Sharing Pengalaman Vaksin Dosis Pertama Astra Zeneca

18:35

 Vaksin Astra Zeneca Dosis Pertama, Proses, Dan Efek Yang Dirasakan Pasca Vaksin



Bagi pejuang GERD dan Anxiety seperti kami, mengikuti program vaksinasi Covid-19 bisa jadi momok yang amat sangat menakutkan sekali pakek banget. Terlebih di era digital yang mempermudah kita untuk mendapat informasi baik itu positif atau negatif. Seiring ditemukannya vaksin untuk Covid-19, tak hanya berita baik yang beredar di internet, ada juga berita buruk yang tentu saja akan sangat berpengaruh bagi pejuang Anxiety yang kebanyakan selalu over thinking seperti saya.

Sejak pelaksanaan vaksin di Indonesia, udah pasti sebagian besar pejuang GERD dan Anxiety juga kepikiran kayak saya. Gimana nanti kalau tiba giliran vaksin? Terakhir ketemu jarum suntik tahun 2020 lalu, waktu kena gejala DBD. Jatuh sakit di masa pandemi yang memberi kenangan cukup ngeri bagi saya. Bukan karena tidak bisa rawat inap, tapi karena sakitnya itu sendiri yang cukup menyiksa. Pasca kejadian tersebut, selalu berusaha hidup sehat agar nggak jatuh sakit lagi, agar nggak ketemu obat dan jarum suntik lagi. Ndilalah kersane Gusti Allah, tahun 2021 giat vaksin mulai digerakan. Wadaw, bakalan ketemu jarum suntik lagi dong? Heuheuheu.



Awal-awal vaksinasi dibuat urut kan ya, dari nakes, TNI & POLRI, perangkat desa, lansia dan selanjutnya. Karena tempat kerja saya dekat sama puskesmas, setiap ada vaksinasi dan ada lebihan, orang sekitar pasti ditawari untuk vaksin. Nakes yang bertugas pun menghubungi saya dan menawarkan untuk vaksin. Waktu itu siang hari, kerjaan di toko lumayan banyak, dan udah masuk jam makan siang. Begitu dapat telepon, udah gemeteran. Lalu, saya menolak dengan alasan lagi kurang fit. Kebetulan emang lagi pilek dan akhirnya ditunda. Jadwal berikutnya ada lebihan lagi, lalu saya dihubungi lagi, dan seperti sebelumnya, mendengar ajakan vaksin, langsung gemeteran dan muka berubah pucet. Takut. Hingga di tawaran ketiga, nakes bilang, "Ya udah kamu siapin fisik dan mentalmu dulu. Vaksin ini emang nggak bisa dipaksa."

Saya lega dong. Kalau orang Jawa itu kan ada rasa sungkan, setiap ditawari saya pun merasa sungkan banget. Mau nolak, sungkan. Tapi, mau maju nerima, takutnya kebangetan. Alhamdulillah akhirnya disuruh nunggu sampai siap. Sekalian nunggu jatah, karena berikutnya setelah lansia disebutkan giliran pedagang. Karena saya kerja di toko, mungkin saya akan mendapat jatah pedagang. Namun, kemudian peraturan giat vaksin diubah. Bukan dibagi per golongan, tapi langsung dibuat global. Jadi hampir setiap hari ada jadwal entah itu di puskesmas atau di pendopo kecamatan. Tapi karena banyaknya yang mau vaksin, antrian selalu membludak. Makin ciut nyali. Bahkan sejak serbuan dialihkan ke desa-desa juga masih nggak ada nyali.

Karena nggak kunjung vaksin, sampai ada yang menuduh saya anti vaksin. Ya ampun! Konyol sekali ini. Kalau anti vaksin, kenapa setiap ada jadwal vaksin selalu saya bagikan? Waktu itu situasi emang apa ya istilahnya rebutan gitu. Jadi sebagian dari kami di Sarang Clover memutuskan untuk vaksin belakangan aja. Kasihan yang lagi butuh. Beberapa penghuni Sarang Clover yang terburu kebutuhan juga vaksin lebih dulu. Walau untuk mendapatkannya harus nyari ke desa-desa lain. Heran saja masih dituduh anti vaksin. Heuheuheu....

Alasan umumnya itu, sedang alasan pribadi adalah ketakutan dalam diri saya sendiri. Beberapa rekan sesama pejuang GERD dan Anxiety yang sudah lebih dulu vaksin juga memberi support, mereka baik-baik saja pasca vaksin, jadi insyaallah saya pun akan baik-baik saja. Tapi, masih saja takut. Nggak ada jalan lagi, selain ngeluh sama Tuhan. Tuhan, tolong tetapkan hati saya, persiapkan diri saya secara fisik dan mental jika udah waktunya bagi saya untuk vaksin. Udah pasrah apa kata Tuhan nanti bagaimana.

Atas izin Allah, tiba-tiba ada keinginan untuk vaksin pada tanggal 14 Oktober 2021, mengikuti jadwal vaksin di desa kami. Nggak mau datang sendiri, saya pun mencari teman di grup Sarang Clover. Alhamdulillah yang lain pada semangat ikut di hari yang sama. Karena hati sudah ingin, saya nggak mau nunda lagi. Nanti khawatirnya malah molor terus dan ndak jadi.

Pada poster jadwal puskesmas, tertulis untuk tanggal 14 Oktober 2021 jatah vaksin adalah Sinovac. Alhamdulillah. Karena rekan-rekan yang dapat vaksin Sinovac rata-rata nggak merasakan efek samping. Baca-baca testimoni, rata-rata efek samping yang dirasakan adalah mudah kantuk dan lapar. Dua hari menjelang hari vaksin, ada pengumuman dari desa, bahwa untuk tanggal 14 jatah vaksin adalah Pfizer. Pada heboh dong! Semua vaksin bagus ya! Hanya saja dipemberitaan kan disebutkan Pfizer sebagai vaksin yang terbaik. Makanya pada heboh karena bakalan dapat Pfizer. Jujur saya seneng juga. Muehehehe.

Pernah di grup Sarang Clover ketika Prime Eonni bertanya, saya pengen vaksin apa nggak. Bermaksud guyon, saya menjawab, Nggak dulu. Nunggu agak reda. Ya semoga ntar pas hatiku karep, dapatnya Pfizer. Karena rekaman obrolan itu masih ada di dalam grup, jadi pada heboh ketika desa mengumumkan akan dapat Pfizer. Like your wish come true gitu. Yang mau ikutan juga pada happy.

H-1, pada malam harinya, saya dapat kabar dari rekan nakes kalau nggak jadi dapat Pfizer karena belum siap untuk digunakan. Dialihkan ke Astra. Karena di grup pada antusias dapat Pfizer, saya memutuskan tidak membagi informasi tersebut. Khawatirnya nanti pada mundur kalau tahu dapat Astra. Bukannya pilih-pilih vaksin ya, tapi yang namanya orang kan nggak tahu semisal takut dapat Astra. Karena rata-rata yang dapat Astra, pada demam. Saya sendiri pun sempat galau. Tapi, kalau mundur, tanggung jawab udah ajakin pasukan di grup juga. Ada yang belain libur kerja untuk vaksin sama-sama. Bismillah! Balik ke niat awal, mau vaksin. Nanti dapat apa, terserah Tuhan ngasihnya apa.

Hari H, 14 Oktober 2021, pukul setengah delapan pagi, saya berangkat ke lokasi dengan naik bentor. Lokasi deket sebenernya, bisa dijangkau dengan jalan kaki atau naik motor. Tapi karena saya nggak tahu nanti kondisi pasca vaksin gimana, akhirnya milih naik bentor aja daripada bawa motor sendiri. Sekalian refreshing karena pemandangan di sekitar jalan menuju lokasi sangat memanjakan mata.





Sampai di lokasi ternyata udah lumayan ramai dan kejutannya, lokasi didekorasi dengan cantik dan rapi. Peserta vaksin disambut karpet merah setelah pintu masuk. Berasa jadi artis aja disambut red carpet. Hehehe. Alur pun ditata dengan rapi karena pintu masuk dan keluar dibedakan.


(sumber foto oleh tim nakes)

Dengan dekorasi nuansa pink, jadi berasa kayak dateng ke kondangan. Mungkin ini cara panitia biar warga yang mau vaksin terasa nyaman. Feeling-nya bukan mau vaksin, tapi dateng ke kondangan. Terima kasih panitia yang udah membuat saya secara pribadi jadi merasa nyaman.


(sumber foto oleh tim nakes)


(sumber foto oleh tim nakes)


Oya, karena galau sebelum vaksin, maksudnya walau udah niat buat berarti nggak ada nervous, kan? Saya pun berkeluh kesah pada orang-orang terdekat. Di hari H, pada kirim pesan memberi dukungan. Subhanallah, beneran jadi suntikan keberanian. Yang paling lucu adalah pesan dari Njung Beb. Pesan yang membuat saya jadi ngehalu, beneran ngebayangin bakalan ketemuan ama Mas Jeje bukan pergi untuk vaksin. Ketika liat lokasi didekorasi dengan nuansa pink, berasa feel-nya Mas Jeje banget. Padahal yang demen warna pink kan Konci. Wkwkwk. Maafkan otak saya yang random.



Alhamdulillah dapat nomor urut 11 dan dapat tempat duduk di bawah tenda pink. Waktu turun dari bentor sempet gemeteran, setelah dapat tempat duduk, untuk meredam rasa gugup, saya mengunyah permen jahe yang sudah saya persiapkan dari rumah. Bagi pejuang GERD dan Anxiety, sangat saya anjurkan untuk membawa alat tempur seperti air putih dan minyak kayu putih. Kemarin selain membawa dua item utama tersebut, saya juga membawa permen jahe dan permen rasa mint, serta roti. Karena nggak tahu antrian bakal lama atau nggak, jadi persiapan aja bawa roti. Lapar bisa jadi pemicu datangnya gangguan cemas, pada saya. Jadi semua alat tempur yang saya bawa untuk jaga-jaga jika kondisi tak diinginkan terjadi. Karena saya dan Mbak Menur datang paling pagi, jadi tempat duduk kami terpisah dari penghuni Sarang Clover yang lain. Kami di tenda, yang lain di belakang, di depan teras kelas. Lokasi vaksin kemarin di sebuah sekolah dasar.




Vaksinasi pun dimulai. Yang maju setiap 10 orang. Karena Mbak Menur dapat nomor 10, jadi kami sempat terpisah saat maju untuk skrining riwayat kesehatan. Prosesnya cepet, karena meja skrining ada 8 meja. Ketika Mbak Menur masih diskrining, saya dipanggil untuk maju. Hanya menunggu satu orang, langsung dapat kursi kosong dan maju untuk skrining riwayat kesehatan. Pertama-tama ditensi, lalu cek suhu. Kemudian ditanya-tanya soal tekanan darah biasanya tinggi apa nggak, lagi pengobatan serius bla bla bla dan diberi tahu kalau vaksin hari ini adalah Astra. Alhamdulillah lolos. Saya juga mengutarakan riwayat sakit asam lambung dan adenomiosis, tapi lolos.

Selesai skrining, langsung di arahkan menuju lokasi vaksinasi yang berada di dalam ruang kelas. Sampai pada titik ini udah nggak sempet gugup karena semua serba cepat-cepat. Hehehe. Mungkin karena dari awal hati udah mantap jadi alhamdulillah dimudahkan sama Tuhan. Duduk dan menyisingkan lengan baju, dalam hati terus mengucap bismillah dan berdoa. Nggak berani liat waktu petugas mau nyuntik. Ternyata nggak kerasa sama sekali saat jarum nembus daging lengan dan obat dimasukan. Bahkan saya sampai nanya ke petugas, Lho udah tah Pak? Nggak kerasa sama sekali soalnya. Biasanya kan ada sensasi celekit kayak digigit semut saat jarum nembus kulit, ini nggak sama sekali. Usai vaksin, nanya apa perlu nunggu 15 menit. Ternyata boleh langsung pulang. Kami pun langsung pulang. Oya, sebelum pulang kami diberi obat ibuprofen untuk diminum jika ada gejala pasca vaksin.



Nyampek rumah, masih aman. Saya nggak merasakan gejala apa pun. Karena nggak ada gejala, saya pun nggak minum obat. Menjelang Zuhur, kepala sebelah kanan mulai terasa pleng-pleng. Namun, masih bertahan nggak minum obat. Karena belum mengganggu sekali. Hanya minum air putih banyak-banyak. Bisa jadi sakit kepala karena baru kepanasan dan ketemu banyak orang seperti yang sering saya alami usai bepergian. Usai makan siang, rasa sakit udah nggak di kepala sebelah kanan doang, tapi merata di seluruh kepala. Bahkan di atas kepala kayak ada batu besar yang nimpuk. Karena nggak tahan, saya pun minum paracetamol, lalu tidur. Alhamdulillah sore harinya, rasa sakit kepala berkurang tapi nggak ilang. Kadang kerasa, kadang nggak.

Saat tidur siang, lengan kiri yang sebelumnya nggak kerasa apa-apa usai vaksin, mulai kerasa pegel. Jadi bobok nggak bisa miring ke kiri. Badan pun mulai lemes aja rasanya. Pengen rebahan terus. Habis Magrib, badan kayak lebih panas dari biasanya. Sampai-sampai cek suhu, karena takut demam. Hasilnya, normal, 36,5°. Puncaknya, Kamis malam. Badan nggregesi, meriang, kepala sakit, lengan kiri sakit. Tidur nggak bisa miring ke kanan karena lengan kiri tetap sakit kalau dibuat miring ke kanan, bisanya posisi telentang dengan tangan kiri diganjal bantal. Sekujur tubuh sakit, tulang pegel-pegel kayak habis kerja berat. Perut bagian bawah sakit kayak nyeri haid di hari pertama. Pukul 12 malam, karena nggak tahan, saya minum ibuprofen karena paracetamol habis. Setelah minum obat, tidur tak nyenyak walau gejala perlahan berkurang.

Jumat pagi, 15 Oktober 2021 terbangun dengan badan masih terasa lemas, perut kiri perih, dan mulut asam. Karena hari Jumat dan jam kerja hanya setengah hari, saya memutuskan tetap pergi bekerja. Seharian badan lemes, rasa nggak nyaman masih nempel. Kayak orang lagi flu, nggregesi meriang nggak enak. Badan terasa lebih anget dari suhu badan biasanya, walau dicek suhu masih normal. Tangan kiri pegel parah, di sekitar bekas suntikan kalau disentuh walau cuman dielus sakit. Mulut terasa asam, pahit. Makan apa-apa nggak enak. Di tempat kerja DO mie pedas buat makan siang. Kali aja bisa mengusir rasa asam dan pahit di mulut. Tapi, apa-apa yang saya makan hambar. Nggak nafsu makan, pengennya bobok aja. Tapi, tetep kudu makan.

Hari kedua nggak minum obat walau udah sedia paracetamol. Untuk perut perih pas bangun, bisa jadi karena saya nggak tahan ama ibuprofen. Tapi reaksi tiap orang beda ya! Untuk mengatasi lemas, saya minum air kelapa hijau. Alhamdulillah malam harinya bisa tidur nyenyak walau agak terlambat dari jam tidur harian.

Hari ini, hari ketiga, Sabtu, 16 Oktober 2021, saya terbangun dengan perasaan bahagia. Mungkin karena tidurnya nyenyak ya. Hehehe. Badan juga udah terasa lebih baik, nggak lemes, nggak ada sakit kepala. Yang masih tersisa, rasa nyeri di sekita bekas suntikan, tapi udah nggak separah kemarin. Lidah juga udah balik normal, pagi tadi sarapan udah bisa merasakan nikmatnya sambel tempe penyet. Hehehe.

Oya, beberapa waktu lalu saya nonton di video Vlog Kak Yannie Kim, di Korea Selatan, waktu ke RS mau vaksin tapi ditolak karena lagi menstruasi. Ini bisa jadi pertimbangan buat teman-teman kalau mau vaksin ya, kalau lagi menstruasi terutama hari pertama, mending ditunda aja dulu. Beberapa cewek kalau lagi haid hari pertama kan sensasinya luar binasa ya, jadi kalau vaksin trus ketambahan efek vaksin jadi makin menjadi. Saya kemarin juga lagi mens tapi udah hari kelima, itu aja malamnya ngrasain sensasi kayak nyeri haid di hari pertama.

Buat temen-temen seperjuangan, jangan takut buat vaksin. Dapat vaksin apa aja diterima, semua vaksin bagus ya. Beruntung lah kalian kalau dapat Pfizer. Muehehehe. Canda ya! Semua vaksin bagus. Persiapkan aja fisik dan mentalnya. Persiapan fisik, makan yang baik dan benar. Insyaallah pejuang GERD pola makannya udah baik ya. Kalau perlu didukung vitamin, nggak papa minum vitamin. Untuk mental, hindari berita apa pun tentang vaksin, terutama berita negatif. Jangan over thinking. Baca aja pengalaman rekan-rekan sesama pejuang GERD dan Anxiety yang udah vaksin. Alhamdulillah aman. Istirahat yang cukup. Saat vaksin, jangan tegang, buat diri rileks biar nggak sakit. Yang terpenting adalah berdoa dan niatkan vaksin sebagai usaha untuk sehat. Insyaallah semua aman. Kalau tindakan pasca vaksin, kurang lebih kayak yang saya bagi di atas ya.

Sekian sharing tentang pengalaman vaksin Astra Zeneca. Terima kasih. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Sehat-sehat buat kita semua. Aamiin.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews