Review Film Cina Jiang Ziya: Legend of Deification (2020)
16:30Jiang Ziya: Legend of Deification (2020)
Perjalanan pencarian kebenaran dari seorang dewa yang diberi hukuman di dunia fana.
• Judul:
- Global: Jiang Ziya: Legend of Deification
- Mandarin: Jiāng Zǐyá
- Cina: 姜子牙
• Sutradara: Cheng Teng dan Li Wei
• Tanggal rilis: 1 Oktober 2020
• Durasi: 110 menit
• Bahasa: Mandarin
• Negara: Cina
• Catatan: Berdasarkan novel berjudul Investiture of the Gods karya Xu Zhonglin
• Pemeran:
- Zheng Xi: Jiang Ziya
- Yang Ning: Xiao Jiu / Su Daji
- Tutehameng: Shen Gongbao
- Yan Meme: Si Bu Xiang
- Ji Guanlin dan Shan Xin: Jiuwei/Rubah Ekor Sembilan
- Jiang Guangtao: Tianzun
Jiang Ziya adalah jendral perang terbaik yang berhasil menaklukan rubah berekor sembilan. Ia berhasil menaiki tangga menuju langit dan kemudian diangkat sebagai pimpinan para dewa. Jiang Ziya diberi perintah untuk mengeksekusi rubah berekor sembilan. Saat akan melaksanakan tugasnya, Jiang Ziya melihat ada jiwa gadis yang terpenjara di dalam diri rubah ekor sembilan. Jiang Ziya menentang perintah dari Guru Ton hingga membuatnya dikirim ke dunia fana untuk menjalani hukuman.
Ternyata yang Jiang Ziya: Legend of Deification ini adalah karya yang sama dari membuat film Ne Zha (2019). Pantesan sama-sama keren!
Film ini mengisahkan tentang tokoh protagonis bernama Jiang Ziya. Jendral perang terbaik, murid agung dari Guru Ton di kerajaan langit. Jiang Ziya berhasil melumpuhkan rubah berekor sembilan yang menyebabkan kekacaun di dunia.
Kembalinya ke kerajaan langit, Jiang Ziya diberi tugas untuk mengeksekusi rubah berekor sembilan. Saat akan menjalankan perintah, Jiang Ziya melihat ada jiwa manusia terpenjara dalam diri rubah berekor sembilan. Jiang Ziya menyuarakan apa yang ia lihat, tapi para dewa meyakini jika itu hanya tipuan ilusi dari rubah berekor sembilan. Jiang Ziya yang membantah pun dihukum dengan diturunkan ke dunia fana.
Pasca perang berakhir, dunia masih kacau. Wilayah perang dibatasi dan dijadikan penjara bagi prajurit dan siluman yang sebelumnya terlibat perang. Ketika Jiang Ziya turun ke desa untuk mencari makan, ia bertemu dengan seorang gadis yang kemudian ia sadari sebagai gadis yang terpenjara dalam tubuh rubah berekor sembilan. Gadis itu ternyata rubah kecil yang mencari peta yang bisa membawanya ke tempat bunga hitam bermekaran.
Demi menjawab rasa penasarannya, Jiang Ziya mengejar gadis kecil itu hingga melewati perbatasan dan mengabaikan peringatan pengikut setianya Shen Gongbao. Jiang Ziya terlibat petualangan bersama gadis kecil yang kemudian ia ketahui bernama Xiao Jiu untuk mencari gunung tempat bunga hitam bermekaran.
Setiap kali me-review film Cina dengan genre fantasi, seringnya saya menuliskan bahwa nggak kecewa dan selalu dibuat terpesona sama visualisasinya. Pun demikian dengan film ini. Visualisasinya benar-benar memanjakan mata, baik itu visualisasi karakter juga visualisasi pemandangannya. Dunia yang rusak parah pasca perang digambarkan dengan apik, begitu juga dengan istana langit.
Pencarian jati diri dari seorang Jiang Ziya. Kesetiaan seorang teman yang juga fans berat Jiang Ziya yaitu Shen Gongbao. Ternyata karakter ini wujud aslinya semacam singa atau harimau raksasa gitu. Keren!
Film ini juga menggambarkan tentang dewa yang memiliki tunggangan setia. Jiang Ziya ditemani makhluk imut bernama Si Bu Xiang. Tapi, jangan salah! Kalau udah maju perang, makhluk imut ini bisa berubah menjadi makhluk gagah menyerupai kuda. Menurut saya wujud asli Si Bu Xiang menyerupai kirin.
Jangan salah! Walau ini film kartun, film animasi, tapi sukses bikin saya mewek lho! Scene ternyesek yang bikin saya sampai mewek adalah saat Si Bu Xiang akhirnya kehilangan nyawa demi menyelamatkan Jiang Ziya dan Xiao Jiu. Padahal awalnya Si Bu Xiang dan Xiao Jiu berantem terus. Tapi benci pun jadi cinta.
Perjuangan dan pengorbanan hingga titik darah penghabisan untuk menemukan kebenaran sejati. Sosok Guru Ton yang terlihat agung dan bijak ternyata... Heuheuheu.
Yang membuat saya kagum selain visualisasinya adalah film ini memberi gambaran tentang hewan tunggangan yang sering diceritakan Tunjung di dunia atas sana. Kata Tunjung, kalau nggak lagi perang para hewan tunggangan ya ukurannya normal. Misal Barahut, dalam kondisi biasa ia bisa menunjukan penampilan naga tapi seukuran ayam bangkok jantan. Tapi, kalau udah maju buat perang, ukurannya maha besar. Ngomong-ngomong soal dunia di atas sana, istana langit menurut saya adalah gambaran dari 'dunia di atas sana' yang sering diceritakan Tunjung. Tempat berkumpulnya orang 'abnormal' layaknya Tunjung.
Film ini juga menggambarkan sedikit tentang perjalanan menuju reinkarnasi. Juga tentang kita yang bisa mengubah nasib, tapi belum tentu bisa mengubah takdir. Namun, jangan pernah menyerah. Karena dengan kemauan dan usaha yang keras, takdir bisa saja berubah.
Film ini saya rekomendasikan untuk ditonton. Nonton Ne Zha (2019) juga ya. Karena bisa menjadi jawaban kenapa Ne Zha dan kawan-kawannya muncul menjelang di akhir cerita. Btw, ada teaser juga yang mungkin bakalan jadi proyek film baru di tahun 2021 ini. Kita tunggu saja.
Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.
Sumber poster: Wikimedia
Sumber gambar: screenshot pribadi
Tempurung kura-kura, 24 Februari 2021.
- Kurayui -
0 komentar