadaan Sal Flower usai nanya ke Witch lokasi tepatnya. Karena waktu kami butuh Sal Flower untuk pengobatan, Witch yang pergi ke Kebun Raya. Jadi, dia yang tahu lokasi pastinya.




Setelah agak muter-muter dan munyer-munyer nyari lokasi, akhirnya ketemu juga. Ternyata lokasinya deket pagar, jadi misal dilihat dari luar, dari tepi jalan raya kelihatan. Sayangnya ketika saya berkunjung, Sal Flower-nya baru muncul beberapa kuncup bunganya. Jadi belum rezeki ketemu pas dia lagi berbunga lebat dan mekar. Heuheuheu.



Nama ilmiahnya Couroupita guianensis Aublet. Disebut juga sebagai Pohon Kanon. Di Indonesia dikenal dengan Pohon Sala. Kenapa saya sangat tertarik pada pohon ini? Kalau sedang berbunga, dia cantik banget. Begini bentuknya saat sedang berbunga. Ini saya nyari di internet, tapi paling mendekati sama yang ada di kebun raya. Perjalanan ditutup dengan mengunjungi area rasa Nami Island dan ketemu Sal Flower.





Walau rasa rindu sudah terobati, tapi kalau ditanya udah puas apa belum, jawabannya belum. Masih kurang puas dan kepengen balik sana lagi suatu hari nanti. Semoga suatu hari nanti bisa balik lagi ke kebun raya. Aamiin.

Tempurung kura-kura, 08 Mei 2021.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews