Review Novel Diary Gamophobia
22:47Diary Gamophobia karya Liana Safitri
• Judul: Diary Gamophobia
• Penulis: Liana Safitri
• Penerbit: Penerbit Laksana
• Tahun terbit: 2019
• Jumlah halaman: 256 hlmn; 14 x 20 cm
• ISBN: 978-602-407-518-7
"Cinta adalah kata-kata paling dusta, omongan paling kosong!"
Kehidupan Anna dan putri tunggalnya Sasa yang damai berubah drastis sejak kehadiran Tony, pria yang tak sengaja bertemu Sasa ketika gadis kecil itu tersesat di jalan saat mencoba pulang sekolah sendirian. Bagi Anna, kehadiran Tony adalah air hujan yang sejuk dalam kehidupannya yang kering. Namun, sayang ia tidak bisa menjalin sebuah kisah kasih yang indah bersama Tony karena trauma yang ia alami di masa lalu.
Akhirnya selesai juga membaca novel Diary Gamophobisa karya Kak Liana Safitri. Ya ampun! Kecepatan membaca saya semakin menurun belakangan ini. Heuheuheu. Karena keasikan nonton nih, Kura!
Jujur saya penasaran sama novel karya Liana Seonbae ini. Karena dulu, kalau nggak salah kami pernah sharing tentang pernikahan. Saya yang lebih banyak cerita kala itu. Kekeke. Lalu, terbitlah Diary Gamophobia ini. Wah, bakalan menarik karena mengangkat tentang gamophobia atau pobhia tentang pernikahan. Sayangnya mau beli ketunda terus sampai akhirnya Liana Seonbae menghubungi saya dan mengatakan apa stok buku Aku, GERD-Anxiety dan Adenomiosis apa masih ada. Senang sekali karena Liana Seonbae berniat mengadopsi anak saya. Lalu, saya berpikir kenapa nggak barter aja? Tukeran anak kan seru. Hehehe. Begitulah bagaimana akhirnya saya bisa mengadopsi Diary Gamophobia karya Liana Seonbae. Curcol dikit ini mah. Kekeke.
Buku ini menceritakan tentang Anna yang hidup bersama putri semata wayangnya Sasa. Suatu hari Sasa tersesat saat nekat pulang sekolah sendirian. Beruntung ada pria bernama Tony yang membantu Sasa. Ia berbaik hati mengantarkan Sasa hingga sampai ke rumahnya. Dari pertemuan tak terduga itu, Anna, Sasa, dan Tony pun menjadi dekat. Sasa merasa nyaman dengan kehadiran Tony. Anna pun merasa sangat terbantu dengan kehadiran Tony. Sayangnya semua berubah menjadi petaka ketika Anna menyadari ada sesuatu yang mulai tumbuh di hatinya. Sesuatu yang juga tumbuh di hati Tony. Sesuatu bernama cinta yang diartikan sebagai anugerah sekaligus bencana bagi Anna.
Klise? Ketemu karena kebetulan lalu karena terbiasa jadi saling jatuh hati? Menurut saya semua kisah cinta memang klise. Tapi, kisah cinta antara Anna dan Tony bukanlah kisah cinta biasa. Dibanding banyak manis-manisnya, kisah Anna dan Tony justru banyak nggak enaknya. Dimulai dari perbedaan status sosial yang njomplang banget hingga pada masalah serius yang ada pada Anna. Walau latar belakang Anna dan Tony beda banget, njomplang banget, hingga saat di awal baca bakalan mikir ah kisah kayak gini mah udah banyak. Tapi suer beda banget eksekusinya! Kalau ada yang bilang, kisah kayak gini--cowok tajir jatuh cinta ke cewek kere--hanya ada di novel, sini saya tabok! Mungkin yang ngomong gitu belum pernah membaca kisah viral tentang Cinderella di dunia nyata. Itu gadis yang tinggal di panti asuhan lalu dipinang sama anak pejabat bank. Aduh saya lupa! Nah, jadi kisah kayak dalam novel ini bisa aja terjadi di dunia nyata. Lho kok jadi ngglambyar gini. Mohon maaf ya. Beneran kisah Anna dan Tony di sini tuh beda banget!
Unik karena mengangkat tentang gamophobia atau fobia pernikahan. Emang ada fobia kayak gitu? Ada! Saya penasaran kenapa Anna sampai takut menikah--di sini Anna nggak nyadar kalau dia mengidap gamophobia, hanya ingin hidup bahagia bersama Sasa. Kalau baca kisahnya dia, sedih. Nyesek banget. Memang ada orang-orang yang bertindak kayak ibunya Anna. Saya gemes juga itu kenapa ibunya memilih bertahan daripada menyelamatkan dirinya dan anak-anaknya. Saya juga penasaran kenapa bapaknya jahat banget ke ibunya. Apakah dulunya mereka menikah tanpa cinta? Tapi setiap orang bisa berubah walau awalnya menikah atas dasar cinta. Trauma memang mengerikan dan nggak bisa sembuh secara instan.
Manis karena mengangkat kisah mama muda dan papa muda. Terlebih dengan adanya Sasa yang hanya dengan membayangkan visualnya saja udah dibikin gemas. Malaikat kecil yang jujur saya kasihan banget. Apa yang dialami Sasa memang ada dalam kehidupan nyata. Dia masih TK tapi harus diteror teman-temannya karena nggak punya bapak. Itu bacotnya emak-emak yang nungguin anaknya juga, duh! Bikin pengen nabokin aja. Tapi tipikal emak modelan gini ada lho! Banyak! Sampai anaknya didikte buat ikut-ikutan dia, hingga anak-anaknya memojokkan Sasa yang nggak punya bapak. Hal kayak gini umum terjadi. Anna yang nggak kunjung nikah digunjingin, begitu dekat ama cowok juga digunjingin. Parahnya Sasa ikutan jadi korban.
Tiap individu punya masa lalu dan pernah membuat kesalahan. Namun, masing-masing memiliki kesempatan yang sama untuk berubah. Sosok Tony ini perfect banget. Kaya, tampan, mapan. Tapi kenapa bisa jatuh cinta ke Anna yang biasa-biasa aja? Dia punya alasan kuat yang baru dijelaskan di bab-bab akhir. Alasan yang membuat saya setuju kenapa orang seperti Tony bisa jatuh hati ke cewek kere macem Anna.
Membaca novel ini tuh kayak mengamati kehidupan sederhana, sehari-hari di sekitar kita. Karena tadi hidup Anna yang biasa saja dengan segala konflik khas masyarakat Indonesia. Ya kayak gitu itu hidup dalam masyarakat Indonesia yang sederhana. Tapi karakter Anna ini kadang nyebelin juga. Wkwkwk. Setuju dah ama komentar Daisy tentang dia.
Gaya bahasanya santai dan cerita mengalir dengan apik. Kadang bikin senyum, kadang bikin gemes, bikin nyesek juga iya. Untungnya kagak sampai mewek. Good banget buat pencinta romansa. Puas juga ama ending-nya. Semangat, Tony! Hehehe.
Oya, karena nama karakternya ada Anna dan Elsa, ketika membaca novel ini saya langsung teringat pada Frozen. Salah satu film Disney yang amat populer. Jadi penasaran kenapa penulis memilih nama Anna dan Elsa. Hehehe.
Terima kasih Liana Seonbae karena telah melahirkan karya apik ini. Sukses selalu!
Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih yang udah membaca. Semoga bermanfat dan selamat membaca.
Tempurung kura-kura, 15 November 2020.
- Kurayui -
0 komentar