Bumi Perkemahan Ledok Ombo Poncokusumo
00:32
Bumi Perkemahan Ledok Ombo Poncokusumo
Pesona bumi perkemahan yang tidak pernah padam.
Welcome to my curious way!
Apa kabar shi-gUi? Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, diberi kelimpahan berkah berupa kesehatan dan kebahagiaan. Aamiin....
Beberapa waktu lalu wana wisata hutan pinus sempat viral di sosial media. Sebenarnya sebelum wana wisata hutan pinus yang baru dibuka itu viral, Kecamatan Poncokusumo udah punya wana wisata hutan pinus lho! Dahulu bumi perkemahan ini dikenal dengan nama Bedengan. Sekarang telah diresmikan--karena di dekat pintu masuk sudah disematkan nama--sebagai Bumi Perkemahan Ledok Ombo Poncokusumo.
Bagi penghuni Sarang Clover, Ledok Ombo Poncokusumo bukan hal asing. Dari zaman masih hutan belantara yang jarang pengunjung sampai sekarang sudah berevolusi menjadi tempat wisata cantik, kami sering berkunjung ke sana. Sampai sekarang pun Ledok Ombo Poncokusumo sering digunakan sebagai tempat untuk berkemah, acara diklat, dan segala macam yang berhubungan dengan wisata alam. Tatanannya pun semakin apik disertai penambahan fasilitas umum yang memanjakan para pengunjung.
Pertama kali saya mengunjungi Ledok Ombo Poncokusumo saat saya masih... balita. Kalau tidak salah ingat iya waktu masih balita. Waktu itu malam-malam ke Ledok Ombo Poncokusumo untuk menjenguk kakak sulung yang sedang mengikuti kegiatan Pramuka dan kemah di sana. Saya teringat sedikit saja tentang kenangan itu.
Lalu pernah juga mengikuti event akbar, kalau tidak salah ingat peresmian Ledok Ombo sendiri. Ada jalan sehat juga dan saya dapat payung warna kuning dari undian kupon jalan sehat. Saat itu saya udah SD apa SMP gitu. Udah lama sekali jadi lupa. Kekeke. Yang pasti saya ikut rombongan dari puskesmas tempat orang tua bekerja.
Pernah juga berkunjung dengan dua penghuni Sarang Clover. Naik angkot dari desa tempat kami tinggal, lalu berhenti di pusat desa Poncokusumo dan ke Ledok Ombo harus jalan kaki. Jalannya belum di aspal, masih hutan walau ada beberapa orang beraktivitas di sana seperti pencari kayu dan penambang pasir. Tapi masih sepi sekali pakek banget. Rimbun di sana sini. Bahkan masih banyak anjing yang entah peliharaan warga atau anjing liar yang berkeliaran. Akses masuk masih bebas. Tidak ada penjagaan. Beberapa kali kami mengunjungi Ledok Ombo pada masa itu. Kalau tidak salah ingat saya sudah SMA atau SMP kelas tiga. Lagi-lagi tidak bisa mengingat dengan pasti.
Keindahan Ledok Ombo tak kalah dari wana wisata hutan pinus lainnya. Terlebih setelah pihak pengurus berbenah dan menambahkan fasilitas umum seperti toilet dan musala untuk pengunjung. Zaman saya sekolah dulu, saat berkegiatan di Ledok Ombo untuk kemping dan diklat selalu tidak diberi izin untuk ikut. Karena dulu belum ada fasilitas yang memadai. Sekarang tidak hanya toilet dan musala, warung makan dan kafe pun ada. Bahkan ada arena untuk para penggemar sepeda gunung. Jadi makin rame.
Toilet
Musala
Kalau tidak salah ingat, saya kembali mengunjungi Ledok Ombo pada tahun 2016 akhir. Karena saya menyukai keindahan dan ketenangan Ledok Ombo, saya memasukan Ledok Ombo sebagai salah satu latar cerita dalam novel Cintaku Bersemi di Kios Bensin. Saya kembali mengunjungi Ledok Ombo untuk mengambil foto sebagai bukti bahwa tempat ini nyata. Hari itu dimulai dari mengambil gambar di Tirta Umbulan dan Desa Putuk, lalu berlanjut ke Ledok Ombo. Saat itu masih ada satu kafe saja, namanya Omah Akar. Usai foto-foto kami ngaso di sana.
Kembali berkunjung pada tahun 2017 usai berkelana untuk mencari sosok Lexi. Hehehe. Kisah Lexi bisa dibaca di blog lama saya yaitu Bilik shytUrtle
Silahkan jika mau membaca. Hehehe. Pada tahun 2017 sudah makin berkembang. Kafe sudah bertambah lagi dan masih banyak calon bangunan baru. Di pintu masuk juga ada pos penjaga. Jadi kalau mau masuk lapor dulu dan bayar waktu itu Rp. 5.000,- Area parkir juga sudah tersedia luas. Cukup untuk menampung mobil dan motor. Toilet dibangun berjajar di dekat area parkir. Airnya melimpah ruah dan dingin sekali. Musala juga dibangun jadi lebih bagus.
Sempat melihat foto-foto Ledok Ombo di malam hari. Cantik sekali. Namun sayang, belum keturutan berkunjung ke sana di malam hari. Padahal romantis banget suasananya. Hehehe.
Pada tanggal 23 Agustus 2020 kami kembali mengunjungi Ledok Ombo Poncokusumo. Pasca PSBB sepertinya pos jaga atau loket di dekat pintu masuk belum aktif, jadi akses keluar masuk masih bebas. Tapi sepertinya tempat parkir masih ada dijaga, jadi tidak perlu takut untuk menitipkan kendaraan. Kemarin kami parkir di depan Cafe Pinus jadi gratis.
Ledok Ombo makin apik. Di sisi utara banyak bangunan warung berjajar. Kafetaria Ledok Ombo yang menyediakan makanan berat seperti nasi pecel. Soal harga mohon maaf saya tidak tahu, tapi sepertinya masih harga normal kok walau di daerah wisata. Mungkin karena masih di masa pandemi dan masih sepi, penjual cilok yang biasanya banyak berjajar tidak ada. Tapi kami menemukan bakso enak di dekat kafe Omah Akar. Murah meriah tapi rasanya juara. Saya lupa tidak memotret gerobak baksonya. Saya rekomendasikan karena murah meriah, rasa enak dan bikin kenyang. Hehehe.
Sebenarnya saya kepengen turun ke sungai kayak tahun 2017 lalu untuk membuat ulang video. Sayangnya ada aturan dilarang mendekati area sungai karena takut ada banjir dan longsor. Jadilah saya mengambil gambar dari atas tebing saja, tidak turun ke area sungai yang dulu saya sempat bermain di sana dan saya jadikan sebagai lokasi Lexi menyatakan perasaannya pada Tia dalam novel Cintaku Bersemi di Kios Bensin.
Saat kami berkunjung lumayan ramai, tapi masih bisa untuk jaga jarak. Ada yang sedang kemping bersama juga. Oya, di Ledok Ombo juga pernah digelar event Forest Painting yang diadakan oleh komunitas hammock. Setahu saya setiap kali berkunjung memang tidak pernah sepi pengunjung. Selalu ada saja komunitas yang menggelar kegiatan di Ledok Ombo.
Kolam kecil di dekat musala sekarang digunakan sebagai kolam renang untuk anak-anak. Jadi yang punya anak bisa deh diajak keceh. Dengan catatan tahan dingin ya. Hehehe. Air di Ledok Ombo sangat dingin sekali. Lebih dingin dari tempat tinggal saya. Rumah pohonnya juga masih ada. Masih bisa digunakan untuk foto-foto. Kalau untuk layanan permainan outbound belum aktif lagi.
Oya, ketika berkunjung di tahun 2017 saya sempat ditawari untuk berpetualang ke air terjun. Cukup membayar jasa ojek Rp. 10.000,- saja, kami akan diantar menuju loksi air terjun. Sayangnya waktu itu saya menolak. Karena kemarin tidak ketemu sama mas-mas ojek, nggak tahu apa layanan ini masih ada atau hanya terhenti sementara karena pandemi.
Kesejukan dan ketenangan Ledok Ombo cocok untuk ngadem, me-refresh pikiran. Jadi, silahkan jika ingin berkunjung. Di masa pandemi ini jangan lupa pakai masker dan jaga jarak ya.
Untuk menonton versi video bisa ditonton di sini
Sekian catatan perjalanan saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Tempurung kura-kura, 18 September 2020.
- Kurayui -
0 komentar