Review Novel Little Red Riding Hood: It Has Never Been This Dark Karya Ruwi Meita

06:51

 Little Red Riding Hood - Ruwi Meita



"Kau berani masuk hutan tanpa lewat jalan setapak?"


• Judul: Little Red Riding Hood: It Has Never Been This Dark
• Penulis: Ruwi Meita
• Ilustrasi: Polamelia
• Penerbit: Penerbit Haru
• Tahun terbit: Cetakan pertama, September 2018
• Jumlah halaman: 112 hlm; 16 cm

Seorang gadis dengan mantel merah berjalan di antara pepohonan. Pipinya bersemu merah, matanya besar seperti mata kucing, bibirnya penuh dan ranum. Dia adalah keindahan yang membuat darah serigala itu bergejolak. Napasnya menjadi tidak teratur. Dia bisa mencium bau darah gadis itu. Murni. Penuh kehidupan.


Dua buku It Has Never Been This Dark dari Penerbit Haru udah masuk daftar buku yang pengin dibeli. Berjodohnya sama Snow White dulu, alhamdulillah selanjutnya berjodoh dengan Little Red Riding Hood. Walau berjodoh, jalan buat ketemu ama Tudung Merah ini agak susah, beda banget ama Putri Salju. Sempet bikin galau karena paket yang sebelumnya udah nyampek di Malang, malah berubah status jadi ke Blitar. Alhamdulillah tim Shopee cepat menangani dan Tudung Merah bisa sampai ke pangkuan dengan selamat.

Buku Little Red Riding Hood ini lebih tipis daripada Snow White. Tapi soal ilustrasi, sama-sama cakepnya. Puas banget akhirnya dapat keduanya. Kekeke.


Sama seperti Snow White yang diangkat dari dongeng klasik dengan judul yang sama. Di bagian ucapan terima kasih, penulis menjabarkan tentang dongeng Gadis Berkerudung Merah muncul pertama kali di Prancis pada abak ke-10. Kemudian di abad ke-17 ditulis oleh Perault dan Grim. Di Indonesia, dongeng ini diceritakan ulang oleh Kak Ruwi Meita.

Bagi saya, dongeng Gadis Berkerudung Merah ini lebih asing dibanding Snow White. Mungkin karena di Indonesia sendiri tidak sepopuler Snow White. Atau emang saya yang kudet. Hehehe. Yang paling melekat adalah kisahnya tentang Gadis Tudung Merah dan Serigala. Suatu hari Gadis Tudung Merah yang rajin mengunjungi neneknya yang hidup di tepian hutan tidak menyadari jika neneknya telah tewas dimangsa serigala. Lalu, si serigala menyamar jadi sang nenek demi memakan Gadis Tudung Merah. Beruntungnya Gadis Tudung Merah yang pemberani berhasil membunuh serigala.

Sama seperti Snow White, dongeng Gadis Berkerudung Merah juga pernah dibuat filmnya. Ada satu film yang pernah saya tonton, tapi lupa judulnya. Sebentar, nanya Mbah Google dulu. Oh, judulnya Red Riding Hood. Lupa apa dulu pernah buat ulasannya, kayaknya pernah unggah posternya di Facebook. Woy! Balik ke novel!

Dalam novel ini, Gadis Berkerudung Merah bernama Rosso. Dia gadis yang cantik, ceria, dan terkenal nggak punya rasa takut sama sekali. Putri dari seorang penjual roti yang memiliki nenek namun tinggal di desa yang terpisah yaitu di desa atas. Rosso gemar bermain bersama teman-temannya di tepian hutan. Suatu hari salah satu temannya menantangnya untuk masuk ke hutan terdalam yang gelap. Rosso yang tak punya rasa takut pun masuk dan berhasil kembali dengan selamat. Membuatnya menang taruhan dan dapat dua botol anggur dari teman-temannya.


Ada cerita turun-temurun tentang hutan gelap. Konon katanya di dalam hutan itu ada serigala ganas bernama Lupo Mannaro yang gemar memakan anak gadis. Demi menjaga keamanan warga desa, dibangunlah jalan setapak yang diberi nama Jalan yang Hidup dan Berdegup.


Langkahnya mantap melewati jalan setapak yang bersinar putih kemilau. Tidak ada yang tersesat jika melewati Jalan yang Hidup dan Berdegup. Jantung Rosso berdebar-debar setiap dia menginjak batu-batu itu. Sesuatu mengalir dan mendesir di dadanya, seolah-olah jiwanya berdegup. Apakah karena itu mereka menamai jalan ini Jalan yang Hidup dan Berdegup? Setiap melewatinya, mereka akan ingat akan kehidupan dan berterima kasih karena mereka masih hidup?--hal 33.


Khas cerita dongeng, dalam buku disajikan pula makhluk-makhluk mitologi yang pas baca bikin ngebayangin kalau dibuat film, bagus nih. Hehehe. Serigala yang bisa jalan tegak kayak manusia plus bisa ngomong termasuk makhluk mitologi juga kan. Menggambarkan sosok yang licik dan serakah. Asli ngeselin banget karakter Lupo Mannaro ini. Gambaran villain yang bener-bener pantas buat dibunuh dengan cara yang sadis. Suer bikin emosi banget kelakukannya! Bikin ngumpat, mesoh!

Oya, lupa baca di mana waktu novel ini dibahas, ada yang nulis komentar, kurang lebih begini, "Gara-gara baca novel ini jadi takut makan daging." Setelah baca, I know rasanya gimana. Huaaa!!! Untung nggak begitu suka daging merah kecuali dibuat bakso. Asli gambaran adegannya bikin mual. Kasihan banget si Tudung Merah yang lugu dikibulin ama Serigala jahanam.

Karena mengisahkan cucu dan neneknya, bikin nyesek juga pas udah bagian Rosso nyampek rumah neneknya. Jujur pas baca jadi kangen sama almarhumah nenek. Karena dulu juga deket banget sama nenek, trus sering juga main ke rumah nenek. Adegan nenek diserang serigala bikin dada sesek. Karena nenek juga pernah mengalami penyerangan malam-malam, lalu duitnya dirampok. Beruntung nenek masih selamat. Jadi pas baca bagian serigala ngetuk pintu rumah nenek trus dibukain dan nenek diserang, dada rasanya ampek.

Saya kurang paham versi asli dongengnya kayak gimana karena belum pernah baca juga versi terjemahannya. Tapi baca yang versi ini, banyak pesan yang disampaikan. Karakter Rosso mewaliki kebanyakan anak gadis pada usia 16 tahun yang gampang penasaran dan kadang ndendeng alias suka melanggar aturan. Orang tua membuat larangan bukan tanpa alasan, tapi kadang si anak yang bandel, melanggar aturan lalu harus menanggung akibatnya.

Suka banget sama gaya penulisan Kak Ruwi Meita. Suka juga ama selipan tentang kisah makhluk-makhluk mitologi penghuni hutan selain si serigala itu sendiri. Peri yang digambarkan dengan sosok yang berbeda, yang nggak hanya memberi bantuan pada si baik, tapi juga tak segan memberi peringatan pada si jahat.


Oya, karena ada sebut bunga, sampai nanya Google kayak gimana visualisasi bunga terompet bulan. Yang nongol gambar bunga kecubung. Bunga ini emang cantik banget dan kalau malem baunya wangi. Tahu karena dulu di hunian lama ada tanaman itu besar sekali dan selalu berbunga lebat. Bahkan bunganya sering dibuat mainan, nggak tahu kalau mengandung racun yang kalau ketelen bisa bikin halusinasi. Di novel ini penjabarannya lebih keren lagi. Mana divisualisasikan ama ilustrasi yang cantik. Makin cakep dan keren dah!

Seingat saya pas nonton Red Riding Hood ada pemburu di sana. Lupa lupa ingat. Sama kayak di Snow White juga ada pemburu. Di novel ini pun sama, ada pemburu yang membantu karakter utama. Suka walau karakter pemburu nongolnya bentar-bentar doang. Suka juga ama filosofi jalan setapak seperti yang saya tulis di atas. Trus dark side nya dapet banget. Bikin marah, nyesek, juga ngeri. Saya rekomendasikan banget buat dibaca!

"Kalau kau tidak takut apa pun, ada dua kemungkinan. Kau memang benar-benar berani atau kau sedang melakukan hal bodoh." --hal 32.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews