Tak Hanya Nikmat Di Lidah, Jenang Suro Penuh Filosofi Kehidupan

21:43

 Filosofi Jenang Suro Menurut Masyarkat Jawa



Pada datangnya 1 Suro, ada satu tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh beberapa masyarakat Jawa yaitu membuat Jenang Suro atau Bubur Suro. Pada kalender Hijriyah, 1 Suro bertepatan dengan Tahun Baru Islam yaitu 1 Muharram.

Jenang Suro terbuat dari beras yang dimasak dengan santan dan disajikan dengan beberapa lauk pendamping. Walau sama-sama di Jawa, ada perbedaan bentuk penyajian Jenang Suro pada tiap daerah. Dalam tulisan ini, saya akan membahas tentang Jenang Suro dan filosofinya berdasarkan informasi yang saya dapat dari sesepuh di desa tempat tinggal saya.


Sama seperti Jenang Suro pada umumnya, di desa kami bahan dasar untuk membuat Jenang Suro adalah beras. Setelah dibersihkan, beras dimasak dengan santan yang sudah dicampur dengan daun salam, daun jeruk purut, daun pandan, serai, jahe, dan lengkuas. Beras dimasak hingga matang.



Lauk pendamping terdiri dari telur yang didadar dan diiris tipis. Sambel goreng atau orek tempe (kadang juga ditambahkan tahu), kacang tanah, dan ikan teri. Lauk lainnya adalah ayam suwir dibumbui dan kadang dibumbu kuning. Untuk mempercantik tampilan Jenang Suro, biasanya ditambah taburan bawang goreng, irisan daun bawang dan irisan daun seledri. Ada juga yang disajikan dengan kuah soto atau kuah kare, ada yang disajikan tanpa kuah.

Pembuatan Jenang Suro pun beragam. Ada pada malam sebelum datangnya 1 Suro yaitu pada malam tanggal 30 bulan Besar. Ada yang membuat pada tanggal 1 Suro pagi hingga sebelum zuhur. Tergantung pada kepercayaan daerah masing-masing. Setelah dibuat dan diracik dengan seluruh lauk pendamping, Jenang Suro akan didoakan, lalu dimakan bersama dalam satu keluarga dan dibagikan ke sanak saudara serta tetangga.

Jenang Suro merupakan wujud terima kasih dan rasa syukur manusia kepada Tuhan atas berkah yang diberikan selama setahun. Selain itu, Jenang Suro juga memiliki makna yang sesuai dengan kehidupan manusia.

Jenang Suro berwarna putih, melambangkan kesucian. Hendaknya dalam hidup selalu berusaha bertindak yang baik, berjalan di jalan yang benar. Memurnikan niat. Setiap tindakan harus didasari niat yang baik.

Beras dimasak dengan santan hingga menjadi bubur adalah makna dari kehidupan manusia yang membutuhkan proses dan tempaan hingga menjadi sosok yang matang dan bermanfaat.

Daun pandan akan memberi bau wangi pada Jenang Suro. Tindakan yang baik pasti meninggalkan keharuman yang abadi.

Telur melambangkan awal mula sebuah kehidupan. Menyambut awal tahun dengan semangat untuk menjadi manusia yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Ikan teri adalah simbol dari kehidupan laut. Ayam suwir simbol dari kehidupan darat. Tempe dan kacang mewakili kacang-kacangan yang merupakan simbol dari polo gemandul. Berkah pangan dari Tuhan yang melimpah.

Jenang Suro bukan sekadar makanan enak yang memuaskan rasa lapar. Jenang Suro merupakan sarana bagi kita untuk merefleksikan diri, tentang bagaimana diri kita setahun ke belakang dan resolusi untuk menjadi manusia yang lebih baik satu tahun ke depan. Dengan harapan doa dan harapan yang dilantukan selama proses dan penyajian akan dikabulkan Tuhan.

Sekian pembahasan singkat tentang Jenang Suro. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Rahayu.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews