Menikmati Olahan Gurami Segar Di Warung Makan Ikan Gurame Bakar Sumber Rejeki

05:41

 Warung Makan Ikan Gurame Bakar Sumber Rejeki



Sejenak melepas penat dari aktivitas sehari-hari terasa kurang pas kalau nggak ada selipan wisata kuliner. Pun demikian saat kami berkunjung ke Milkindo Green Farm di kota Kepanjen. Di area taman wisata emang banyak stan yang menjual makanan, dari camilan sampai makanan berat. Tapi, karena hari itu kami memiliki rencana untuk mengunjungi salah satu tempat makan yang direkomendasikan salah satu influencer asal Malang, jadilah tidak sekalian makan di Milkindo.

Kebetulan tempat makan yang ingin kami kunjungi lokasinya deket dari Milkindo, jadi setelah anak-anak puas bermain langsung meluncur ke Warung Omah Simbah. Setelah nyampek lokasi, ternyata tutup. Hiks! Sedih banget.

Langsung cari alternatif lain. Kebetulan di Kepanjen punya warung langganan yaitu Spesial Ikan Bakar Cak Lum. Setelah diskusi dan sepakat makan di Cak Lum, saya menghubungi nomor warung yang saya simpan. Karena melalui pesan tak kunjung dibuka, langsung telepon. Ternyata Cak Lum pun sedang tutup hari itu. Heuheuheu.

Diskusi lagi, pada mau makan apa. Pada pengen gurami bakar. Karena hanya tahu Spesial Ikan Bakar Cak Lum yang udah terverifikasi enaknya, kami mengandalkan Google Maps. Ada beberapa rekomendasi tempat makan, lalu kami menjatuhkan pilihan pada Lesehan Kolam Gurame Mas Ludin dan mengikuti panduan Google Maps langsung meluncur ke lokasi yang cukup jauh dari posisi kami sebelumnya.

Kami diarahkan berbelok ke arah Gunung Kawi. Dari jalan utama, belok lagi masuk ke gang dan terus jalan. Lalu sampai di sebuah area pemukiman yang pemandangannya tuh bikin kami terpesona. Asli cantik banget. Masih banyak hamparan sawah yang ditanami padi hingga tampak bak permadani hijau di antara pemukiman. Sayang saya tidak sempat mengabadikannya karena kebagian megang bocah-bocah.

Mobil terus melaju mengikuti panduan Google Maps. Ketika sampai di area pemukiman yang jalannya lumayan sempit, cukup dilalui satu mobil saja, kami menghentikan perjalanan karena sudah sampai di ujung jalan utama. Kalau lanjut, depan udah area ladang dan kebetulan dari arah berlawanan ada motor yang membawa rumput, jadi kami maju pun nggak bisa. Karena itu tengah hari, kampung ramai. Di Google Maps menunjukkan lokasi bisa dicapai dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh satu menit saja. Tapi di mana?

Feeling udah nggak enak. Terlebih warga yang kebetulan ada di luar rumah mulai mengamati kami. Akhirnya saya turun buat nanya lokasi sebenarnya di mana. Kebetulan di rumah sisi kiri, ada ibu-ibu sedang berdiri di halaman. Waktu saya menanyakan lokasi, ibunya bingung. Menurut ibunya, di daerah tersebut nggak ada warung makan gurami, tapi kalau waduk buat mancing ada. Sampai ditanyakan sama tetangga depan rumah dan bapak-bapak di atas motor yang bawa rumput.

Karena mobil kami menghalangi jalan, ibu pemilik rumah menawarkan untuk parkir di halaman rumah beliau yang luas. Subhanallah. Alhamdulillah. Ibunya baik banget. Setelah mobil terparkir, anggota rombongan pada turun, ibu, bapak pembawa rumput dan tetangga depan rumah saling memberikan informasi pada kami tentang lokasi waduk. Menurut beliau bertiga, di wilayah situ memang nggak ada pemancingan yang ada warungnya, tapi kalau waduk buat mancing ada. Daripada kami penasaran, kami diberi panduan arah.

Menjawab rasa penasaran karena udah ada di lokasi, kami pun mengikuti panduan arah. Melewati kampung, lalu belok ke gang kecil di tepi rumah salah satu warga dan mengikuti aliran sungai. Hanya ada jalan setapak di tengah pekarangan lalu membawa kami ke tengah sawah. Di sana kami kayak orang linglung, hanya ada sawah, mana pemancingannya? Lalu ada satu lokasi yang dipagari, kami menduga itu lokasinya. Karena ribet sama bocah-bocah, akhirnya perwakilan, dua orang yang pergi mendekati lokasi, sedang kami menunggu di perbatasan antara pekarangan dan sawah.

Bocah-bocah seneng banget, ngotot pengen main di sawah. Saya sendiri jadi sejenak bernostalgia sama suasana di masa lalu sebelum gedung-gedung menggantikan tanaman di pekarangan markas lama. Lalu perwakilan kami kembali dan mengatakan bahwa beneran ada kolam pancing, tapi hanya kolam pancing, nggak ada warung seperti informasi di Google Maps. Aslinya saya masih penasaran, ini yang salah maps-nya apa owner-nya. Kebetulan ada nomor yang bisa dihubungi, tapi yang lain udah nyerah dan memilih cari lokasi lain saja. Kalau nggak percaya, coba kunjungi di Google Maps nya, ini link-nya.

Dalam perjalanan kembali ke mobil, kami bertemu dua ibu-ibu di pekarangan dan ditanya dari mana. Salah satu dari kami pun menjelaskan. Kemudian salah satu ibu menyarankan untuk pergi ke Sumber Rezeki aja. Menurut beliau, di sana ada kolam pancing dan tempat masak ikan, sekaligus ada kolam renang. Beliau juga memberi kami panduan arah. Bocah-bocah semangat mendengar kata kolam renang. Setelah berterima kasih, kami pun pamit. Oya, nggak ada satu pun dari kami yang sempat membuat dokumentasi saat jalan kaki menuju lokasi. Pada ribet sama bocah.

Tujuan berikutnya adalah Sumber Rezeki yang setelah kami cari di Google Maps ternyata bernama Warung Makan Ikan Gurame Bakar Sumber Rejeki. Putar balik dan terjebak macet di jalur utama. Untung di Milikndo beli beberapa produk olahan susu, jadi di tengah kemacetan bocah-bocah menikmati susu dan pudot untuk menghilangkan bosan.

Alhamdulillah akhirnya ketemu lokasi Warung Makan Ikan Gurame Bakar Sumber Rejeki seperti deskripsi yang dijelaskan ibu di pekarangan. Beneran ada gapura lalu area parkir yang luas. Lega banget akhirnya ketemu lokasinya. Yang rese kalau pas lagi laper langsung balik happy. Hehehe.

Tempatnya tuh bikin kami terkesima. Kayak satu perkampungan gitu, luas dan ada rumah-rumah. Ketika masuk, kami ditanya sama mas parkirnya, mau makan apa mau gantangan. Apa ya Bahasa Indonesianya gantangan, pokoknya lomba kicau burung gitu. Setelah bilang mau makan, kami diminta untuk lanjut, setelah diberi karcis dan bayar. Area parkirnya luas banget. Teduh di bawah pepohonan. Kami memilih di area di bawah pohon genitu. Pohon genitunya banyak dan lagi berbuah lebat. Jadi keinget kebun di markas lama. Yang parkir di sana kebanyakan mobil, mungkin kalau motor di deket area gantangan di dekat pintu masuk.

Seperti deskripsi ibu di pekarangan, setelah dari area parkir, untuk menuju lokasi ada jalan menurun. Cakep kan jalannya. Selfiable banget. Agak butuh perjuangan buat sampai ke lokasi utama. Hehehe. Kalau turunnya sih fine ya. Kami pada ngeluhin, gimana ntar baliknya. Wkwkwk. Dasar kaum mageran.


Jalannya udah rapi. Beneran ada kolam renangnya. Bocah-bocah langsung heboh minta renang. Karena pada nggak bawa ganti, kami kompak bilang makan dulu nanti renangnya. Hehehe. Lumayan luas ya kolamnya. Udah lengkap ada kamar mandi untuk membilas tubuh selesai renang. Harga tiket masuk ke kolam renang Rp. 5.000,- aja. Murah ya!


Lanjut setelah kolam renang, masuk ke area pemancingan. Ada kolam khusus anak-anak mancing yang lokasinya di dekat jalan utama. Trus ada kolam lebih luas di bawah jalan utama. Area di bawah tersebut yang sekilas saya melihat harus bayar lagi, mohon maaf kalau salah ya. Mungkin beneran dikhususkan bagi orang-orang yang datang untuk mancing aja.


Lalu tibalah di area utama. Dapurnya terbuka, jadi pengunjung bisa melihat proses bagaimana ikan gurami dimasak. Area bakar ikannya luas, jadi sekali masak bisa banyak. Stafnya juga banyak, jadi kayaknya nggak akan lama prosesnya. Karena baru pertama kali, kami agak bingung dong. Setelah nanya, dikasih petunjuk gimana cara pesannya.


Jadi setelah datang kita bisa langsung menuju ke tempat penangkapan ikan. Ada beberapa bapak-bapak di sana yang akan melayani pesanan. Nanti akan ditanya, makan buat berapa orang. Sebutkan saja jumlah anggota yang mau makan termasuk anak-anak. Lalu, bapak yang bertugas menangkap ikan akan menuju kolam, menjaring ikan dan menimbangnya.

Bapaknya menangkap tiga ikan untuk kami, kemudian ditimbang dan disebutkan beratnya. Kami dapat 2 kg lebih berapa ons gitu. Menurut bapaknya itu udah cukup untuk semua rombongan kami. Setuju aja karena liat ikannya gede-gede dan gemoy bahenol. Kekeke. Kemudian ditanya, mau dimasak apa? Ada tiga pilihan, digoreng, dibakar dan asam manis. Karena suara terbanyak dibakar, akhirnya ketiga ikannya dibakar. Lalu staf yang tugas membawa ikan ke dapur bertanya, untuk di gazebo nomor berapa, karena pada bingung, saya langsung bilang untuk gazebo nomor 23. Hehehe. Sebenarnya antara 41 apa 23, tapi 23 ajalah yang lebih privat.

Di atas bawah kolam gurami ada satu kolam lagi yang ikannya juga terlihat besar-besar. Karena penasaran, Kelinci bertanya itu kolam ikan apa. Kalau nggak salah bapaknya bilang ikan bawal. Oya, sebenernya selain dijaringin bapaknya bisa mancing sendiri. Tapi, kata bapaknya kalau mancing sendiri harus sabar, karena pastinya nggak semua orang ahli mancing kan. Jadi yang udah kelaperan kayak kami, mending langsung pesan aja. Hehehe.


Oya, kita bisa mengikuti staf yang bertugas bawa ikan ke dapur untuk konfirmasi plus pesan minuman. Lalu tinggal duduk menunggu di gazebo yang udah dipilih nomornya. Jadi tuh setelah ditimbangin ikan dan deal mau dimasak apa, itu udah dapat sepaket sama nasi, lalapan, dan urap-urap. Tampilannya begini. Ini urap-urapnya aslinya dapat dua, ini kefoto satu aja karena yang satu ama piringnya belum dateng. Plus dapat seember air untuk cuci tangan.


Lalapannya melimpah. Ada timun dan daun kemangi. Sambalnya juga banyak. Sambalnya manis, asin, gurih, enaaak. Pedesnya juga masih batas normal. Hehehe. Artinya nggak pedes banget sampai nyiksa yang makan gitu lho! Enak banget.


Urap-urapnya juga enaaak! Bumbu urapnya kerasa. Manis, asin, gurih jadi satu. Trus ini kulupnya nggak tahu ya pakek kulup apa. Kulup itu sayur ya. Hehehe. Tampilannya kayak daer (selada air), tapi rasanya kayak bukan. Rasanya enak, dimasaknya pas, nggak terlalu matang, juga nggak masih mentah. Nasinya juga enak. Pulen dan anget.


Ini dia bintang utamanya. Gede-gede gini gurami bakarnya. Dibakar dengan tingkat kematangan yang pas. Bumbunya manis lebih dominan tapi nggak kebangetan, trus asin dan gurih juga. Daging ikannya tebel, lembut, dan juicy banget. Enaaak! Nggak ada bau tanah sama sekali. Satu ikan bisa dimakan 2-3 orang. Saya bertiga sama Rara dan Gembul. Itu pun saya makannya nasinya dikit banget, kenyang karena ikannya gede. Puas dah!


Beberapa kali makan di kolam pemancingan yang juga menyediakan warung, tapi Warung Makan Ikan Gurame Bakar Sumber Rejeki ini yang paling unik. Untuk harga, standar, bahkan murah kalau liat tempatnya. Tagihan kami tiga ratus ribu lebih sedikit. Murah karena ikannya gede-gede dan gemoy-gemoy. Kalau nggak habis, bisa dibawa ke kasir agar dibungkus dan bisa dibawa pulang.

Setelah makan bisa cuci tangan pakai sabun di beberapa titik yang disediakan tempat cuci tangan. Trus, ada toiletnya juga. Toiletnya bersih dan air mengalir lancar. Ada dua bilik, satu untuk pipis, satu ada WC-nya.

Warung Makan Ikan Gurame Bakar Sumber Rejeki saya rekomendasikan untuk dikunjungi. Karena selain jadi tempat makan, bisa jadi tempat healing juga. Bocah-bocah bisa renang atau belajar mancing. Kayaknya bisa sewa alat pancing. Mohon maaf karena lupa nggak menanyakan soal alat pancing. View-nya juga bagus. Area hijau alami. Ada sungai kecil yang mengalir yang jadi musik alami.

Lokasi Warung Makan Ikan Gurame Bakar Sumber Rejeki ada di Anggrungan Kidul, Talangagung, Kepanjen. Cek di Google Maps ada. Yang mau liat view-nya, ini saya ada video shorts-nya. Kalau main ke kota Kepanjen, jangan lupa buat cobain makan di Warung Makan Ikan Gurame Bakar Sumber Rejeki. Dijamin bakalan bikin kangen hingga pengen balik ke sana lagi karena enak masakannya dan unik warungnya. Selamat mencoba, shi-gUi.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews