Review Film The Hunger Games (2012)

20:24

 The Hunger Games



Membunuh atau dibunuh! Hanya ada dua pilihan untuk bertahan hidup dan menjadi pemenang


• Judul: The Hunger Games

• Sutradara: Gary Ross

• Skenario: Suzanne Collins, Gary Ross, Billy Ray

• Tanggal rilis:

   - 12 Maret 2012 di Los Angeles

   - 23 Maret 2012 di Amerika

• Durasi: 142 menit

• Bahasa: Bahasa Inggris

• Negara: Amerika

• Catatan: Berdasarkan novel The Hunger Games karya Suzanne Collins yang terbit pada tahun 2008


Negara Panem memiliki 12 distrik dengan pusat pemerintahan bernama Capitol. Untuk mengingat pemberontakan di masa lalu, setiap tahun Capitol menggelar The Hunger Games. Setiap distrik harus mengirimkan perwakilan satu anak perempuan dan sayu anak laki-laki berusia 12-18 tahun yang disebut Tribut yang nantinya menjadi peserta The Hunger Games. 24 peserta dari 12 distrik, namun hanya satu yang akan jadi pemenang yaitu mereka yang bertahan hidup. Aturan dasar dari permainan ini adalah dibunuh atau membunuh.

Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) gadis berusia 16 tahun mengajukan diri sebagai relawan Tribut demi menggantikan sang adik. Bersama Peeta Mellark (Josh Hutcherson), Katniss berangkat ke Capitol di bawah asuhan pendamping Effie Trinket (Elizabeth Banks) dan mentor Haymitch Abernathy (Woody Harrelson). Haymitch adalah satu-satunya pemenang dari Distrik 12 yang menghabiskan hidupnya usai jadi pemenang dengan alkohol. Dibawah arahan Haymitch, Katniss dan Peeta siap turun ke arena untuk bertahan hidup dalam The Hunger Games.


Sampai detik saya menulis review ini, masih menjadi perdebatan dalam diri saya sendiri tentang pilihan baca novel aja tanpa nonton filmnya, nonton filmnya aja tanpa baca novelnya, dan baca novel dan nonton filmnya. Di review film yang diadaptasi dari novel, hampir selalu saya menyinggung hal ini. Begitu juga ketika membaca novel The Hunger Games yang beberapa waktu lalu sudah saya review. Karena udah dibuat film, jadi menimbang-nimbang, nonton nggak ya. Sebelumnya sudah pernah nonton potongan-potongan videonya di Youtube, dan jadi ragu buat nonton. Takut sadis. Hehehe. Kalau nggak salah ingat, itu awal-awal setelah saya dapat novelnya. Setelah kembali nonton potongan video--yang lebih fokus pada video Katniss dan Peeta--jadi penasaran. Terlebih ketika menemukan potongan video Katniss dan Rue. Alhamdulillah Prime Eonni punya filmnya, jadi bisa minjem dan nonton. Hehehe. Makasih Prime Eonni.



Sejak pertama kali baca novel dan nonton filmnya adaptasinya, kalau nggak salah ingat... Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea, tiap kali nonton film adaptasi novel nggak berani berharap muluk-muluk. Nikmati aja tiap adegan yang disajikan. Ya emang nggak mungkin juga digambarin sedetail novelnya terlebih untuk film, bukan serial. Namun, berusaha nonton hanya dengan menikmati adegan yang disajikan tanpa membandingkan adegan pada novel dan film tidaklah mudah. Itu pula yang saya rasakan saat nonton film The Hunger Games. Terlebih ini nontonnya jaraknya deket banget dari habis baca novelnya. Jadi beberapa adegan masih membekas banget di ingatan.

Semua pasti udah pada tahu ya kalau The Hunger Games ini mengisahkan tentang Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) yang mengajukan diri untuk menggantikan adiknya yang terpilih menjadi peserta The Hunger Games ke-74.



Katniss berasal dari Distrik 12. Distrik yang merupakan pusat tambang batu bara di negara Panem. Katniss adalah sulung dalam keluarga Everdeen. Sehari-hari, ia biasa keluar dari pagar pembatas disrtik untuk masuk ke hutan dan berburu. Keahliannya adalah memanah.

Rekan satu distrik yang terpilih bersama Katniss adalah pemuda bernama Peeta Mellark (Josh Hutcherson). Berbeda dengan Katniss yang terlihat lebih tenang, Peeta tak bisa menyembunyikan rasa gugup dan ketakutannya saat terpilih. Namun, tidak ada jalan untuk mundur. Bersama Katniss, Peeta berangkat ke Capitol untuk menjadi Tribut dari Distrik 12.



Katniss dan Peeta memiliki pendamping bernama Effie Trinket (Elizabeth Banks). Wanita perwakilan Capitol yang memilih nama Prim--adik Katniss--dan Peeta.



Selain itu, Katniss dan Peeta akan dimentori Haymitch Abernathy (Woody Harrelson). Pemenang Hunger Games dari Distrik 12.




Intinya begitu ya. Hehehe. Kesan pertama setelah menonton versi film The Hunger Games adalah nggak se-ngeri yang saya bayangin. Bahkan lebih sadis versi novelnya daripada versi filmnya. Adegan-adegan versi film dibuat lebih ramah dan lebih bersahabat. Seperti saat Thresh membunuh Clove. Atau momen saat kematian Glimmer pun dibuat lebih ramah mata. Kekeke.

Di review novelnya, saya nulis dikit kesan usai intip potongan video di film The Hunger Games di Youtube dan terkesima ama ketampanan Gale. Setelah nonton full movie-nya, Gale Hawthorne (Liam Hemsworth) emang tampan banget!!! Sayangnya di sini dia posisinya sebagai second lead male. Jadi nongolnya cuman bentar-bentar aja. Nyesek waktu adegan Katniss nyium Peeta di gua, lalu ditayangkan di televisi seluruh Panem dan Gale nonton. Derita second lead yang seringnya kalah dalam urusan asmara. Heuheuheu.



Untuk karakter Effie Trinket seperti apa yang ada dalam imajinasi saya. Keren banget. Effie dan penampilan orang-orang di Capitol lagi-lagi membuat saya membayangkan, ah mungkin begini tampilan orang-orang bulan dari novel The Lunar Chronicles karya Marissa Meyer.




Untuk karakter Haymitch yang agak di luar imajinasi. Saya bayanginnya dia gemuk dan tukang mabuk. Ternyata di film nggak gemuk sama sekali. Hehehe.



Trio yang tugasnya mermak penampilan Katniss kalau divisualisasikan serem ternyata. Terlebih mereka disajikan dengan sosok pendiam. Beda ama novel yang ketiganya bawel.



Sama seperti Haymitch, saya agak kaget waktu karakter Cinna muncul karena nggak seperti apa yang ada di imajinasi saya. Tapi keren dan sesuai yang digambarkan di novel. Ternyata karakter Cinna diperankan Lenny Kravitz. Saya suka chemistry persahabatan Cinna dan Katniss baik itu di novel atau di film.




Kalau di novel, saya malah ndak bisa nangkep karakter Portia kayak apa sebagai penata busana Peeta dan satu tim ama Cinna. Bersyukur di filmnya karakter ini beberapa kali disorot.



Maha karya Cinna dan Portia emang amazing. Katniss bisa jadi cantik gitu. Gaya rambutnya malah bikin keinget Medusa tapi dalam versi keren.



Saya sempet bingung ama karakter cowok yang seolah-olah orang paling penting di Hunger Games. Ini orang sapa sih? Ternyata setelah diingat-ingat, doi juri dari Hunger Games Seneca Crane (Wes Bentley). Setelah baca-baca, karakter ini emang sengaja ditambahkan di film. Tapi emang karakter ini memukau. Jadi tahu bagaimana Seneca dieksekusi karena terlalu menggunakan perasaannya saat jadi juri dalam Hunger Games.



Presiden Snow (Donald Sutherland) nggak semengerikan yang saya bayangkan. Mungkin karena di seri pertama ini kan nongolnya bentaran doang. Tapi emang ada kesan dingin dan keji.



Entah kenapa pas Caesar Flickerman (Stanley Tucci), malah mbatin, "Ini MC kalau di Korea jadinya Yoo Jae Suk Ajushi." Ya ampun, Kura! Ya kan emang MC kebanggaan Capitol untuk Hunger Games. Misal Hunger Games dibuat versi Korea, Yoo Jae Suk bisa memerankan karakter Caesar ini. Pasti sama-sama lucu, tapi ngademin peserta.



Ngomong-ngomong soal peserta, Cato (Alexander Ludwig) cakep euy! Walau perannya antagonis. Wkwkwk.




Cato dan gengnya, geng Karir--Marvel, Glimmer, Cato, Clove--emang serem. Memburu yang lemah untuk dibunuh duluan. Adegan duel Katniss ama Clove apik.



Sejak nama Rue disebut di novel, saya langsung dibuat jatuh hati. Di dalam film, visualisasinya ternyata cantik sekaligus manis. Rue (Amandla Stenberg) yang malu-malu dan diam-diam ngintilin Katniss bikin gemes. Sayangnya Rue dibikin mati walau sempet jadi sekutu Katniss. Adegan Rue meninggal bikin nyesek. Sampai mewek. Baca novelnya mewek, nonton potongan videonya mewek, nonton full movie-nya juga mewek. Terlebih saat Katniss memberi penghormatan untuk Rue dan Distrik 11.



Kalau di novel, saya nangkepnya karakter Thresh (Dayo Okeniyi) sangar. Tapi, di film, saya suka waktu dia senyum saat tahu yang ngusilin Cato adalah Rue.



Kecewa banget? Nggak. Memang ada beberapa adegan yang di novel ama di film beda. Kayak pin mockingjay. Di novel, pin ini Katniss dapat dari temennya yang namanya kalau nggak salah Madge ya, CMIIW, yang tak lain adalah anak walikota di Distrik 12. Di film, Katniss dapat pin ini di Hob dan dapat dari... nenek ini nenek yang jualan sup bukan sih? Aduh, maaf, saya lupa namanya.





Visualisasi Hob keren. Kayak gubuk di tengah hutan, tapi dalemnya, hmm....



Di novel, saya nangkepnya karakter Prim aka Primrose Everdeen (Willow Shields) adalah gadis 12 tahun yang strong. Tapi di film malah dapat kesan kayak agak lemah aja gitu si Prim. Waktu adegan Prim kepilih dan Katniss maju buat gantiin, nangis dong. Padahal pas baca novelnya fine aja. Nyesek banget liat kakak beradik dipisahin. Mana kemungkinan terbesar kalau jadi Tribut di Hunger Games adalah mati. Berasa ikut ngrasain apa yang dirasain Prim. Bakalan kepisah ama kakak kesayangannya selamanya.



Ibunya Katniss cantik banget. Adegan sejenak ama Katniss menggambarkan perasaan Katniss di novel yang mengabaikan ibunya sejak ayahnya meninggal.



Banyak adegan yang beda dari novel, tapi nggak mengurangi isi dari novel yang divisualisasikan. Kalau pengen detail emang baca novel biar lebih dapet. Tapi kadang kalau baca novel, agak susah masuk ke imajinasi penulis.

Nonton film ini pakek headset, waktu adegan mutt nongol, kaget dong. Habisnya sebelumnya hening tetiba ada yang meraung dan menerkam Peeta. Kaget banget! Mutt di film visualisasinya lebih mirip ke macan nurut saya. Tapi ganasnya sama.



Novel ama film punya nilai plus sendiri-sendiri. Menurut saya saling melengkapi. Senyum Peeta emang memesona, tapi saya lebih suka Gale. Biasalah, kena second lead syndrome. Kekeke.



Ngarep di ending ntar Katniss ama Gale. Tapi, kayaknya sulit ya. Bahkan nggak mungkin.



Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.

Sumber poster dan foto: impawards dan koleksi pribadi.


Tempurung kura-kura, 02 Oktober 2021.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews