Review Film Double World (2020)

17:48

Double World (2020)



• Judul:
  - Global: Double World
  - China: 征途
  - Judul lain: Zheng Tu
• Genre: Aksi, petualangan, sejarah, fantasi, perang
• Negara: China
• Tanggal rilis: 24 Juli 2020
• Durasi:1 jam 50 menit
• Pemeran:
  - Henry Lau: Dong Yi Long
  - Peter Ho: Chu Hun
  - Lin Chen Han: Jinggang
  - Jiang Lu Xia: Budak dari Yan Utara
  - Kira Shi
  - Chung Him Law: Wen Tianyu

Untuk memperkuat militer kerajaan, petinggi kerajaan kepercayaan raja menggelar kompetisi untuk menemukan ksatria unggulan yang melibatkan delapan klan yang merupakan bagian dari wilayah kerajaan. Setiap klan diwajibkan mengirimkan tiga ksatria terbaik untuk mengikuti kompetisi. Klan Qingyuan juga mendapatkan undangan untuk mengikuti kompetisi. Dong Yi Long (Henry Lau), Chu Hun (Peter Ho), dan salah satu kstaria terbaik mewakili klan Qingyuan untuk mengikuti kompetisi ke Kota Feniks.





Selain karena sinopsisnya yang bikin penasaran, alasan kedua adalah karena Henry Lau yang jadi pemeran utamanya. Saya penasaran, Henry Lau yang biasa tampil gokil di setiap postingan Instagram-nya atau di setiap variety show yang saya tonton, bakalan gimana kalau berakting di film kolosal. Akhirnya nonton deh!

Berkisah tentang dua kerajaan yang memiliki wilayah di selatan dan utara yang selalu bermusuhan. Karena sama-sama kuat, tidak ada yang menang hingga kedua kubu memutuskan untuk berdamai. Suatu hari datang utusan dari kerajaan utara yang membawa hadiah untuk raja dari kerajaan selatan. Keduanya ternyata pembunuh bayaran yang diutus untuk membunuh raja. Salah satu kepercayaan raja, Guru Besar Guan menyimpulkan jika itu adalah tantangan perang. Guru Besar Guan pun mengusulkan kompetisi untuk mencari ksatria unggul demi memperkuat pondasi militer kerajaan. Raja menyetujui dan pesan pun dikirim ke delapan klan yang menjadi bagian dari kerajaan selatan.



Klan Qingyuan pun mendapat pesan. Ketua klan segera mengumpulkan warga dan menawarkan siapa yang bersedia menjadi relawan untuk mengikuti kompetisi. Jika tidak mengirim perwakilan, klan dianggap melanggar perintah kerajaan dan akan dimusnahkan. Pemuda yang dipanggil sebagai Berandal Kecil yang bernama aslo Dong Yi Long (Henry Lau) menawarkan diri. Permintaannya ditertawakan oleh penduduk namun ia kukuh ingin mengikuti kompetisi bersama satu ksatria terbaik klan Qingyuan.



Ketua mencari satu relawan lagi. Ketika menyebutkan nama Guru Besar Guan, seorang yang selalu dipanggil sebagai Pembelot yang bernama asli Chu Hun (Peter Ho) maju untuk melengkapi formasi perwakilan dari kalan Qingyuan.



Sebelum berangkat Ketua memberi tahu kisah masa lalu dari Yi Long dan Chu Hun. Ketua memberikan sisir pemberian mendiang ibu Yi Long dan berharap dalam perjalanan itu Yi Long dapat menemukan jati dirinya. Sedang pada Chu Hun, Ketua mengembalikan tombak yang dahulu ditemukan bersama Chu Hun yang sekarat. Trio dari klan Qingyuan pun berangkat menuju Kota Feniks. Di tengah gurun ketiganya mendapat serangan dari kalajengking raksasa yang membuat salah satu rekannya meninggal. Tersisa Yi Long dan Chu Hun yang melanjutkan misi ke Kota Feniks. Dalam perjalanan itu, Yi Long yang berkepribadian hangat dan ramah mengajak ngobrol Chu Hun yang dingin. Masa lalu Chu Hun terbongkar. Penyebab kemalangan yang ia alami tak lain adalah Guru Besar Guan. Ia mengikuti kompetisi dengan tujuan untuk membalas dendam pada Guru Besar Guan yang membunuh kakaknya, pemilik senjata yang kini ada padanya.



Ganasnya gurun pasir membuat Yi Long dan Chu Hun menjadi dekat dan saling melindungi. Terlebih Yi Long yang memiliki sikap peduli. Setelah membantu Klan Kadal dalam badai pasir, Yi Long yang selamat melihat sosok dalam balutan kostum berwarna biru di belakang Chu Hun. Namun, Chu Hun tidak menemukan apa-apa. Keduanya melanjutkan perjalanan menuju Kota Feniks. Di depan gerbang masuk, ada dua mayat tergantung dan hampir membusuk. Yi Long melihat tato di lengan kiri salah satu pemberontak. Chu Hun mengatakan itu tato penduduk dari kerajaan utara.



Dalam rumah singgah, Yi Long dan Chu Hun bertemu dengan perwakilan dari klan lain. Keduanya pun bertemu dengan gadis dan kelompok Klan Kadal yang bertarung di gurun. Klan Kadal menyerang gadis itu dan ketua dari Klan Falcon menengahi. Pertarungan berhenti karena kehadian Guru Besar Guan. Susah payah Yi Long menahan Chu Hun agar tak menyerang Guru Besar Guan.

Tim Yi Long kekurangan satu anggota. Gadis di gurun menawarkan diri untuk bergabung. Yi Long setuju dan mengangkat gadis bernama Jinggang (Lin Chen Han) sebagai anggota termuda dari tim Klan Qingyuan. Ketiganya tergabung dalam tim Klan Qingyuan dan bersiap mengikuti kompetisi yang diadakan Guru Besar Guan.




Jujur saya sempet syok karena adegan brutalnya sama sekali nggak disensor. Lumayan sadis, lumayan berdarah-darah. Untungnya masih bisa tahan karena tertutupi indahnya visualisasi dari negeri fantasi kerajaan selatan. China emang nggak diragukan soal bikin visualisasi yang apik dan memanjakan mata. Soal kesadisan pun dapet banget. Kayak real banget pas adegan potong-memotong anggota tubuh.

Ada dua makhluk fantasi yang menjadi ikon dari film ini. Pertama yaitu hewan peliharaan Guru Besar Guan yang wujudnya kayak anjing tapi mirip singa juga. Ukurannya maha besar dan sangat buas. Dia nurut banget ke Guru Besar Guan.



Satu lagi makhluk fantasi yang jadi ikon dalam film ini yaitu Raja Buas yang wujudnya ular raksasa. Raja Buas ini senjata biologi yang dimiliki oleh kerajaan selatan. Eh, ada tiga sih. Yang pertama kalajengking raksasa si monster gurun.



Adegan laga yang ciamik. Peter Ho yang memerankan Chu Hun keren abis. Dingin tapi penuh kasih dan hangat. Henry Lau juga keren banget pas adegan laga. Buat fansnya Henry Lau, di film ini dia pamer body six pack-nya lho! Kekeke. Apaan ini, Kura!

Jinggang pun bikin ngiri karena selain penampilannya yang nyentrik, kemampuan bela dirinya nggak bisa dianggap remeh. Dengan bersenjatakan pedang besar, dia bisa bergerak leluasa saat bertarung dengan musuh.

Adegan sadis yang nggak pantas ditonton dengan anak di bawah umur. Saat kompetisi berlangsung juga banyak menyajikan adegan yang menurut saya sadis. Dibanding pada final battle, adegan saat kompetisi lah yang sadis. Terlebih saat Guru Besar Guan menyiksa Jinggang. Nggak bisa nahan air mata.

Tokoh protagonis banyak yang mati. Heroine dalam film ini nggak ada yang berakhir selamat. Tega banget dah yang bikin cerita. Padahal saya berharap Jinggang bisa bertahan sampai akhir. Tapi dia harus mati di tangan Guru Besar Guan yang sumpah bikin kesel.

Film ini mengingatkan saya pada Korea Selatan dan Korea Utara. Kenapa kerajaannya harus bernama Selatan dan Utara coba? Terus berseteru dan sama-sama kuat pula. Selain itu adegan kompetisi yang harus merebut telur Raja Buas membuat saya teringat pada film Harry Potter. Sama-sama seru. Dalam film ini, pulau tempat Raja Buas tinggal keren tapi serem. Ada bunga cantik tapi beracun. Chu Hun hampir mati gara-gara menyelamatkan Jinggang yang hendak memetik bunga beracun. Tumbuhannya unik. Mereka hidup layaknya manusia dan hewan, jadi bisa bergerak-gerak gitu. Bahkan ada tumbuhan pemakan manusia yang mengerikan. Jadi keinget salah satu episode dalam serial jadul Friday 13th yang menceritakan tentang pohon pemakan manusia.

Yang sedikit membuat saya kurang puas adalah final battle antara Chu Hun dan Guru Besar Guan. Waktu membunuh Jinggang kesan yang saya tangkap Guru Besar Guan emang sosok yang kuat. Tapi di final battle malah kayak yah gini aja kemampuannya? Mungkin udah lelah karena habis duel sama Yi Long di udara. Oya, jati diri Yi Long cukup mengejutkan. Udah nebak sih kalau dia itu adalah... melesetnya hanya ternyata dia adalah... dari kerajaan... bukan kerajaan.... Kekeke. Cari jawabannya sendiri dengan nonton filmnya ya. Dijamin nggak nyesel karena emang seru.

Melihat ending-nya, apa ntar bakalan ada sekuelnya ya? Kita tunggu saja!

Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.

Poster by: My Drama List


Tempurung kura-kura, 16 September 2020.
- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews