Review Film Korea Miracle: Letters to the President (2021)
04:57Miracle: Letters to the President
Seorang anak kampung rajin menulis surat untuk presiden yang berisi permohonan pembuatan stasiun di desanya yang sangat terpencil.
• Judul:
- Global: Miracle: Letters to the President
- Romanisasi: Gijeok
- Hangul: 기적
• Sutradara: Lee Jang Hoon
• Penulis: Lee Jang Hoon, Son Joo Yeon
• Produser: Yook Kyung Sam
• Sinematografer: Kim Tae Soo
• Tanggal rilis: 15 September 2021
• Durasi: 117 menit
• Distributor: Lotte Cultureworks
• Bahasa: Korea
• Negara: Korea Selatan
• Pemeran:
- Park Jung Min
- Lee Sung Min
- Lim Yoon A
- Lee Soo Kyung
Pada tahun 1988, akses yang menghubungkan desa dengan dunia luar adalah kereta api. Namun, desa tidak memiliki stasiun yang membuat warga harus berjuang menyusuri rel selama dua jam untuk sampai di stasiun terdekat. Sejak kecil, Joon Kyeong (Park Jung Min) memimpikan adanya stasiun di desanya. Demi mewujudkan impiannya, ia rela menulis surat kepada presiden yang tak terkira jumlahnya.
Waktu nemu berita tentang film ini di Instagram, udah niat pengen nonton. Alasannya tentu saja karena Park Jung Min. Filmnya yang sudah saya tonton nggak pernah mengecewakan. Jadi, waktu tahu ada berita tentang film Miracle: Letters to the President, langsung dah masukin list tontonan. Hehehe.
Saran saya sebelum nonton, siapkan tisu yang banyak! Camilan nomor dua ya, tisu nomor satu. Heuheuheu.
Berlatar di tahun 1988 di sebuah desa terpencil. Warga desa harus menyusuri rel kereta api untuk bisa mencapai wilayah di luar desa. Bukan rel kereta api yang sudah tidak dipakai lagi, tapi rel kereta api yang masih aktif digunakan. Karenanya, warga harus menghafalkan jadwal kereta lewat demi keselamatan mereka saat menggunakan rel kereta api.
Suatu hari, Bo Kyeong (Lee Soo Kyung) pergi ke sekolah untuk mengambil rapor sang adik. Di dalam kereta, ia membanggakan prestasi sang adik yang mendapat juara pertama untuk lomba matematika antar propinsi.
Joon Kyeong (Kim Kang Hoon) sangat menyayangi Bo Kyeong. Baginya, sang noona adalah segalanya. Setelah berhenti di stasiuan terakhir, bersama warga lainnya, Joon Kyeong menyusuri rel kereta untuk sampai ke desa. Saat tiba di dalam terowongan, Joon Kyeong merasa ada yang aneh, namun sang kakak memintanya untuk terus berjalan.
Seperti yang dipikirkan Joon Kyeong, sebuah kereta melaju menuju mereka. Semua berlari dan segera menuju ke tepian saat tepat berada di atas jembatan untuk menyelamatkan diri.
Harus mengahadapi bahaya dan nyawa sebagai taruhan, Joon Kyeong mulai menulis surat untuk Presiden Korea Selatan. Ia menceritakan kisahnya dan warga dan membuat permohonan agar dibangun stasiun di desanya. Hingga Joon Kyeong (Park Jung Min) masuk SMA, ia tak lelah menulis surat yang tak terhingga jumlahnya. Joon Kyeong tak menyerah untuk memperjuangkan desanya.
Kalau dari judul, apa sih yang shi-gUi bayangkan tentang film ini? Perjuangan pemuda kampung agar desanya dibangunkan stasiun oleh pemerintah? Itu saja? Kalau saya, iya. Dari judul dan sempet nonton teaser-nya, saya juga menebak ceritanya tentang perjuangan tokoh utama untuk mendapatkan perhatian presiden melalui surat-surat yang dia kirim. Nggak sepenuhnya salah sih, emang itu yang dikisahkan. Tapiii bumbu-bumbunya itu lho! Kalau bahasa Jawa-nya tuh pepek alias lengkap. Di film ini kita bakalan nemuin kisah keluarga dan segala permasalahannya, kisah hidup dalam masyarakat, dan kisah cinta.
Berfokus pada kehidupan Joon Kyeong, si anak kampung yang unik. Sebagai anak kampung, Joon Kyeong terlahir jenius. Ciri khas anak jenius seringnya agak kesulitan bergaul, tapi warga desa amat sayang ke Joon Kyeong yang memilih hidup terpisah dari sang ayah. Walau ia mampu untuk meninggalkan desa, Joon Kyeong memilih tetap tinggal dan terus berharap akan dibangun sebuah stasiun di desanya.
Joon Kyeong adalah sosok pelopor. Diberkahi otak jenius, ia akhirnya membuat alat yang jadi penanda untuk warga sebelum masuk terowongan. Ia menjelaskan bagaimana alat itu bekerja dan sangat membantu warga. Tapi, momen saat pertama kali dia ngenalin alat pendeteksi kereta itu ke warga bikin ngakak. Nggak melulu disuguhi adegan sedih dan nyesek, ada banyak adegan yang sukses bikin ketawa. Salah satunya yang saya sebut di atas. Tingkah Joon Kyeong yang kurang bisa bergaul terkadang juga bikin ketawa, terlebih saat dia mulai masuk SMA.
Joon Kyeong jenius, tapi untuk menyadari kemampuan dan apa yang bisa dia hasilkan dari otak jeniusnya, dia harus ketemu ama Ra Hee (Lim Yoon A) dulu. Bukti nyata bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Ra Hee lah yang mencetuskan ide untuk membuat alat pendeteksi dan Joon Kyeong mewujudkannya. Ra Hee pula yang mengoreksi tata bahasa tulisan Joon Kyeong di surat untuk presiden. Ra Hee yang nemuin ejaan salah serta penggunann satoori dalam surat Joon Kyeong. Emang dialog dalam film ini pakek dialek. Walau gitu, para aktor dan aktris nggak terdengar kagok. Alami banget. Salut dah ama aktingnya.
Ra Hee emang cocok jadi muse. Doi berpengaruh banget buat Joon Kyeong. Salut juga ama Ra Hee yang bisa tahan ngadepin Joon Kyeong yang amat sangat nggak peka sekali pakek banget. Kalau saya nangkepnya, Ra Hee bisa jadi sosok pengganti Bo Kyeong buat Joon Kyeong. Makanya Joon Kyeong nyaman deket ama Ra Hee.
Gambaran betapa seremnya salah paham hanya karena kurangnya komunikasi. Selama menonton, mikir kenapa ayah Joon Kyeong, Tae Yoon (Lee Sung Min) terkesan dingin ke Joon Kyeong. Bahkan ketika Joon Kyeong dan warga berhasil membangun stasiun, Tae Yoon yang menjadi masinis di jalur itu nggak mau berhenti. Waktu liat scene ini nyesek banget. Kenapa sih ini bapak-bapak kagak ada bangganya sama sekali ke prestasi anaknya.
Tapi, Tuhan Maha Baik. Datang seseorang yang jadi jembatan bagi Joon Kyeong dan Tae Yoon. Lewat artikel yang ditulis wartawan yang mengangkat kisah Joon Kyeong, Tae Yoon jadi tahu apa yang dirasakan Joon Kyeong dan kenapa ia bertekad membangun stasiun di desanya.
Guru SMA Joon Kyeong juga turut ambil peran dalam memperbaiki hubungan Joon Kyeong dan Tae Yoon. Awalnya sempet mikir jelek ama seonsaengnim ini pas Joon Kyeong datang telat. Karena agak sinis natap Joon Kyeong. Ternyata dugaan saya salah. Salut ama seonsaengnim yang dengan tulus mendukung dan memperjuangkan impian Joon Kyeong.
Paling seneng punya bapak kayak bapaknya Ra Hee. Sayang ke putrinya, bahkan atas permintaan Ra Hee, beliau rela memboyong Joon Kyeong pindah ke Seoul. Momen Joon Kyeong ketemu bapaknya Ra Hee di ruang kepala sekolah sukses bikin senyum. Lugu banget emang si Joon Kyeong ini.
Andai bisa, mungkin Bo Kyeong bakalan jadi perantara antara Joon Kyeong dan Tae Yoon. Daripada memilih sekolah, ia memilih untuk merawat ayah dan adiknya. Nyesek banget setiap ada adegan Bo Kyeong nongol kayak gini. Kasih sayang kakak kepada adik emang luar biasa. Dari keseluruhan adegan, kisah Bo Kyeong dan Joon Kyeong sukses bikin mewek. Sweet but nyesek banget. Plot twist Bo Kyeong sukses bikin nyesek.
Dibilang tipis-tipis sih nggak romansa Joon Kyeong dan Ra Hee. Indahnya cinta pertama dan simpelnya kisah cinta di zaman itu plus ada kesan konyol karena sikap dan pembawaan Joon Kyeong.
Walau Joon Kyeong memiliki nasib kurang beruntung, tapi dia di kelilingi orang-orang baik. Kehidupan di desa emang gitu sih. Berasa keluarga semua walau nggak ada hubungan darah.
Film ini saya rekomendasikan untuk ditonton. Karena sangat menghibur. Penonton nggak hanya dibikin ketawa, tapi nyesek juga. Alur mengalir dengan rapi dan sajian plot twist yang menghentak. Ending pun disajikan dengan apik. Semua berakhir bahagia menurut versi masing-masing.
Catatan kisah stasiun yang dibangun mandiri oleh warga.
Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.
Sumber poster: Hancinema.
Tempurung kura-kura, 01 Januari 2022.
- Kurayui -
0 komentar