Pejuang Adenomiosis
17:02Pejuang Adenomiosis
Mendadak blank ketika dokter memvonis adenomiosis dan menyebut kata operasi. Setelah divonis GERD dan masih masa perjuangan untuk sembuh, disamperin gangguan kecemasan juga, tiba-tiba divonis adenomiosis. Ternyata perjuangan belum berakhir.
Dimulai dari menjelang akhir 2014 sampai 2017 adalah tahun penuh perjuangan bagi saya. Dimulai dengan disapa GERD yang membuat saya tumbang total, lalu dicolek anxiety disorder juga, hingga pada hal yang paling mengejutkan ketika di rahim saya ditemukan ada adenomiosis.
Sisi negatif dari diri saya berteriak, "Apa lagi ini? Belum juga sembuh total dari GERD, datang ujian berupa penyakit lain." Berbanding terbalik, sisi positif dari diri saya justru bersyukur. Alhamdulillah, ketahuan dini penyakitnya jadi bisa segera diobati. Walau sempat syok, setelah ngobrol dengan dokter spesialis kandungan, saya bisa bernapas lega dan menerima keadaan. Mulai bangkit, berjuang untuk sembuh.
Dari SMA dulu kalau menstruasi itu di hari pertama selalu sakit. Padahal sebelumnya tidak pernah. Awalnya saya sering melihat atau mendengar saudara dan sesama teman perempuan yang mengeluh nyeri haid di hari pertama datang bulan. Lalu dalam hati saya membatin, Gimana rasanya sih kok sampai kesakitan kayak gitu? Bahkan sampai ada yang pingsan. Pada periode berikutnya, Tuhan menjawab pertanyaan saya dengan memberi saya kesempatan untuk merasakan bagaimana nikmatnya nyeri haid. Jadi pelajaran banget buat saya. Kalau membatin, berpikir, atau berkata-kata yang baik-baik aja. Biar Tuhan ngasihnya juga baik. Sejak saat itu setiap kali menstruasi, selalu merasakan nyeri haid di hari pertama. Karena alasan itu pula selalu ada obat di dalam tas sekolah saya. Sampai-sampai dijuluki Apotek Berjalan sama teman-teman sekolah.
Nah, karena udah terbiasa dengan nyeri haid di hari pertama setiap periode menstruasi, saya pun awalnya nggak merasa khawatir sama sekali. Sempet galau karena selama penyembuhan GERD, saya nggak berani minum anti nyeri yang biasa saya minum untuk meredakam nyeri haid. Alhamdulillah kemudian ada perawat senior di puskesmas yang memberi obat anti nyeri haid yang aman buat lambung. Obat ini saya konsumsi sampai sekarang yaitu Spasminal atau merk lainnya Spasmal.
Beberapa tahun terakhir, kalau tidak salah ingat mulai 2014 itu juga, nyeri haid di hari pertama makin menjadi. Rasanya semakin sakit bahkan membuat saya nggak bisa beraktivitas sama sekali di hari pertama. Reaksi obat yang saya minum pun jadi terasa lama. Sempet sharing ke salah satu bidan puskesmas, saya disarankan untuk ke dokter kandungan aja.
Walau udah dapat saran, tapi mau berangkat itu ya nanti deh, nanti deh. Bulan Oktober 2015 rencananya mau periksa, gagal lagi. Nenek menyarankan untuk tidak pergi periksa. Kata beliau, hal seperti itu wajar, dan nanti misal hamil trus melahirkan maka keluhan akan hilang dengan sendirinya. Menstruasi pada bulan Desember 2015 membuat saya mengibarkan bendera putih dan menyerah. Saya harus periksa!
Jadi gejala yang saya rasakan hanya nyeri tak tertahankan di hari pertama setiap periode menstruasi datang. Saking sakitnya sampai tidak bisa beraktivitas sama sekali. Bahkan rasanya reaksi obat penghilang rasa nyeri semakin lambat. Lalu ditambah mual, muntah, dan diare. Bahkan rasanya kayak mau pingsan aja.
Setelah periksa, dokter memvonis saya adenomiosis. Kata dokter, kalau telat sedikit saja udah harus operasi. Mendengar kata operasi, mendadak blank. Namun, masih bisa sedikit menangkap penjelasan dokter.
Secara sederhana dokter menjelaskan tentang penyakit saya yaitu darah mens yang seharusnya keluar semua pada setiap periode, ada yang tertinggal dan mengendap di dinding rahim hingga menyebabkan penebalan dinding rahim. Hal inilah yang menyebabkan rasa nyeri luar biasa di hari pertama menstruasi. Dokter juga menyebutkan kandungan saya sudah mengalami penebalan nol koma sekian. Untungnya saya gerak cepat hingga tidak membutuhkan operasi. Bisa diobati dengan rawat jalan dengan masa pengobatan kira-kira tiga sampai enam bulan.
Ketika diberi kesempatan, saya bertanya apakah adenomiosis ini adalah faktor keturunan karena ibu saya dulu pernah operasi miom. Kata dokter, tidak. Memang sel dalam tubuh saya aja yang tidak normal. Lalu, saya bertanya apakah ada pantangan makanan. Kata dokter, tidak ada. Perbanyak makan buah dan sayur dan disarankan olah raga serta dilarang stres.
Untuk obat, saya diresepkan Visanne 2 mg. Isinya ada 28 butir pil. Obat termahal yang pernah saya beli sepanjang wara-wiri berobat ke dokter. Waktu itu harga 400-500 ribuan. Semalam cek, harga per tahun 2021 sudah 500-800 ribuan.
Obat disarankan diminum pada malam hari sebelum tidur. Kata dokter, efeknya bisa jadi ada mual dan bikin rambut rontok juga. Sehari cukup satu butir. Selain itu, selama mengkonsumsi Visanne, kandungan dibuat tidak subur. Itu kenapa sebelum mulai pengobatan saya ditanya apakah sudah menikah dan punya rencana mau hamil atau ada rencana mau menikah dalam waktu dekat. Efeknya bikin kandungan nggak subur, jadi kata dokter kasihan kalau ada rencana menikan atau udah menikah dan rencana mau program hamil.
Pengobatan saya total berjalan 7 bulan. Selain Visanne, saya tidak mengkonsumsi obat lain semacam herbal misalnya. Jadi murni obat dokter saja. Didukung pola hidup dan pola makan yang baik. Bepikir positif agar jauh dari stres. Olah raga jalan kaki aja. Sempet disarankan yoga, tapi karena tinggal di desa dan nggak ada fasilitas semacam kelas yoga, akhirnya saya memilih jalan kaki saja sebagai olah raga rutin.
Bagi pengguna BPJS, pengobatan adenomiosis yang di-cover atau ditanggung BPJS hanya biaya konsultasi dan periksa dokter aja. Untuk obat beli sendiri. Saya sempat tanya kenapa obat tidak ditanggung BPJS, kata dokter karena termasuk dalam pengobatan kecantikan. Dokter sendiri pun kurang paham kenapa dimasukan dalam kategori kecantikan.
Demikian cerita singkat sebagai pejuang adenomiosis. Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.
Untuk pembahasan versi video bisa ditonton Pengalaman Berjuang Untuk Sembuh Dari Adenomiosis.
0 komentar