Desa Wisata Ngadireso - Tirta Umbulan
20:13
Desa Wisata Ngadireso - Tirta Umbulan
Legenda tentang gagalnya pembuatan sebuah danau karena ayam telah berkokok, menandakan pagi tiba.
Welcome to my curious way!
Apa kabar shi-gUi? Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, diberi kelimpahan berkah berupa kesehatan dan kebahagiaan. Aamiin....
Akhirnya bisa sedikit membebaskan diri untuk keluar sebentar dari rutinitas sehari-hari. Perjalanan hari ini tidak jauh-jauh dari markas besar Sarang Clover, kami bertandang ke desa tetangga yang jaraknya kira-kira 15 km dari markas. Perjalanan ini kami lakukan pada tanggal 17 Agustus 2020. Yap, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-75.
Nama lokasi yang kami kunjungi adalah Umbulan. Dulunya dikenal sebagai Mbulan atau Umbulan. Lokasi ini sebenarnya dahulu bukan lokasi wisata karena berupa sumber mata air yang oleh warga dibangun menjadi kolam dan dijadikan sebagai tempat untuk warga sehari-hari menjalankan aktivitasnya seperti mandi dan mencuci. Semakin berkembang kolam sumber mata air ini semakin dikenal dan akhirnya menjadi tempat tujuan wisata bagi orang-orang yang berasal dari desa sekitar. Semakin berkembang semakin banyak pengunjung.
Banyak kegiatan yang digelar di kawasan ini. Yang paling umum adalah kegiatan siswa-siswi untuk pelajaran olah raga yaitu berenang. Atau kadang ada kegiatan apa sih namanya, hiking dari beberapa organisasi seperti Pramuka yang menjadikan Umbulan sebagai tempat tujuan terakhir atau garis finis. Biasanya paling ramai ketika menjelang bulan Ramadan. Umbulan menjadi tempat mencuci karpet musala atau masjid yang tidak hanya datang dari desa Ngadireso sendiri. Namun, katanya sekarang aktivitas itu dilarang demi menjaga kebersihan kolam. Jadi sekarang kolam hanya boleh digunakan untuk mandi atau berenang saja.
Umbulan sebenarnya bukan tempat asing bagi penghuni Sarang Clover. Dulu ketika hiking kami ngasonya di Umbulan. Kalau olah raga naik sepeda gunung rame-rame tujuannya pun Umbulan. Tempatnya mudah dijangkau dan berada di dekat area pemukiman warga, jadi aman buat dikunjungi walau hanya berdua saja. Terlebih tempat ini gratis. Jadi siapa saja bebas keluar masuk tanpa harus melakukan pembayaran.
Saking akrabnya dengan Umbulan, saya pun memasukannya menjadi salah satu setting atau latar belakang dalam novel saya yang berjudul Cintaku Bersemi Di Kios Bensin yang terbit pada tahun 2016 di Penerbit LovRinz. Yang udah baca novel CBKB pasti menemukan Umbulan di dalamnya karena menjadi salah satu tempat yang dikunjungi Lexi dan Tia.
Terakhir berkunjung ke Umbulan pada bulan Januari 2019. Setelah setahun lebih ternyata banyak perubahan yang terjadi di Umbulan. Kawasan ini sudah dibangun sebagian dan prosesnya belum selesai. Ditata semakin rapi dan cantik walau masih gratis. Penjual makanan pun semakin banyak. Jadi nggak usah takut kelaparan kalau nggak bawa bekal. Dulu setiap kali hiking ke tempat ini selalu bawa bekal karena belum ada yang jualan. Lalu berkembang ada yang jualan cilok. Kemarin makin banyak, tidak hanya cilok, ada yang jualan bakso juga. Bahkan di bagian lereng bukit yang sudah dibangun ada yang jualan makanan juga.
Umbulan sekarang diberi nama Tirta Umbulan. Lokasinya berada di kaki bukit Pusung Keris di desa Ngadireso. Airnya masih tetap bening sekali. Ikan-ikan pun masih banyak. Beberapa orang datang untuk merendam kaki yang kemudian akan dikerumuni koloni ikan. Hal itu disebut sebagai terapi. Kemarin pun saya bertemu ibu-ibu yang berenang di Umbulan, katanya merendam diri untuk sekadar menghilangkan ngilu-ngilu di badan. Kalau itu kepercayaan sih ya. Biasanya memang ada beberapa orang melakukan ritual mandi di Umbulan. Lokasinya masih termasuk wingit karena di dekat kolam ada punden atau dalam masyarakat Jawa juga disebut danyangan. Jadi kalau berkunjung harus sopan dan tak jarang ada orang datang untuk melakukan ritual mandi untuk menyucikan diri dari balak atau biasa disebut ritual mandi tolak balak.
Kalau tidak bisa berenang, ada ibu-ibu yang menyediakan jasa sewa ban. Ban berwarna hitam yang tarifnya murah sekali. Rp. 5.000,- sudah dapat dua ban. Mau ukuran besar atau kecil tetap sama. Jadi per ban tarifnya Rp. 2.500,- ya. Untuk makanan juga murah. Cilok dan bakso harganya murah sekali dan rasanya enak. Tirta Umbulan cocok menjadi tujuan wisata di tanggal tua kala isi dompet meronta. Hehehe.
Oya, untuk mencapai Tirta Umbulan bisa naik motor atau mobil. Dijamin mata akan dimanjakan dengan pemandangan indah saat menuju lokasi.
Pembangunan di lokasi Tirta Umbulan akan terus berlangsung. Menurut ibu-ibu yang jualan di lereng bukit, pembangunan akan terus dilanjutkan. Tangga-tangga akan dibangun hingga ke puncak Pusung Keris. Hm, pasti bagus sekali dan tentunya lebih mudah bagi pengunjung untuk bisa mencapai puncak bukit Pusung Keris. Pemandangan dari atas bukit sangat indah sekali. Semoga saja pembangunannya lancar. Saya pun tidak sabar ingin jalan-jalan sampai ke puncak. Hehehe. Di area yang sudah dibangun, ada beberapa spot foto yang bisa dimanfaatkan pengunjung.
Tak jauh dari Tirta Umbulan ada lokasi yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Lokasinya berada di Desa Putuk. Ada lokasi bekas pengerukkan tanah yang lumayan selfiable. Ikon dari Desa Putuk adalah hamparan sawah yang mengelilingi bukit Pusung Keris. Ada cerita turun-temurun tentang lokasi ini. Katanya dahulu lokasi ini akan dijadikan danau. Namun, sebelum prosesnya selesai, ayam berkokok dan matahari terbit. Jadilah tempat berupa kedung itu batal menjadi danau. Diceritakan jika Umbulan adalah sumber mata air yang sebelumnya akan digunakan sebagai air untuk mengisi danau.
Di sekitar lokasi ini ada tempat tongkrongan baru bernama Hamur Kutup. Katanya sih tempat ngopi yang pengunjung bisa bayar seikhlasnya. Sayang kami tidak mampir karena hari itu cukup ramai pengunjung di Hamur Kutup. Untuk yang ingin tahu bisa cek di Facebook. Katanya bisa melihat senja dengan nyaman dari lokasi ini. Jadi silahkan bagi pecinta senja untuk berkunjung ke Hamur Kutup.
Siap berwisata ke Desa Ngadireso? Selama masa pandemi ini, jangan lupa pakai masker ya. Selamat berjalan-jalan.
Untuk video bisa ditonton di sini
Tempurung kura-kura, 29 Agustus 2020.
- Kurayui -
0 komentar