Review Film Korea Anarchist from Colony (2017)

19:09

 Anarchist from Colony



Sekelompok pejuang Korea yang berjuang di Jepang atas ditutupnya kasus pembantaian brutal warga Korea di Jepang


• Judul:

  - Global: Anarchist from Colony

  - Korea: Park Yeol

  - Romanisasi: Parkyeol

  - Hangul: 박열

• Sutradara: Lee Joon Ik

• Penulis: Hwang Sung Goo

• Produser: Kim Sun Chul

• Sinematografi: Park Sung Joo

• Tanggal rilis: 28 Juni 2017

• Durasi: 129 menit

• Genre: Sejarah pada periode 1920-an dan berdasarkan kisah nyata

• Distributor: Megabox Plus M

• Bahasa: Korea, Jepang

• Negara: Korea Selatan

• Catatan: Berdasarkan kisah nyata. Tentang kehidupan anarkis dan aktivis kemerdekaan Korea Park Yeol pada tahun 3 Februari 1902 sampai 17 Januari 1974.

• Pemeran:

  - Lee Je Hoon: Park Yeol

  - Choi Hee Seo: Fumiko Kaneko


Park Yeol (Lee Je Hoon) adalah orang Korea yang tinggal di Jepang. Ia seorang aktivis kemerdekaan Korea. Park Yeol membentuk kelompok anarkis bernama Heukdohwe. Bersama kelompoknya, Park Yeol memesan bom dari Shanghai yang akan ia gunakan untuk menyerang Pangeran Hirohito.


Masih belum bisa berpaling dari pesona Lee Je Hoon hingga nonton film-nya lagi. Wkwkwk. Maafin saya ya. Kalau belakangan banyak review film-nya Lee Je Hoon Oppa. Setelah nonton Time to Hunt, Move To Heaven, dan Phantom Detective, lanjut nonton Anarchist from Colony. Taxi Driver masih dalam list. Muehehehe. Fans Lee Je Hoon Oppa monggo merapat. Xixixi.



Sebenernya udah berulang kali membaca sinopsis Anarchist from Colony di AsianWiki dan mempertimbangkan bakalan nonton apa nggak. Kurang begitu tertarik juga sama film atau drama yang berbau politik. Namun, pada akhirnya pertahanan tumbang. Hari ini nontonnya sembari masukin My Paparotti dalam list tontonan. Teman nun jauh di pulau seberang sampai berkomentar, tontonin dah semua film-nya dari debut. Dramanya sekalian. Muehehehe. Kalau film, bisa jadi ntar semua ditonton, tapi kalau drama, belum tahu dah.

Tadi waktu nyari poster dari film ini, saya sempet dibuat kaget ama salah satu poster karakter Park Yeol. Kayak bukan Lee Je Hoon kalau gini. Malah mirip Kim Myung Min Ajushi di Detective K. Muehehehe. Maafkan mata saya yak fansnya Mas Je Hoon.



Dalam film ini, Lee Je Hoon memerankan karakter Park Yeol. Orang Korea yang tinggal di Jepang. Rakyat jelata pejuang Korea yang punya geng anarkis. Karakter Park Yeol unik. Kelihatan kayak orang bego, padahal doi penulis dan aktivis yang berjuang untuk kemerdekaan orang Korea di Jepang.



Seorang gadis Jepang bernama Fumiko Kaneko (Choi Hee Seo) menyukai puisi karya Park Yeol. Ia datang ke geng Park Yeol unt mencari si penulis dari puisi tersebut. Ketika bertemu Park Yeol, Fumiko langsung menyatakan ketertarikannya pada Park Yeol. Bahkan langsung mengajak Park Yeol untuk hidup bersama. Park Yeol tak menanggapi serius ucapan Fumiko, karena dia adalah gadis ke delapan yang menemuinya karena puisi itu.



Park Yeol dan kelompoknya menyusun rencana penyerangan. Mereka memesan bom dari Shanghai. Mereka biasa berkumpul di kedai milik orang Jepang tempat Fumiko bekerja. Saat Park Yeol dan gengnya membahas rencana penyerangan, muncul dua orang Jepang yang kemudian melontarkan kata-kata kasar pada mereka. Park Yeol marah dan meminta pisau pada pemilik kedai. Tanpa diduga, Fumiko menyiramkan sup panas pada dua orang Jepang tersebut. Park Yeol pun turut menyerang. Dari sanalah kehidupan keduanya dimulai. Park Yeol dan Fumiko akhirnya tinggal bersama.

Sampai pada bagian ini saya mikir, ini Fumiko gila ya? Segitu bucinnya ama Park Yeol sampai ngajakin tinggal bersama. Ternyata alasan di baliknya adalah Fumiko mengagumi cara pandang Park Yeol dan keduanya punya visi dan misi yang sama. Fumiko memperjuangkan kesetaraan manusia dan ingin rakyat Jepang membuka mata bahwa kaisar bukanlah dewa.

Fumiko bukan satu-satunya orang Jepang yang mendukung gerakan Park Yeol. Sayangnya menjelang rencana dijalankan, gempa mengguncang Jepang. Lalu, kekacauan terjadi. Orang Jepang membantai warga Korea yang tinggal di Jepang secara brutal. Park Yeol dan kelompoknya ditangkap. Saking bucinnya, Fumiko turut menyerahkan diri.



Karena situasi semakin kacau, ada oknum pemerintah yang mencari kambing hitam untuk menutupi kasus pembantaian brutal. Park Yeol dipilih sebagai pejuang yang akan dikorbankan sebagai kambing hitam. Tatemasu (Kim Joon Han) ditunjuk untuk menangani Park Yeol dan Fumiko. Karakter ini abu-abu, tapi saya suka. Hehehe. Walau dia setia ama negaranya, tapi setelah banyak berinteraksi ama Park Yeol dan Fumiko, sisi manusianya masih ada. Suka juga ama polisi yang awalnya benci banget ke Park Yeol ama Fumiko. Namun, kemudian malah bersimpati. Sampai mau repot-repot jadi editor buat naskah mentah yang ditulis Fumiko.



Selain Fumiko dan rekannya, ada pengacara Jepang yang mendukung Park Yeol bernama Tatsushi Fuse (Tasuku Yamanouchi). Beliau turut berjuang bersama Park Yeol hingga akhir. Walau di persidangan gagal membela Park Yeol.



Dua karakter utama dalam film ini benar-benar keren! Saya jatuh hati sama Fumiko yang gila dan pemberani. Pejuang wanita di zamannya yang luar biasa. Hingga akhirnya menjadi abadi dalam tulisan yang ia tinggalkan dan menjadi bagian dari sejarah.



Kisah cinta Park Yeol dan Fumiko manis tapi juga tragis. Chemistry keduanya dapet banget. Duo pasangan gila yang nggak takut pada apa pun. Saling melengkapi. Kompak banget! Kalau di zaman sekarang, mereka ini pasangan satu frekuensi yang beneran bikin envy. Pokoknya suka banget.

Bagaimana Park Yeol dan Fumiko berjuang benar-benar bikin nyesek. Walau mendapat dukungan dari orang Jepang sendiri, melawan pemerintahan membuat keduanya berakhir dibui. Namun, tak ada penyesalan dalam diri keduanya. Sweet tapi tragis. Bikin nyesek. Kisah Park Yeol dan Fumiko pun abadi dan jadi bagian dari sejarah.



Walau berkisah tentang perjuangan dan perang, film ini nggak terlalu sadis kok. Adegan pembantaian nggak ditunjukan sepenuhnya. Btw, itu warga Jepang yang bikin senjata bambu runcing apa terinspirasi dari Indonesia ya? Beneran jadi keinget bambu runcingnya Indonesia pas scene ada segerombolan warga Jepang yang menyerbu warga Korea dengan menggunakan batang bambu yang dibuat runcing ujungnya.

Buat temen-temen yang pengen nonton kisah cinta tapi nggak biasa, dengan latar sejarah dan bumbu politik, wajib nonton film ini. Akting para pemain juga apik banget. Silahkan menikmati.

Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.

Sumber poster dan foto: Hancinema


Tempurung kura-kura, 21 Agustus 2021.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews