Review Drama Korea Squid Game (2021)

20:47

 Squid Game



456 peserta, hanya satu yang akan keluar sebagai pemenang. Kalah berarti mati!


• Judul:

   - Global: Squid Game

   - Romanisasi: Ojingeo Game

   - Hangul: 오징어 게임

• Sutradara: Hwang Dong Hyuk

• Penulis: Hwang Dong Hyuk

• Network: Netflix

• Episode: 9

• Tanggal rilis: 17 September 2021

• Durasi: ± 60 menit

• Bahasa: Korea

• Negara: Korea Selatan

• Pemeran:

  - Lee Jung Jae : Seong Gi Hun

  - Park Hae Soo: Cho Sang Woo

  - Oh Young Soo: Oh Il Nam

  - Jung Ho Yeon: Kang Sae Byeok

  - Heo Sung Tae: Jang Deok Soo

  - Kim Joo Ryung: Han Mi Nyeo

  - Tripathi Anupam: Ali Abdul

  - Lee Byung Hun: Front Man

  - Wi Ha Joon: Hwang Jun Ho


Seong Gi Hun (Lee Jung Jae) terlilit hutang dan dikejar-kejar rentenir. Suatu hari, ia bertemu orang misterius yang kemudian memberinya kartu nama untuk mengikuti sebuah permainan dengan hadiah uang sebesar 45,6 miliar won untuk pemenang. Gi Hun memutuskan bergabung dalam game misterius itu.

Dalam permainan, Gi Hun bertemu Cho Sang Woo (Park Hae Soo) teman sejak kecil yang seperti saudara sendiri bagi Gi Hun. Gi Hun dan Sang Woo bekerja sama dalam menyelesaikan setiap permainan untuk bertahan hidup. Kalah berarti mati!


Akhirnya nonton juga. Kekeke. Maaf ya, wahai teman yang udah meminta dan mau menunggu dengan sabar saya nonton dan review drama yang booming banget di tahun 2021 ini. Rada telat banget sih ya. Hehehe. Moga ntar setelah baca review ini bisa terhibur. Mau nonton atau nggak, saya kembalikan pada dikau. Yuk, kita berbagi kesan usai nonton Squid Game.



Sebenarnya setelah nonton preview drama ini di Instagram, saya udah niat pengen nonton. Walau di video teaser tersebut disuguhi adegan peserta yang ditembaki sampai berdarah-darah. Tapi, nggak tahu kenapa pas udah rilis, belum ada mood nonton. Ketika drama ini booming, viral hingga dibicarakan di mana-mana, masih belum ada keinginan untuk nonton. Terlebih setelah banyak ulasan mulai dari yang bagus sampai jelek. Baik buruknya diungkap, sadis dan beringasnya, brutalnya hingga adegan mesum. Mungkin karena terlalu ramai, jadi bosan. Tapi, salah satu temen minta saya nonton dan review drama ini. Doi mau nonton takut setelah baca-baca ulasan di sosial media. Takut beneran sadis dan brutal, katanya. Kebetulan hari Sabtu kemarin agak luang, jadi maraton seharian. Hehehe.



Walau pemeran utamanya adalah Seong Gi Hun (Lee Jung Jae), drama ini juga menceritakan kisah beberapa pemeran di dalamnya. Setiap kisah dibahas sampai tuntas seenggaknya untuk musim pertama ini. Denger-denger musim kedua bakalan rilis ya, walau sebelumnya sempat diberitakan tentang kemungkinan nggak ada musim kedua. Gi Hun seorang duda yang hidup dengan ibunya. Sang ibu mengalami sakit diabetes dan harus segera diobati. Gi Hun juga terlilit banyak hutang dan gemar berjudi. Dalam perjalanan pulang usai merayakan ulang tahun putri tunggalnya, Gi Hun bertemu pria misterius yang mengajaknya bermain sebuah permainan tradisional Korea dengan aturan jika Gi Hun kalah, dia harus ditampar dan jika Gi Hun menang, dia akan mendapatkan uang. Selesai dengan permainan itu, pria misterius memberinya sebuah kartu nama bergambar kotak, segitiga, dan lingkaran. Di balik kartu nama tersebut tertera sebuah nomor telepon. Terhimpit keadaan, Gi Hun akhirnya menghubungi nomor tersebut dan mendaftar sebagai anggota.



Dalam permainan tersebut, Gi Hun bertemu dengan Cho Sang Woo (Park Hae Soo). Teman sejak kecil yang sudah seperti saudaranya baginya. Pria pintar kebanggaan kampung halaman mereka. Gi Hun dan Sang Woo sepakat untuk berjuang bersama hingga akhir permaian.



Jumlah pemain 456 orang dengan total hadiah uang 45,6 miliar won. Permainan yang dimainkan adalah permainan anak-anak, namun jika kalah berarti mati. Gi Hun dan Sang Woo harus bertahan hidup demi bisa keluar dari tempat permainan dan mendapatkan hadiah uang tunai untuk menyelesaikan masalah mereka.



Jujur aja waktu nonton drama ini perasaan tuh biasa aja. Mungkin karena efek nonton belakangan setelah viral dan banyak dibicarakan di seluruh sosial media. Jadi udah kenyang sampai bosan baca review dan segala teori-teorinya. Karena banyak banget yang bahas mulai dari yang bagus sampai jelek.

Sadis kah? Menurut saya masih biasa. Kalau brutal iya. Sekalinya gagal langsung ditembak mati, di tempat, di depan peserta lain. Nembaknya itu yang brutal. Kayak semua peluru dikeluarkan ke segala penjuru tempat peserta berada. Trus, pada beberapa adegan dikasih liat pas nembak kepala para peserta. But don't worry, buat pemeran 'penting' nggak dikasih liat kok.

Untuk adegan membedah mayat, bagi saya juga biasa aja. Malah berasa lebih serem di Dr. Brain. Padahal di Dr. Brain mayat udah bersih, nggak berdarah-darah kayak di drama ini. Memang benar jika ada yang menyebutkan drama ini menampilkan darah di mana-mana. Berlebihan atau nggak, saya nggak bisa kasih komentar. Hehehe. Bisa jadi wajar, bisa jadi nggak jika tolok ukurnya adalah kejadian di real life.



Idenya unik, membawa ingatan pada masa kanak-kanak. Permainannya, latar lokasi permainan yang dibuat penuh warna. Anak-anak pasti demen. Bahkan peti matinya pun didesain kayak tempat kado, kotak warna hitam dan dihiasi pita pink. Kenapa nuansanya selalu ada pink, ya? Pink Soldiers, cat pink, pita pink. Tempat boboknya pun di satu ruangan, rame-rame. Jadi berasa kayak masa-masa SD pas lagi PERSAMI gitu. Tapi kenangan yang seharusnya manis jadi creepy karena aturan mainnya, kalah berarti mati! Ya iya sih. Mana ada orang mau ngasih duit 45,6 miliar won dengan permainan yang mudah.




Ketika nonton secara langsung di dramanya, awal-awal saya bingung kenapa kok kesannya Pink Soldiers ini unyu. Mengesampingkan tugas mereka yang topengnya berlogo segitiga yang artinya tukang bantai, malaikat maut bagi peserta. Setelah diinget-inget ternyata membuat saya keinget ama komik Korea yang berjudul A Simple Thinking About Blood Type. Padahal ya beda jauh. Mohon maafkan otak saya yang random.




Karena keseluruhan tertutup, emang bikin penasaran gimana wajah-wajah di balik topeng dari Pink Soldiers kan. Pas dibuka satu, visualnya gila. Sayang numpang lewat doang ini mamas. Wkwkwk.



Horornya dapet. Kematian yang jaraknya sejengkal aja dari para peserta. Makin ke belakang makin disuguhi kisah-kisah nyesek. Terlebih saat permainan kelereng. Penghianatan, kehilangan, pengorbanan. Dalam game ini fisik dan mental peserta benar-benar dihancurkan hingga tersisa yang terkuat lah yang akan bertahan.



Arena game adalah neraka bagi siapa saja yang memasukinya, terutama buat peserta. Pink Soldiers punya aturan kalau identitas kebongkar, artinya mati. Itu kenapa mamas tamvan bertopeng logo kotak numpang lewat doang. Dia harus mati setelah nunjukin muka di depan umum. Yang jadi pelayan pun nggak punya kuasa buat dirinya sendiri. Bebas dimainkan 'para penguasa' yang menciptakan arena.

Seketat-ketatnya peraturan pasti ada celah. Itulah yang dimanfaatkan oknum dalam Pink Soldiers. Mereka memilih mayat peserta yang masih 'bagus' untuk dibedah dan diambil organnya untuk dijual. Kelakuan para oknum ini bejat banget. Tega memerkosa mayat peserta juga. Ikut kebawa amarah waktu mereka ceritain proses bedah mayat yang ternyata korban masih hidup dan disebut zombie. Mereka bukan manusia. Beneran kejam. Pantas kalau drama ini katanya dikasih rate 19+. Karena emang isinya nggak cocok ditonton anak di bawah umur. Mulai dari adegan penembakan yang brutal hingga sex scene ada.


Drama ini juga menyuguhkan bagaimana 'manusia' saat dalam kondisi terdesak oleh keadaan. Manusia bisa berubah jadi mengerikan jika menyangkut urusan bertahan hidup. Penyelenggara game-nya juga nyebelin. Peserta didorong untuk saling bunuh. Jadi keinget Hunger Game dah. Ya intinya sama sih ya, sama-sama permainan untuk bertahan hidup. Beda game yang dimainkan aja.

Ada kisah-kisah manis yang terselip namun bikin nyesek. Kisah Sang Woo dan Ali juga Sae Byeok dan Ji Yeong sama-sama manis tapi bikin nyesek. Andai mereka bisa keluar arena bersama-sama. Ji Yeong dan Ali dua karakter yang membekas di hati penonton sampai banyak banget yang bikin fanart mereka. Terutama fanart Ji Yeong. Andai nggak terhalang genre, ngarepnya Sae Byeok ama Ji Yeong bisa keluar bersama dan hidup bersama. Ali pun bisa balik ke keluarganya dan pulang ke Pakistan.




Setuju ama netijen yang bilang Lee Yoo Mi yang memerankan Ji Yeong ini mirip mendiang Sulli. Mirip emang. Kalau Yoo Mi ini pawakannya mungil, nggak bongsor kayak mendiang Sulli.



Kang Sae Byeok (Jung Ho Yeon) menjadi favorit karena karakternya yang kuat sebagai satu-satunya peserta wanita yang lolos ke final. Aslinya orang baik, hanya saja sering dikhianati ama orang-orang jahat di sekitar dia.



Ini nih nama yang bikin saya penasaran sampai pengen nonton, Lee Byung Hun Ajushi. Di drama ini dapat peran jadi Front Man. Awalnya saya pikir nggak bakan banyak scene beliau tunjuk muka, ternyata lumayan banyak hehehe.




Dan... karakter yang juga viral sampai bikin temen saya yang nggak suka Korea sampai jatuh hati pasca nonton drama ini adalah karakter mamas polisi yang jadi penyusup dan nyamar jadi Pink Soldiers demi nyari abangnya yang hilang. Hwang Jun Ho (Wi Ha Joon). Selain drama ini banyak lho film Wi Ha Joon yang bagus. Pertama kali liat Wi Ha Joon di film Miss & Mrs. Cop. Menurut info di AsianWiki doi juga jadi salah satu pemeran di filmnya Lee Je Hoon Oppa yang berjudul Anarchist from Colony, tapi saya nggak notice dia jadi siapa. Filmnya yang rilis di tahun 2021 ada dua, Midnight yang doi jadi psikopat dan Shark: The Beginning. Satu lagi filmnya yang apik untuk ditonton, Gonjiam: Haunted Asylum.



Kisah Front Man dan Jun Ho yang ternyata adalah sibling juga menjadi adegan ikonik. Banyak potongan video scene mereka ketemu yang tersebar di sosial media. Nyesek juga liatnya. Heuheuheu.



Dalam drama ini juga ada selipan kisah Romeo & Juliet yang jadi pasangan viral yaitu Jang Deok Soo (Heo Sung Tae) dan Han Mi Nyeo (Kim Joo Ryung). Han Mi Nyeo ini keren lho sebenernya. Walau rada nyebelin. Hehehe.




Dari segi cerita emang apik. Saya akui emang apik. Idenya unik dan dikemas dengan apik. Setting total. Didukung para pemeran yang rata-rata ikonnya Korea. Park Hae Soo di sini bisa jadi pria yang kesannya cupu. Padahal sebelumnya, di film Time To Hunt jadi pembunuh super keji.


Di episode terakhir, Gi Hun (Lee Jung Jae) berpenampilan brewok. Jadi mirip ama King Yeomra di film Along With The Gods



Pesan saya, nanti kalau kaya raya jangan kayak kakek ini ya. Demi menghilangkan bosan dan mencari kesenangan, doi rela membunuh 454 nyawa di pertandingan 2020 aja. Belum di tahun-tahun sebelumnya yang menurut arsip yang dibaca Jun Ho mulai tahun 1999. Udah berapa nyawa yang melayang demi kesenangan ini aki-aki.



Kalau dibuat musim kedua, semoga aja ada kelanjutan kisah In Ho si Front Man dan si adek Jun Ho. Saya yakin Jun Ho kagak mati, karena In Ho nembak dia kagak di bagian vital. Trus semoga dijelaskan pula gimana proses seleksi jadi Pink Soldiers hingga digolongkan jadi topeng lingkaran, segitiga, dan kotak. Ini walau kelihatan sepele tapi bikin penasaran. Hehehe. Apakah di musim kedua Gi Hun bakalan obrak-abrik arena game kayak Katniss obrak-abrik arena Hunger Game? Apakah mamas sales juga akan nongol lagi? Mari kita tunggu!



Salah satu adegan yang bikin keinget zaman SD dulu, mie instan dimamam tanpa dimasak lebih dahulu. Ternyata di Korea ada ya tradisi macem gini juga. Kekeke.



Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Selamat membaca.

Sumber poster: Hancinema.


Tempurung kura-kura, 15 November 2021.

- Kurayui -


You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews