Diary #DiRumahAja - Hal-hal Yang (Mungkin) Hanya Dijumpai Di Tahun 2020
17:38Diary #DiRumahAja - Hal-hal Yang (Mungkin) Hanya Dijumpai Di Tahun 2020
Nggak terasa tahun 2020 udah sampai pada bulan November, bulan ke-11. Kalau diingat-ingat, banyak kejadian yang mungkin hanya akan saya temui di tahun 2020. Apa saja itu?
Welcome to my curious way!
Saya sedang duduk manyun di toko ketika memikirkan tentang ide tulisan ini. Menengok ke belakang, ada banyak hal yang mungkin hanya akan saya temui di tahun 2020. Lalu, saya ingin membaginya di sini. Hal-hal yang mungkin hanya saya temui di tahun 2020. Khususnya yang terjadi di sekitar saya. Mari mengumpulkan ingatan tentang apa saja, hal unik, hal langka yang hanya kita temui di tahun 2020.
Sama seperti orang-orang pada umumnya, saya pun memiliki banyak rencana yang ingin saya lakukan di tahun 2020. Beberapa tugas yang belum selesai di tahun 2019 misalnya. Tapi kita tahu, semua berubah sejak makhluk mungil tak kasatmata bernama corona mampir ke Indonesia. Alih-alih terwujud, banyak hal yang tertunda, belum bisa diwujudkan. Harapan saya, semoga segera pulih kondisi di Indonesia daj dunia. Karena corona pula, jadi ada beberapa hal unik yang terjadi, yang mungkin hanya akan kita temui di tahun 2020 saja. Mari berbagi hal unik di tahun 2020 bersama saya. Hal unik yang teman-teman shi-gUi alami bisa dibagi di kolom komentar.
1. Masker
Bagi saya masker bukanlah hal baru karena sejak--kalau tidak salah ingat--tahun 2013 saya sudah mulai menggunakannya walau tidak setiap hari. Karena sering menggunakan masker ini saya sering diolok, bahkan sering ada ibu-ibu yang menjadikan saya sebagai obyek untuk menakut-nakuti anaknya yang rewel.
"Diem, nggak! Kalau nggak diem, liat mbak itu pakek masker."
Anehnya anaknya langsung diam dan takut. Sebal tapi sekaligus ketawa dalam hati. Apa salah saya yang pakek masker? Mungkin tampang jutek saya tetap bisa terlihat walau sudah memakai masker hingga membuat anak-anak ketakutan.
Uniknya, sejak akhir 2019 masker menjadi benda yang paling diburu. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Sampai langka dan harganya melambung setinggi langit. Sebelumnya di toko saya juga menjual masker, karena kadang ada orang yang membutuhkan. Terakhir saya beli--kalau tidak salah ingat lagi--pada awal Januari atau akhir Desember. Harga masih normal. Rp. 25.000,- per box.
Waktu itu saya ditawari apa nggak nyetok lebih, tapi saya menolak. Saya beli untuk saya sendiri satu box dan dua box untuk toko. Saya pikir cukuplah. Pada akhirnya saya menyesal. Hehehe. Bukan karena tidak bisa menjual masker dengan harga mahal, tapi tidak bisa menyediakan cukup masker untuk diri sendiri dan keluarga. Dua box masker untuk toko akhirnya digunakan sendiri ketika corona dinyatakan masuk Indonesia.
Untungnya orang tua keduanya udah pensiun jadi tidak membutuhkan banyak masker. Memakai jika butuh pas keluar aja. Itu pun kemudian lebih memilih menggunakan masker kain karena bisa dicuci dan dipakai lagi. Sedang untuk masker medis diutamakan untuk saya yang bekerja dan setiap harinya sangat mungkin sekali berinteraksi dengan pasien. Walau dapat sumbangan masker dari puskesmas, tidak bisa mencukupi kebutuhan masker harian dan terpaksa harus menggunakan masker kain juga karena harga masker melambung setinggi langit.
Saya jadi teringat pada orang-orang yang sebelumnya gemar mengolok saya karena saya sering bahkan selalu menggunakan masker. Saya bertemu dengan beberapa dari mereka. Ada yang bersikap acuh tak acuh, cuek. Namun, ada yang tiba-tiba menyapa dan berkata, "Sekarang aku jadi kayak kamu. Ke mana-mana pakek masker. Ternyata pakek masker itu nggak enak ya. Aku jadi ngrasain apa yang kamu rasain dulu."
Hehehe. Semua orang pasti ingin bernapas bebas tanpa terhalang masker. Saya pun dulu begitu. Tapi di toko saya disarankan untuk memakai masker, karena saya ada masalah dengan debu dan di tempat kerja sering berinterkasi dengan pasien. Bukan di toko aja sih, kalau keluar juga disarankan pakek masker karena banyak debu. Karena itu sudah tidak asing dengan masker, tapi bukan berarti saya tidak merasa tak nyaman memakai masker. Sejak berkacamata, memakai masker jadi sedikit lebih tidak nyaman bagi saya.
Selain harga masker yang melambung tinggi, hal unik yang terjadi di tahun 2020 adalah adanya tren masker. Dunia fesyen berlomba-lomba menciptakan masker dengan tampilan cantik, unik, dan nyaman. Berbagai motif masker banyak diproduksi. Dari yang lucu, cantik, sampai yang tampilannya menurut saya super ribet. Hehehe. Semua berinovasi menciptakan masker yang tak hanya nyaman dipakai, tapi juga cantik dipandang.
2. Hand sanitizer, disinfektan, dan vitamin
Hal unik yang kedua adalah terjadinya kelangkaan hand sanitizer, disinfektan, dan vitamin. Oh satu lagi, tisu basah juga jadi langka. Sabun cuci tangan juga. Ini karena ada anjuran dari pemerintah untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Masalah hand sanitizer pun saya sempat diolok, dikatain ngikutin tren sok pakek hand sanitizer di toko. Padahal jauh sebelum ada corona, di toko udah ada hand sanitizer ukuran 500 ml untuk saya pakai kalau tidak sempat cuci tangan jika toko ramai. Kalau disinfektan memang saya buat setelah ada anjuran dari pemerintah.
Yang paling bikin saya jengkel adalah langkanya Wipol dan vitamin. Padahal sebelumnya stok selalu penuh di swalayan. Tapi karena kepanikan masyarakat, langsung ludes. Saya yang termasuk pemakai rutin karena ngepel lantai rumah selalu pakek Wipol jadi dibuat sebel. Ketika di rumah habis, mau beli barang nggak ada.
Vitamin pun jadi langka. Ini nyebelin banget. Sepertinya yang nggak pernah konsumsi vitamin jadi ikutan beli. Membuat vitamin langka dan harganya turut melambung tinggi. Lagi-lagi yang dibuat kesal adalah kami yang rutin mengkonsumsi vitamin.
3. Karantina
Kalau di Indonesia dikenal dengan istilah PSBB (Pembatasan sosial berskala Besar). Bukan hanya Indonesia, hampir seluruh dunia juga melakukan karantina besar-besaran. Kota-kota jadi sepi bak kota mati tak berpenghuni melihat dari foto-foto yang banyak bertebaran di media sosial.
Walau tempat tinggal saya di desa, tetap menerapkan PSBB. Tapi kalau di kampung saya sendiri tidak bisa 100% karena merupakan jalan utama. Kalau ditutup total bisa nggak jalan laju distribusi barang untuk kebutuhan sehari-hari. Walau nggak sesepi di kota-kota besar, aktivitas sehari-hari lumayan menurun. Jalan-jalan jadi sepi karena sekolah diliburkan.
Saya sempat galau. Masa iya ikutan tutup? Tapi toko-toko di sekitar tidak ada yang berencana tutup. Kalau saya tutup dan meladeni petugas dari rumah pun terlalu berisiko karena nantinya petugas jadi masuk rumah. Petugas kesehatan. Karena toko tempat saya bekerja dekat dengan puskesmas dan meladeni puskesmas. Akhirnya saya tetep buka. Kalaupun nanti ada razia, saya punya alasan untuk tetap buka.
Ada peristiwa mengejutkan ketika saya ada keperluan untuk keluar. Di jalan utama, ternyata situasi nggak kayak lagi PSBB walau di tempat saya lumayan sepi. Banyak kendaraan lalu lalang, banyak orang-orang yang tak jarang berkerumun juga. Mirisnya banyak yang nggak pakek masker. Saya kaget melihat fenomena itu.
4. Disinfeksi/penyemprotan massal
Fenomena unik yang setiap kali dijalankan selalu menyita perhatian. Kalau melihat postingan di media sosial, proses penyemprotan massal banyak yang unik. Di kota-kota besar bahkan sampai memakai mobil pemadam kebakaran untuk menyemprotkan disinfektan.
Kalau di tempat saya ada yang semprot manual pakai alat semprot hama punya petani dari rumah ke rumah. Ada juga yang menggunakan pick up atau truk untuk menyemprot jalan-jalan utama. Beberapa kali toko kena semprot, termasuk saya yang di dalamnya. Hehehe. Untungnya nggak parah dan disinfektannya harum.
5. Hal-hal yang sebelumnya wajar tapi jadi hal yang tidak sopan di tahun 2020
Sebelumnya orang pakai masker trus ngobrol tanpa dilepas dianggap tidak sopan. Di tahun 2020 hal itu justru dianggap sopan. Yang ngomong dengan masker dibuka yang malah dianggap nggak sopan.
Berjabat tangan dianggap sebagai bentuk keramahan dan kesopanan. Tapi, di tahun 2020 kita tidak bisa berjabat tangan karena dilarang. Ya walau masih banyak yang tetap berjabat tangan.
Tidak ada silaturahmi saat Lebaran. Kalau di desa seperti saya tidak terlalu merasakan. Karena masih ada saja yang berkunjung saat Lebaran. Hanya saja jadi lebih sepi karena sedikit sekali orang yang bersilaturahmi.
Orang bersin dan batuk di tempat umum yang sebelumnya memang dianggap tidak sopan jika tidak menutup mulut saat bersin dan batuk, jadi terlihat seperti sesuatu yang mengerikan. Di sosial media sempat beredar meme tentang bagaimana orang bersin dan batuk di ruang publik di tahun 2020. Saya pernah menyaksikan kejadian serupa ketika ada orang bersin di tempat umum. Walau nggak semua, ada beberapa pasang mata yang menatap sinis pada pelaku. Karena kebetulan pelaku bersin memang tidak menggunakan masker. Saya yang nggak ikut bersin merasa risih karena melihat tatapan mengadili dari orang-orang sekitar. Anehnya si pelaku malah santai sekali. Banyak malahan tipikal kayak gitu. Di toko pun sering. Nggak pakek masker kalau bersin atau batuk diarahkan ke dalam toko. Kalau ditegur sewot. Sering banget. Itu salah satu alasan kenapa dulu saya disarankan pakai masker aja kalau kerja.
6. Sekolah dan bekerja dari rumah
Sekolah angkatan 2020 beda dari angkatan sebelumnya karena mereka lulus dengan cara unik yaitu ujian dilakukan dari rumah setelah proses pembelajaran dari rumah sejak PSBB diterapkan. Sampai-sampai ada guyonan lulusan 2020 ijazahnya adalah corona. Belajar atau sekolah dari rumah adalah hal baru sekaligus tantangan baru bagi murid, guru, dan wali murid. Begitu juga dengan bekerja dari rumah.
7. Lebaran tanpa mudik dan silaturahmi
Lebaran 2020 terasa sangat berbeda karena tidak ada mudik dan silaturahmi. Sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya ketika corona belum muncul di muka bumi.
8. Kembalinya Sang Legenda Es Krim Viennetta By Walls
Boleh dibilang ini adalah momen segar di tengah pandemi. Ada yang berhasil mendapatkan es krimnya?
Hmm, apa lagi ya? Hal-hal yang mungkin hanya kita temui di tahun 2020. Melihat petugas puskesmas pakek APD lengkap yang selalu membuat saya merinding. Tren face shield. Dan mungkin masih banyak lagi yang tidak bisa saya ingat. Yang pasti 2020 memang menjadi tahun yang luar biasa bagi seluruh rakyat di dunia. Semoga saja corona bisa segera pergi dari bumi dan kondisi berangsur membaik. Aamiin...
Mohon maaf jika ada salah kata dan terima kasih.
0 komentar