Sharing Pengalaman Vaksin Dosis Kedua Astra Zeneca

04:03

 Efek Yang Dirasakan Pasca Vaksin Astra Zeneca Dosis Kedua



Setelah mendapatkan vaksin dosis pertama pada bulan Oktober lalu, akhirnya tiba juga saatnya untuk vaksin dosis kedua.

Awalnya saya kira bakalan dapat jatah dosis kedua pada bulan Januari tahun depan. Lalu, pada hari Kamis lalu kalau nggak salah ingat, dapat info di tempat saya vaksin dosis pertama dulu, akan dapat jatah dosis kedua pada 20 Desember 2021. Lumayan mendadak sekali. Hehehe. Sebelumnya saya sempet ngomong ke Ibu, kalau mau mulai jaga kondisi karena kemungkinan Januari bakalan vaksin dosis kedua. Tiba-tiba aja Desember udah keluar jadwalnya.

Walau agak mepet ama jadwal ketika menerima infonya, tetap bersyukur karena kondisi sudah membaik. Karena sebelumnya sempat pilek dan leher buat nelen sakit. Waktu pilek udah kepikiran, gimana kalau belum sembuh terus tiba giliran vaksin dosis dua. Lumayan bikin parno juga, tapi terus berdoa, minta bantuan Tuhan biar segera disembuhkan. Alhamdulillah seminggu sebelum vaksin, udah membaik.

Dari mendapatkan info ke jadwal vaksin ada jeda sekitar empat harian. Lumayanlah ya buat mulai jaga kondisi. Beda ama dosis pertama yang mana saya sendiri yang menentukan tanggal berapa saya mau vaksin. Kalau dosis dua, harus ngikut jadwal yang udah ditentukan dari pusat. Malesnya itu kalau harus berburu ke tempat lain. Hehehe. Matur nuwun Gusti, sudah dimudahkan hingga akhirnya dapat dosis kedua.



Karena udah pernah divaksin, bukan berarti everything is fine! Big no! Gugup masih ada, parno ini itu masih ada. Karena saya vaksinnya agak belakangan dibanding yang lain, informasi tentang bagaimana rasanya vaksin dosis dua udah pada masuk. Begitu juga informasi tentang yang udah dosis dua Astra Zeneca. Walau udah menyiapkan diri dengan jaga pola makan, pola hidup, tapi pola pikir masih agak berontak. Buat menepis pikiran negatif ini yang butuh usaha ekstra.

Setelah dapat info, makan mulai saya jaga. Menghindari makanan pedas dan bersantan, seminim mungkin makan gorengan dan banyak-banyak minum air putih. Mulai hari Minggu minum Redoxon. Kalau ditanya, emang ngefek sampai minum vitamin gitu ya? Saya nggak bisa kasih jawaban, iya. Karena buat membentuk imun yang bagus kan nggak bisa secara instan. Tapi gini, hal itu membuat saya merasa tenang aja. Merasa makin pede aja buat vaksin. Lagian nggak ada ruginya kan minum vitamin C, plus ke lambung juga aman aja.

Oya, untuk dosis kedua ini lokasinya beda ama dosis pertama karena penyelenggaranya adalah desa. Sama-sama di sekolah SD, tapi yang kedua ini di SD tempat dulu saya menimba ilmu. Ini memberi efek positif pada saya, jadi support tersendiri. Mikirnya udah seneng aja bisa balik liat SD tempat dulu menimba ilmu, vaksin nyambi nostalgia. Terakhir ke SD waktu Rara kelas berapa gitu, lupa. Hehehe. Dan kebetulan di tanggal 20 Desember 2021 kemarin Rara libur. Jadi, ditemani Rara, kami jalan kaki menuju lokasi.



Lokasinya deket banget, jadi sayang kalau nggak ditempuh dengan jalan kaki. Sekalian olah raga juga. 15 menit jalan kaki, nyampek. Karena deket, alat tempur yang dibawa pun nggak terlalu banyak. Yang utama pasti, air putih dan minyak kayu putih. Ditambah hand sanitizer dan payung, karena hujan. Untungnya waktu kami mulai jalan, hujan udah reda. Jadi suasananya mendung, enak banget dibuat jalan kaki.

Bagian nostalgia masa sekolah udah nggak usah dibahas yak. Kekeke. Yang pasti sekolahnya makin bagus. Karena di poster ditulis jadwal vaksin dimulai pukul delapan pagi, saya berangkat setengah jam lebih awal. Ndang mari ndang wes, gitu istilahnya. Kalau pagi kan masih semangat, masih fresh. Setelah datang, ternyata masih sepi. Tapi di bagian absensi, saya dapat nomor tujuh. Di kursi tunggu hanya ada satu bapak-bapak yang duduk di salah satu kursi di deretan paling belakang. Saya sama Rara dan Mbak Menur duduk di kursi deretan depan sebelah timur. Biar enak kalau dipanggil maju.



Menunggunya lumayan lama ya yorobun. Pukul sembilan lebih kalau nggak salah baru dimulai. Seperti sebelumnya, dipanggil per sepuluh orang. Karena dapat nomor tujuh, saya pun ikut kloter pertama untuk maju ke stan bagian skrining. Prosesnya cepet dan langsung diminta lanjut menuju ruang vaksin yang lokasinya ada di dalam ruangan kelas.



Karena kerjaan deket puskesmas, jadi kenal ama tim nakes yang bertugas hari itu. Waktu duduk di bangku untuk vaksin, udah agak grogi. Bayangan tentang rasa sakit, jarum gede, segala macem bermunculan. Mungkin karena tegang dan jadinya badan kaku, saya sampai ditegur, "Jangan gini!"

Oke. Saya berusaha rileks. Tapi, ini mata udah dilarang melirik, masih juga melirik ke arah petugas yang lagi nyiapin suntikan. Waduh! Jarumnya emang lebih gedean! Astaga! Makin gugup. Tapi, petugas yang saya kenal itu, dulu saya tahu kalau nyuntik nggak sakit. Udah kayak mama sendiri juga buat saya. Saya meyakinkan diri sendiri, kali ini pun nggak akan sakit. Daaan... sakit, yorobun. Waktu jarum ditancapkan, sakit, obat masuk pun sakit, dan berdarah dikit.



Petugasnya sampai lupa nggak ngasih obat, sampai saya minta. Obatnya alhamdulillah dapat paracetamol dan dikasih tahu nyampek rumah langsung minum. Setelah tanda tangan, langsung jalan pulang deh.

Nyampek rumah nggak langsung minum obat karena jujur nggak ngrasain gejala apa-apa. Tangan yang habis disuntik aja berasa ngilu. Tapi, dua jam pasca vaksin, kepala mulai terasa nggak enak dan akhirnya minum obat. Gejala lain yang mulai dirasakan adalah mulut terasa pahit banget, tapi pengennya ngunyah terus. Aneh dah. Setelah minum obat, saya buat tidur siang. Bangun tidur, sakit kepala udah berkurang walau masih ada rasa nggak nyaman, trus kedua pundak sakit. Rasanya kalau salah gerak dikit itu kayak krek gitu tulang dan sakit.

Malam harinya, seperti efek setelah vaksin dosis pertama, badan saya menggigil, tapi nggak panas. Kalau orang Jawa nyebutnya nggregesi. Menggigil, tapi nggak panas. Keesokan harinya, Selasa, 21 Desember 2021 terbangun dengan kedua pundak masih sakit, badan sakit semua kayak habis aktivitas berat kayak habis dipukuli dan leher sebelah kiri, sakit kalau dibuat nelan. Padahal itu sebelum tidur udah minum obat, tapi tetep bergejala kayak gitu. Lengan yang hari sebelumnya disuntik mengeras dan sedikit bengkak. Niatnya mandi biar fresh, tapi kena air, badan malah makin menggigil. Sempat ganti baju dan mau berangkat kerja, tapi badan nggak mau kompromi. Akhirnya buat istirahat aja di rumah.

Setelah minum obat, saya buat tidur. Jadi, hari Selasa itu seharian kayak jadi hari hibernasi karena kebanyakan tidur. Padahal biasanya susah tidur, tapi ini malah pengennya tidur aja. Tidur siang bisa tiga jam. Malam harinya pun tidur di jam normal. Padahal biasanya kalau kelamaan tidur siang kan malamnya agak susah tidur, itu nggak.

Rabu, 22 Desember 2021, bangun udah lumayan enakan. Rasa sakit di pundak dan di badan hilang bak ditelan bumi. Bengkak di lengan yang habis disuntik juga udah berkurang, tapi leher sebelah kiri masih agak sakit buat nelen. Udah bisa dibuat nyuci baju walau badan terasa ringan kayak mau melayang. Hehehe. Karena tinggal lemes doang, saya memutuskan untuk kerja dan beli air degan ijo atau kelapa hijau. Biar lemesnya ilang aja, jadi minum degan ijo. Alhamdulillah walau badan lemes dan dikerjaan dihajar kerjaan bejibun, semua berjalan lancar.

Hari berikutnya hanya tersisa rasa nyeri di lengan kiri. Oiya, ada yang kelupaan. Di hari Rabu itu ada rasa sakit kepala yang hilang datang gitu. Tapi udah nggak minum obat, karena masih bisa tahan. Hanya saya buat tidur di ruangan yang gelap karena itu bikin nyaman. Seingat saya rasa sakit kepala masih iseng datang dan pergi sesuka hati hingga hari Kamis. Hari Jumat udah nggak ada. Nyisa rasa sakit di lengan yang habis disuntik aja. Mungkin kebawa perasaan happy karena mau libur dua hari juga kali ya. Hehehe.

Dibanding dosis pertama, waktu istirahat lebih panjang di dosis kedua karena izin kerja sampai dua hari. Trus gejala lebih terasa menyiksa di hari kedua. Ini kebalikan dari dosis pertama, dosis pertama terasa berat di hari pertama pasca vaksin. Di dosis kedua, justru di hari kedua yang menyiksa. Unik ya. Hehehe. Tapi beberapa orang yang udah vaksin duluan ada yang sama dengan saya, gejala menyiksa muncul di hari kedua.

Pasca vaksin saya tetap minum Redoxon sampai hari Selasa. Jangan tanya kenapa! Di atas kan udah saya tulis alasannya. Muehehehe. Untuk leher sakit buat nelen, saya rutin minum jahe anget ditambah madu pagi dan sore sampai rasa sakitnya hilang di hari Jumat. Agak lama emang sensasi ini. Selain itu minum air putih sesuai kebutuhan tubuh dan menghindari makanan pedas, santan, dan berminyak.

Begitulah cerita setelah vaksin dosis kedua Astra Zeneca. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat.


Tempurung kura-kura, 28 Desember 2021.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews