Teror Werewolf Di Atap Markas Sarang Clover

17:07

 Teror Werewolf Di Atap Markas Sarang Clover



Masyarakat dalam lingkungan tempat tinggal kita sebagian besar memercayai adanya makhluk jadi-jadian. Golongan ini biasa juga disebut dengan siluman. Biasanya digambarkan dengan wujud seperti manusia, tapi memiliki wajah hewan atau salah satu ciri khas hewan seperti bentuk telinga atau ekor.

Tur malam ini akan membawa kita pada salah satu kisah yang masih berlatar di markas besar Sarang Clover. Kejadian yang juga terjadi di tahun 2020. Kebetulan aku juga turut merasakan teror ini, bahkan sepertinya yang terparah.

Baiklah! Kalian siap? Mari kita mulai tur kita malam ini.


Setiap orang pasti mendambakan tidur yang nyenyak di malam hari setelah lelah karena beraktivitas seharian penuh. Selain untuk beristirahat, tidur merupakan salah satu cara mengisi energi dalam tubuh untuk aktivitas di hari berikutnya. Namun, bagaimana jika tidur idaman itu tidak kita dapatkan? Sangat menyebalkan pastinya!

Aku nggak termasuk dalam golongan orang yang mudah tidur jika nemu bantal. Karenanya, bisa tidur nyenyak adalah berkah dan anugerah yang luar biasa. Ketika mata sudah kantuk sekali, harus segera dibuat tidur. Kalau nggak, bisa melek sepanjang malam. Bisa terlelap, tapi kemudian terbangun karena suatu hal pun bisa jadi sedikit merepotkan. Sialnya, pada malam-malam tertentu ada saja kejadian yang membuat tidur terganggu. Salah satunya adalah teror di atap markas Sarang Clover.

Sejak pindah ke bilik yang baru, alhamdulillah jadi amat sangat jarang sekali pakek banget mengalami tindihan. Akan tetapi, bukan berarti nggak ada teror lainnya. Terlebih jika kondisi sedang genting. Jangan harap malam-malammu akan berjalan dengan damai dan bisa tidur nyenyak. Karena, mereka tidak akan rela melihatmu terlelap dengan nyenyak dalam mimpi yang indah.

Lagi enak-enaknya tidur, dibuat terbangun karena suara aneh yang berasal dari atap bilik. Suara seperti langkah kaki yang menyeret benda yang berat. Karena kejadiannya tengah malam, suara itu pun terdengar sangat keras. Terlebih lokasinya tepat di atas bilik tempatku tinggal. Setelah langkah yang seolah menyeret benda berat itu berhenti, digantikan suara ketukan sebanyak tiga kali. Lalu, berlanjut dengan suara seperti seseorang yang sedang menggaruk-garuk tanah dengan menggunakan alat dari besi.

Walau kejadiannya nggak berlangsung lama, tapi cukup mengganggu dan sering membuatku berakhir dengan terjaga semalaman. Paling lama 15 menit. Tapi, 15 menit dalam teror bisa jadi terasa satu jam, kan?

Menepis pikiran buruk, aku meyakinkan diriku bahwa itu adalah suara kucing yang sedang bemain-main di atap. Maklum di atap markas sering dijadikan tempat bermain atau tempat pertemuan kucing-kucing liar. Kadang sampai ada empat kucing yang berkumpul di atap. Bahkan, dulu pernah ada yang beranak di atap. Namun, kenapa baru kali ini mereka bertingkah demikian? Tingkah para kucing yang seringnya mengganggu adalah ketika mereka meraung-raung di malam hari atau ketika mereka loncat indah dari atap markas ke atas atap kondek yang lokasinya di samping markas. Nggak pernah sama sekali mereka membuat gangguan dengan bunyi garukan. Lagi pula, masa iya kekuatan kucing sedahsyat itu?

Pertama kali terjadi hal aneh di atap itu lewat tengah malam, pada pukul setengah satu dini hari. Awalnya seminggu dua atau tiga kali pada jam yang sama. Namun, lama-lama menjadi setiap hari dan jam kejadian maju jadi jam sebelas malam dengan durasi yang lebih panjang. Membuatku sering terjaga yang berujung menggangu aktivitas di hari berikutnya.

Aku sempat bertanya pada penghuni Sarang Clover yang stay di markas, apakah juga mendengar teror di atap setiap malam itu. Ada yang dengar dan ada yang nggak dengar sama sekali. Sial! Kenapa hanya aku yang mendengarnya setiap malam?

Keyakinan jika suara-suara itu adalah ulah kucing mulai memudar. Aku pun membaginya dengan Tunjung. Namun, Tunjung juga berpendapat, mungkin saja itu ulah kucing-kucing yang biasa nongkrong di atap markas. Sampai-sampai aku mencari informasi pada teman-teman yang memelihara kucing. Apakah benar suara kucing ketika mencakar atap bisa sekeras itu. Jawabannya beragam.

Semakin hari teror semakin menjadi. Membuatku semakin tak nyaman. Aku pun mendesak Tunjung untuk mencari tahu, ada apa sebenarnya? Benarkah itu hanya ulah kucing-kucing liar atau ulah makhluk lain?

Tunjung mengunjungi markas dan aku berharap mendapatkan jawaban sekaligus bantuan. Seperti biasa, aku yang tak sabar ingin mendengar hasil pencariannya langsung memberondong Tunjung dengan banyak pertanyaan.

"Jadi dia itu wujudnya kayak manusia gitu. Cuman apa ya, mukanya kayak serigala. Bisa bayangin nggak sih? Ya jalannya tegap gitu. Iya dia emang garuk-garuk lantai atap kayak berusaha mau masuk ke markas gitu. Tapi nggak bisa. Kayak ada balon transparan yang menghalangi dia buat masuk ke markas. Makanya tiap malem dia datang dan berusaha nembus balon transparan itu."

Tubuhku rasanya membeku setelah mendengar jawaban Tunjung. Beberapa detik kemudian, aku kembali bertanya, "Tujuannya apa?"

"Ya neror."

Sial! Apa untungnya neror kami? "Trus dia itu werewolf? Kayak di film-film gitu?"

"Ya bayangin aja gitu. Aku susah jelasin visualnya. Andai bisa aku gambar."

"Jadi, dia siluman?"

"Mm, entahlah. Bisa jadi siluman, bisa jadi salah satu bentuk sihir."

"Sihir??"

"Bisa jadi gitu."

"Lalu, solusinya gimana?"

"Kamu cari aja bawang dari lereng Gunung Bromo asli, bawang Tengger. Kamu kepang bawang itu dan kamu gantung di kamar. Tahu kan? Kayak di film-film vampire itu lho ngepangnya."

"Ya tau. Cuman nyari bawang Tengger, apa di pasar ada?"

"Coba aja. Bawang lanang asli Tengger."


Barang seringnya menjadi langka ketika dibutuhkan, pun demikian dengan bawang lanang asli Tengger. Di pasar nggak ada. Nggak kehabisan akal, saya meminta bantuan bidan desa yang bertugas di Desa Ngadas. Kebetulan kenal cukup baik. Alhamdulillah ada tapi hanya tiga batang dengan satu batang masih sangat kecil sekali. Kebetulan ada warga yang menanam dan sengaja diminta sama Bu Bidan. Sangat berterima kasih sekali. Namun, tiga batang tidak cukup untuk dikepang. Harus cari ke mana lagi?

Lalu, teringat pada salah satu kenalan perawat yang suaminya bekerja sebagai pemandu ke Gunung Bromo. Bismillah, nanya. Semoga aja ada informasi dan alhamdulillah kalau punya. Salah satu warga bilang punya, tapi ditinggal di tegal--perkebunan. Memang bawang ini seringnya dikeringkan dengan ditinggal di sekitar area tempat ia ditanam. Terlebih bawang jenis ini nggak terlalu populer untuk dijadikan bahan masakan, karenanya jadi jarang yang menanam. Masih ada harapan, karena yang punya bawang berniat membawakannya kalau ke tegal. Cuman kami diminta sabar karena ke tegalnya nggak tiap hari. Kebetulan pas Mbak Perawat nanya, bapaknya habis dari tegal. Heuheuheu.

Ndilalah kersane Gusti Allah, esok lusanya kami dapat kiriman satu kresek bawang lanang asli Tengger. Subhanallah. Alhamdulillah. Karena dibilang butuh untuk obat, bapak pemilik kebun bersedia balik ke kebun untuk mengambil bawang lanang. Udah gitu nggak mau dibayar. Benar-benar orang baik. Tuhan yang akan membalas kebaikan Bapak. Aamiin.

Tugas mengepang bawang diberikan pada Memes. Berhasil membuat dua kepangan bawang lanang. Satu untuk digantung di dalam bilikku, satu dibawa Tunjung. Alhamdulillah setelah bawang itu tergantung di dalam bilik, aman. Teror itu nggak pernah datang lagi.



Yang sempat membuatku kacau adalah setelah Tunjung bercerita tentang makhluk yang meneror markas, keesokan harinya ketika membuka Facebook, aku menemukan gambar werewolf tidur sedang memeluk seorang gadis. Sialan! Otak zodiak cancer-ku langsung membayangkan hal yang mengerikan itu. Sial! Sungguh sial!

Mungkin bagi sebagian dari kalian kisah ini tak masuk akal. Nggak papa. Setiap orang punya keyakinan masing-masing. Yang pasti, terima kasih sudah mengikuti tur malam ini. Sebelum tidur, jangan lupa cek pintu dan jendela. Jangan sampai lupa menguncinya. Semoga semua makhluk berbahagia.


Tempurung kura-kura, 17 Maret 2021.


You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews