Review Film The School for Good and Evil (2022)

05:23

 The School for Good and Evil



Sekolah di negeri antah-berantah yang dikhususkan untuk melatih para karakter kebaikan dan kejahatan agar dunia tetap dalam keadaan seimbang.


• Judul: The School for Good and Evil

• Sutradara: Paul Feig

• Perusahaan produksi:

  - Roth/Kirschenbaum Films

  - Feigco Entertainment

  - Jane Startz Productions

• Distributor: Netflix

• Durasi: 147 menit

• Bahasa: Inggris

• Negara: Amerika Serikat

• Catatan: Berdasarkan novel The School for Good and Evil karya Soman Chainani

• Pemeran:

  - Sophia Anne Caruso: Sophie

  - Sofia Wylie: Agatha

  - Kit Young: Rafal/Rhian

  - Laurence Fishburne: Kepala Sekolah Rhian

  - Michelle Yeoh: Profesor Emma Anemone

  - Jamie Flatters: Tedros

  - Kerry Washington: Profesor Clarissa Dovey

  - Charlize Theron: Lady Leonora Lesso


Sophie (Sophia Anne Caruso) dan Agatha (Sofia Wylie) tinggal di sebuah desa bernama Gavaldon. Keduanya bersahabat sejak kecil. Hidup Sophie berubah sejak ibunya meninggal. Sedang Agatha hidup menyendiri di tepi makam bersama ibunya karena dianggap sebagai penyihir. Keduanya hobi membaca dan sering berkunjung ke toko buku. Suatu hari, si pemilik toko bercerita tentang Sekolah Untuk Si Baik dan Si Jahat. Sophie yang ingin mengubah hidupnya mengirim surat lamaran ke sekolah yang keberadaannya tak pernah diketahui itu melalui Pohon Harapan. Malam harinya ia berniat kabur, namun Agatha menemukannya. Keduanya kemudian ditangkap burung raksasa dan di bawa ke dunia lain. Sophie jatuh ke sungai di depan sekolah untuk kaum Never (kejahatan) dan Agatha jatuh ke taman sekolah untuk kaum Ever (kebaikan). Mengetahui tak seharusnya keduanya berada di sana, Agatha berusaha menolong Sophie. Namun, Sophie merasa sekolah itu adalah tempatnya, hanya saja ia yakin pihak sekolah membuat kesalahan karena memasukkannya ke Never.


Potongan video dari film ini sering lewat di Instagram. Membuat saya penasaran. Makin sering ditonton, makin bikin penasaran. Setelah mencari informasinya di Google, ternyata film ini dibuat berdasarkan novel dengan judul The School for Good and Evil yang merupakan karya dari Soman Chainani. Novel ini, empat serinya udah terbit dalam Bahasa Indonesia. Jadi pengen! Heuheuheu. Setelah kelar nonton Wednesday, lanjut nonton film ini.


Berkisah tentang Sophie (Sophia Anne Caruso), gadis muda yang tinggal di Gavaldon. Ia senang sekali mendesain baju dan karena hobi membaca dongeng, membuatnya menjadi seorang pemimpi. Sophie berharap hidupnya berubah, terlebih saat orang tuanya ingin ia bekerja daripada sekolah.


Di Galvadon, Sophie memiliki sahabat baik bernama Agatha (Sofia Wylie). Agatha disebut sebagai penyihir, karenanya ia dan ibunya tinggal di tepi hutan di dekat area makam. Di hari ibu Sophie meninggal, Agatha memberanikan diri mendekati Sophie dan keduanya menjadi sahabat hingga tumbuh bersama menjadi remaja.


Sophie dan Agatha saling melengkapi, melindungi satu sama lain. Keduanya hobi membaca dengan jenis bacaan yang berbeda. Saat mengunjungi toko buku kesayangan, sang pemilik bercerita tentang Sekolah Untuk Kebaikan dan Kejahatan. Hari itu, ada buku-buku dikirim dari sana. Sophie yang ingin mengubah hidupnya segera membuat surat lamaran sebagai siswa. Karena tidak tahu di mana sekolah berada, Sophie menyelipkan suratnya di Pohon Harapan. Malam harinya ia berniat kabur dari Galvadon, dan meninggalkan Agatha, satu-satunya sahabat yang dia miliki.


Agatha yang mengenal Sophie dengan baik berhasil menemukan Sophie yang akan kabur meninggalkan Galvadon. Saat keduanya berdebat, sebuah bayangan hitam menyeret Sophie ke tengah hutan. Sophie senang karena berpikir bayangan itu akan membawanya ke Sekolah Untuk Kebaikan dan Kejahatan. Agatha susah payah menyelematkan dan berhasil menggagalkan bayangan hitam. Saat Sophie dan Agatha kembali berdebat, sebuah burung raksasa mengerikan menangkap keduanya dan membawa mereka pergi ke Sekolah Untuk Kebaikan dan Kejahatan. Sophie yang merasa dirinya baik dan seorang putri justru jatuh ke sekolah untuk kejahatan (Never) dan Agatha sang penyihir jatuh ke sekolah untuk kebaikan (Ever).


Fantasi memang genre favorit saya, pas nonton film ini, seneng banget. Mana visualisasinya apik banget. Sekolah Untuk Kejahatan dan Kebaikan adalah tempat untuk memberi pendidikan pada si baik (protagonis) dan si jahat (antagonis). Di tempat Never, semua digambarkan serba hitam dan dijaga manusia serigala. Sedang di tempat Ever, indah banget. Yang jaga para peri, tapi perinya sangar. Demen gigit pula.


Masing-masing sekolah mempunyai dekan. Keduanya cewek dengan penampilan yang tentu saja berbeda. Selain kedua dekan, ada guru-guru pembimbing yang mengajarkan materi sesuai kebutuhan karakter baik dan jahat.


Dekan Ever bernama Profesor Clarissa Dovey (Kerry Washington). Sosok yang anggun dan tegas. Selalu bersikap santun saat menghadapi segala situasi.


Dekan Never bernama Lady Leonora Lesso (Charlize Theron). Penampilannya nyentrik dan terkesan sangar.


Waktu nonton film ini jadi keinget sama drama Korea Scripting Your Destiny yang tayang pada tahun 2021. Kalau di drakor tentang para malaikat penulis takdir, nah di Sekolah Untuk Kebaikan dan Kejahatan adalah asal lahirnya cerita dongeng-dongeng terkenal. Kisah masing-masing karakter ditulis oleh Storian--pena dan buku raksasa--yang ada di ruang kepala sekolah. Dari sini jadi paham kenapa Sophie demen mendesain dan membuat gaun, sepertinya doi yang demen baca buku dongeng terinspirasi dari Cinderella. Kalau nggak salah, Cinderella demen jahit baju, kan? Kayaknya di Cinderella 2021 gitu deh. CMIIW ya shi-gUi.


Layaknya cerita dongeng, jika ada si jahat dan si baik, pasti ada pangeran. Sang pangeran dalam film ini bernama Tedros (Jamie Flatters) yang memiliki pedang Excalibur karena merupakan keturunan dari Raja Arthur. Namanya pangeran udah pasti tampan dan jadi rebutan.


Kisahnya unik dan menarik. Melihat bagaimana sekolah mengajarkan karakter baik dan jahat dengan cara berbeda. Di Never, para murid diajari untuk menjadi jelek dan bangga akan kejelekan itu. Di Ever, para murid diajari untuk jadi cantik dan menawan. Bedanya lagi, di Never siswa dan siswi dicampur, sedang di Ever, dipisah. Kaget waktu tahu yang jadi pengajar kelas kecantikan adalah Michelle Yeoh yang memerankan karakter Profesor Emma Anemone. Beliau ini salah satu aktris favorit saya.


Entah ya dari awal kurang suka ama karakter Sophie dan lebih suka ke Agatha. Pas udah masuk ke sekolah, liat kelakukan Sophie makin dibikin kesel. Apalagi Agatha tulus banget bantuin dia, rela lakuin apa aja demi bantu Sophie.


Paling kesel pas ujian di hutan. Tedros udah serius perjuangin Sophie, tapi Sophie ga mau bantu. Malah bilang, putri itu untuk diselamatkan. Ini anak bener-bener ngeselin. Udah jadi bebannya Agatha, sikapnya bikin yang nonton pengen geplakin aja. Pas penampilan Sophie berubah, merinding liatnya. Serem banget!


Jujur adegan last battle-nya kurang gereget waktu real villain nongol, tapi suka ama plot twist-nya. Si bapak kepsek emang lain daripada yang lain. Kirain bakalan kayak bu kepsek di Wednesday atau di Harry Potter dan beberapa film yang saya tonton. Tapi, bapak kepsek ini beda.



Syukurlah happy ending. Khas dongeng banget, ada putri, pangeran, penjahat, cinta sejati dan kiss. Ngarep ada musim kedua. Semoga ya! Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat dan selamat menonton.


Sumber poster: IMP Awards dan Kinorium


Tempurung kura-kura, 03 Juni 2023.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews