Review Novel The Hunger Games

03:00

 The Hunger Games by Suzanne Collins



24 peserta dari 12 distrik
Bertarung dalam Hunger Games, saling membunuh demi satu orang yang bertahan hidup dan akan dinyatakan sebagai pemenang

• Judul: The Hunger Games
• Penulis: Suzanne Collins
• Tahun terbit: Oktober 2009
• Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
• Jumlah halaman: 408 halaman; 20 cm

Capitol adalah pusat kota dari negara Panem yang memiliki 12 distrik. Setiap tahun ada tradisi The Hunger Games yang harus diikuti oleh 24 peserta dari 12 distrik yang mengelilingi Capitol. Anak perempuan dan laki-laki usia 12-18 tahun dari 12 distrik akan dipilih secara acak untuk menjadi peserta The Hunger Games setiap tahunnya sebagai pengingat pemberontakan yang gagal dilakukan untuk melawan Capitol.

Aturan permainan dalam The Hunger Games adalah membunuh atau dibunuh. Karena, dari 24 peserta hanya akan dipilih satu pemenang saja yaitu orang yang berhasil bertahan hidup hingga akhir. Katniss adalah gadis berusia 16 tahun dari Distrik 12. Ia mengajukan diri untuk menggantikan sang adik yang terpilih dalam The Hunger Games. Katniss pun menjadi perwakilan Distrik 12 untuk mengikuti The Hunger Games dan masuk ke dalam pertarungan yang menggemparkan Capitol.



Jujur saja saya awalnya nggak tahu tentang novel The Hunger Games sampai pada filmnya rilis dan ramai dibicarakan. Tapi pada tahun rilisnya, tahun 2012, entah saya kemana hingga nggak terbawa arus sampai pengin nonton. Hingga tahun... 2018 kah? Maaf lupa tepatnya. Kekeke. Kalau nggak salah momen obral menjelang Lebaran, ketemu novel The Hunger Games di toko buku online langganan. Sayang tokonya sekarang udah nggak aktif lagi sejak owner-nya menikah. Padahal buku yang dijual keren-keren dengan harga murah. Mulai dari buku baru, masih segelan, sampai buku lama, dan buku preloved ada.

Toko buku online ini tuh sering banget ngadain promo bahkan obral buku. Terlebih kalau ada momen tertentu seperti saat mau Lebaran. Jadilah setiap kali dapat THR, selalu belanja, mborong buku di sana. Buku lebih menggiurkan daripada baju baru. Kekeke. Nah, novel The Hunger Games saya dapat dari sana. Kondisinya masih segelan, dan kalau nggak salah ingat awalnya dapat dua seri aja. Lupa The Hunger Games sama yang apa dulu, tapi yang pasti ketiga serinya dapat di toko buku online itu. The Hunger Games sama Catching Fire masih segel. Kalau Mockingjay dapat udah nggak segelan, preloved tapi kondisi masih bagus banget.

Oya, sebelumnya saya kurang tertarik sama novel terjemahan dari Barat sampai saya ketemu Hex Hall yang kisahnya mirip-mirip ama Harry Potter gitu, tentang dunia sihir. Lalu, ketemu ama Cinder dari The Lunar Chronicles. Sejak saat itu jadi sering lirik buku fantasi dari Barat dan membeli beberapa yang udah diterjemahin ke Bahasa Indonesia. Sekian curcol singkat tentang bagaimana saya mendapatkan novel The Hunger Games lengkap tiga seri. Dan mari lanjut membahas tentang kesan usai membaca novel The Hunger Games.



Berdasarkan info yang saya baca di Wikipedia, novel The Hunger Games karya Suzanne Collins ini terbit pada tahun 2008. Tahun yang sama ketika saya ketemu Mas Jeje aka Kim Jaejoong, lalu jatuh cinta pada pandangan pertama dan mulai memberanikan diri belajar internetan. Tapi, di Indonesia, novel ini terbit pada tahun 2009, tepatnya pada bulan Oktober di bawah naungan penerbit Gramedia Pustaka Utama. Untuk adaptasi filmnya rilis pada tahun 2012. Nah, ketika diadaptasi film inilah saya tahu tentang Hunger Games. Tapi entah kenapa waktu itu ndak tertarik buat nonton dan terbawa arus ingar bingarnya The Hunger Games. Padahal, seingat saya banyak teman-teman yang membahas tentang ini di Facebook kala itu. Eh, kok jadi curcol lagi. Lanjut review, Kura!!!

The Hunger Games berkisah tentang tradisi setiap tahun yang diadakan oleh Capitol. Capitol merupakan pusat kota, pusat pemerintahan dari negara Panem yang berdiri di atas Amerika Utara yang telah musnah. Capitol awalnya dikelilingi 13 ditsrik, namun usai pemberontakan hanya tersisa 12 distrik. The Hunger Games adalah permainan yang dibuat Capitol untuk mengingat pemberontakan yang gagal itu. Sebagai penekanan pada 12 distrik yang tersisa agar patuh dan tunduk pada Capitol.

The Hunger Games wajib diikuti oleh anak perempuan dan laki-laki berusia 12-18 tahun di 12 distrik. Tiap distrik wajib mengirimkan dua peserta yang terdiri dari satu anak perempuan dan satu anak laki-laki. Pemilihan peserta dilakukan dengan cara memungut satu gulungan kertas dalam kumpulan kertas berisi nama muda-mudi dalam distrik. Nama dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Distrik 12 tempat Katniss tinggal pun melakukan hal yang sama pada hari pemilihan.

Katniss Everdeen adalah gadis yatim berusia 16 tahun yang tinggal di Distrik 12 yang dijuluki Seam dan menjadi pusat pertambangan batu bara untuk Capitol. Katniss kehilangan ayahnya yang meninggal dalam kecelakaan kerja di tambang. Sejak saat itu ia menjadi tulang punggung keluarga dengan berburu di hutan seperti apa yang diajarkan mendiang ayahnya. Walau berburu adalah hal ilegal, tapi dengan cara itulah Katniss bertahan hidup. Setiap berburu, Katniss memiliki patner bernama Gale Hawthorne. Keduanya bekerja sama dalam berburu untuk menghidupi keluarga masing-masing. Katniss dan Gale sama-sama sebagai tulang punggung keluarga usai kehilangan ayah mereka.

Di hari pemilihan, nama adik perempuan Katniss yang berusia 12 tahun, Primrose Everdeen terpilih. Katniss maju untuk menggantikan Prim. Ia pun terpilih menjadi perwakilan untuk Distrik 12 bersama pemuda bernama Peeta Mellark. Katniss dan Peeta pun berangkat ke Capitol untuk mengikuti The Hunger Games bersama 22 peserta dari distrik lain.

Ketika selesai membaca, saya nyesel kenapa nggak baca novel ini dari dulu. Padahal beli juga udah lama. Ceritanya bagus banget! Pantes kalau jadi novel best seller dan film adaptasinya pun jadi booming. Sampai detik saya menulis review ini, saya menahan diri untuk nggak nonton filmnya. Tapi, tadi udah janjian mau pinjem koleksi filmnya Prime Eonni buat ditonton. Kekeke. Insyaa Allah nggak akan kecewa kalau film Barat dibuat dari adaptasi novel. Karena biasanya nggak beda jauh, ya walau tetel detail terbaik ada di novel. Jadi penasaran aja, kalau divisualkan bakalan gimana. Karena setelah baca, kayaknya nggak terlalu ngeri adegan bunuh-bunuhannya. Walau ada beberapa adegan yang bikin enek.

Kenapa ya novel fantasi terjemahan dari Barat seringnya ditulis menggunakan sudut pandang orang pertama? Beberapa yang saya baca begitu. Dalam novel ini pun sama. Keseluruhan cerita dituturkan dari sudut pandang Katniss. Emang emosinya lebih dapat, tapi ketika udah masuk dalam game, jadi penasaran gimana isi kepala Peeta juga. Hehehe.

Kalau novel terjemahan yang saya baca biasanya pakek bahasa yang baku, novel ini beda. Bahasanya lebih santai dan jadi lebih kerasa Indonesianya. Walau dituturkan dari sudut pandang Katniss, detail banget, jadi ikutan ngrasain emosi Katniss baik itu sedih, sebel, tegang, merona pas dapat perlakuan khusus dari Peeta. Bahkan ikutan nangis waktu scene Rue, salah satu peserta The Hunger Games dari Distrik 11 mati. Nggak rela Rue mati, karena dia jadi karakter favorit saya sejak dimunculkan. Saya suka nama Rue dan di novel ini ada Rue. Karakternya unik pula. Bikin jatuh hati.

Ada cinta bersemi di tengah game mematikan. Kisah cinta remaja yang miris. Karakter Peeta Mellark si Lover Boy emang bikin cewek klepek-klepek dan jatuh hati. Pemuda tampan dan baik hati. Tipikal anak pintar dan baik idola di sekolah dan di kampung (?). Selain ada Peeta, ada Gale Hawthorne yang nggak kalah memesona walau nongolnya dalam cerita sebentar aja. Kalau Peeta tipikal anak rumahan yang tampan dan baik, Gale lebih ke cowok macho bahkan ada kesan bad boy. Walaupun Gale ini nggak bad boy. Love line yang bikin saya bingung mau dukung Katniss ama sapa. Hehehe. Tapi tentu aja momennya banyakan ama Peeta karena sama-sama peserta.

Tegangnya dapet, sebelnya dapet, sedihnya dapet, manisnya juga dapet. Peserta yang ikut juga punya strategi sendiri-sendiri yang unik. Jadi makin penasaran pengen nonton filmnya. Sepertinya saya masih bisa nonton setelah nanya Prime Eonni tentang gimana filmnya.

Cerita mengalir dengan runtun. Seolah ikut menjadi pemain The Hunger Games bersama Katniss. Ada beberapa typo, tapi nggak mengganggu sekali, karena typo-nya nggak parah.

Waktu mutt muncul mendekati ending, bikin keinget ama serigala hibrida dari novel The Lunar Chronicles karya Marissa Meyer. Tapi visualisasinya beda. Intinya sama-sama serigala yang dikembangkan jadi makhluk pembunuh mengerikan.

Intinya novel ini bagus banget. Beruntung udah punya ketiga serinya, jadi bisa baca lanjutan kisah Katniss dan Peeta. Kira-kira ntar kalau udah nonton filmnya, bakalan dukung Gale apa Peeta yak? Intip-intip potongan videonya di Youtube, kenapa Gale tampan banget ya. Padahal di novel saya suka Peeta. Kekeke. Tunggu saja sampai saya nonton filmnya.

Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat dan selamat membaca.


Tempurung kura-kura, 25 September 2021.
- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews