Proyek Perdana Sarang Clover & MS Photography

04:06

 Belajar Njawani



Hobi jajan dan makan mempertemukan saya dengan orang-orang hebat. Padahal awalnya hanya pesan produk yang dijual, tapi malah jadi teman. Amazing, kan!

Mungkin bagi beberapa orang yang hanya melihat, orang dagang makanan ya udah dagang makanan aja. Keahliannya masak dan jualan. Padahal kalau mau mengenal lebih dalam, banyak lho yang latar belakangnya bikin kaget sampai mengucap kata wow. Beberapa orang yang saya kenal--nggak melulu dagang makanan aja sih ini--punya latar belakang yang membuat saya kagum. Ada yang berprofesi sebagai bidan, perawat, guru. Mereka memang punya profesi yang boleh dibilang mapan, tapi tetap berdagang. Katanya sih, hobi. Hobi yang menghasilkan uang. Sapa sih yang nggak pengen.

Salah satu kenalan dari hobi jajan dan makan yang jadi teman baik hingga sekarang adalah owner Kedai Teras Poncokusumo. Kalau shi-gUi mampir ke channel Youtube saya, Jurnal Kurayui, maka shi-gUi akan menemukan beberapa video saya yang me-review produk-produk dari Kedai Teras Poncokusumo. Selama saya jajan di Kedai Teras Poncokusumo nggak pernah mengecewakan.


Kebetulan kami tinggal di desa yang sama. Trus dari SD sampai SMP juga bersekolah di sekolah yang sama. Kakaknya owner juga adik kelas saya semasa sekolah. Tapi saya malah nggak tahu sama sekali sama owner. Muehehehe. Ketahuan deh kalau si Kura kurang gaul di kampungnya yak. Heuheuheu.

Tahu tentang Kedai Teras Poncokusumo dari Prime Eonni. Waktu itu, kalau nggak salah ingat, produk yang dijual jemblem, lumpia, dan... ah saya lupa! Jajanan apa aja yang pertama kali di order di Kedai Teras Poncokusumo. Pertama kali order, eh produknya kok enak. Dari situ tiap kali ada promo produk, sering order. Trus jadi sering ngobrol juga, ada aja yang diobrolin. Dasar emak-emak rumpi. Kekeke.

Karena saling nyimpen nomor WhatsApp, jadi saya tahu setiap kali owner update. Dari situlah perlahan saya mulai mengenal, siapa sih owner Kedai Teras Poncokusumo ini. Penasaran ya? Nih, kenalin langsung ya dari akun Instagram. Hehehe.

Yup! Namanya Mifta. Cantik, kan? Mama muda yang multitalenta banget! Dari kenal pertama udah dibuat kagum ama hasil masakannya, pas makin tahu makin dibuat terkagum-kagum. Bisa desain juga dan ternyata dulunya berprofesi sebagai fotografer yang kemudian mendirikan MS Photography. Amazing! Padahal udah nikah, udah punya baby juga, tapi masih lincah kerjain banyak hal.

Banner toko dan stiker Dapur Bu Mita adalah hasta karya dari Mifta. Hasil bagus, tapi harga ramah kantong banget. Nggak cuman desain, tapi bisa sekalian cetak. Kaum rebahan macem saya, bisa tunggu di rumah, barang udah dianter. Kurang enak piye kerja sama ama Mbak Mifta ini. Oya, selain Kedai Teras dan MS Photography, Mifta juga punya ZaviinStore. Pesen barang di ZaviinStore juga bikin puas. Harga ramah kantong, tapi kualitas apik. Bisa diantar ke rumah pula. Benar-benar memudahkan kaum rebahan seperti saya.

Lagi musim pernikahan gini, Mifta juga melayani jasa dekor dan fotografi gitu. Bikin iri banget ya ini mama muda. Kalau bahasa Jawa-nya tuh, nyepak nyandung. Jadi bisa kerja apa aja dan menghasilkan uang. Pengalaman emang guru dan warisan paling berharga.

Obrolan kami temanya kan bisa apa aja tuh, saat Mifta membagikan foto-foto hasil jepretannya, saya sering berkomentar bahkan curhat tentang keinginan yang terpendam dan belum terwujud yaitu bikin foto-foto cosplay. Dari curhatan itu, Mifta ngajakin buat bikin foto konsep. Doi pengennya bertema baju adat nusantara. Kebetulan di markas punya baju adat Dayak asli pemberian kakak kedua saya yang sekarang menetap di Kalimantan. Disusunlah rencana buat foto konsep menggunakan baju adat Dayak.

Baju ini sempat dipakai Rara beberapa kali dalam karnaval Agustusan dan pernah juga dipakai Thata sekali. Bangga banget punya baju Dayak asli, impor dari Kalimantan. Makasih, Abang.

Maaf fotonya blur.



Diskusi lewat WhatsApp tentang konsep dan lokasi. Di tengah diskusi, saya dikirimi foto Rara lagi nyobain kebaya milik almarhumah nenek plus pakek sarung motif batik. Karena pas banget, langsung saya kirim ke Mifta. Langsung deal pakek kostum itu aja. Waktunya sepakat habis tahun baru, biar nyantai. Lokasi yang disepakati adalah Rest Area Gubugklakah dan waktu berangkat pukul 7 pagi.



Dari foto dan pengalaman yang dibagi Mifta juga saya jadi tahu kondisi rest area kalau pagi-pagi. Sepi dan nggak terlalu panas. Rest Area Gubugklakah memang menjadi salah satu tempat favorit bagi orang-orang untuk menikmati waktu libur bersama keluarga. Karenanya tempat ini selalu ramai di hari libur. Kami yang bisanya keluar pas hari libur, jadi harus memanfaatkan waktu pagi-pagi agar bisa mendapat ruang yang leluasa buat foto-foto.

Jujur sejak Rest Area Gubugklakah dibangun, saya belum pernah ke sana. Terakhir ke sana tahun 2016 apa 2017 gitu. Tahun 2019 kalau nggak salah, sempat naik ke sana, tapi kondisi pas ramai banget. Akhirnya balik, kagak jadi masuk. Mengantongi informasi dari Mifta, bisa masuk pagi-pagi, tanggal 25 Desember 2021, janjian sama Rama, niat naik pagi-pagi ke rest area.

Jumat malam, Mifta ngabari, mau ikutan naik, sekalian bikin foto konsep di sana. Rara dan kostum ready, tapi saya nggak bisa make up. Di malam yang sama, saya langsung menghubungi Thata yang selama ini sering dijuluki make up artist-nya Sarang Clover. Walau belajar otodidak, kemampuan Thata merias wajah patut diacungi jempol. Kalau anak-anak tampil untuk menari atau sejenisnya, Thata sering dimintai bantuan untuk merias. Biasanya bersama Prime Eonni, tapi karena Prime Eonni punya baby, nggak bisa diganggu. Hehehe. Thata juga mama muda bertalenta. Bikin envy juga karena pinter macak dan macaki. Perasaan lu iri mulu deh, Kura. Heuheuheu.

Alhamdulillah Thata bisa, bahkan siap jadi ojek buat mengantar Rara ke lokasi seandainya Mifta nggak bisa bonceng Rara. Yap! Kami memang anak motor. Kemana-mana naik motor maksudnya. Kekeke.

Kostum, model, make up artist, fotografer, tim ojek dah siap. Tapi tetap membuat saya nggak bisa tidur nyenyak karena terlalu antusias untuk proyek esok hari. Kayak anak kecil aja ini, Kura ya!

Pagi-pagi, ketika menyalakan hape, saya dikejutkan oleh pesan Rama yang semalam, menjelang tengah malam, mengabarkan bahwa hari ini, 25 Desember 2021 nggak bisa nganter saya naik ke rest area. Panik pagi-pagi dan langsung menghubungi Mifta dan Thata. Jagiya lagi agak kurang baik, jadi saya nggak berani ngajak dia naik-naik, sedang nyetir motor matic, saya kurang ahli. Alhamdulillah Mifta bisa bonceng Rara dan saya bakalan dianterin Thata. Satu kendala tak terduga teratasi. Alhamdulillah.

Janjian sama Thata buat make up pukul setengah enam pagi. Pukul lima pagi saya udah siap dengan segala keperluan untuk make up. Kendala tak terduga dari alam datang, pukul setengah enam pagi hujan turun dengan derasnya. Udah sedih aja, terlebih Rara yang antusias buat comeback.

Sedikit cerita nih ya, waktu masih kecil dulu, Rara sering diminta untuk jadi model. Saudara ada yang punya bisnis konveksi, Rara dimintai tolong untuk foto contoh produk seragam dan pakaian anak-anak. Kalau nggak salah ingat, waktu lulus TK dan masuk SD, tetiba berhenti aja dia. Entah udah malu apa gimana. Jadi, proyek bersama MS Photography menjadi proyek comeback Rara setelah hiatus dari dunia perfotoan.





Hujan nggak kunjung reda. Menghubungi teman yang tinggal di Gubugklakah, ternyata di sana hujan deras. Mifta mengusulkan, nggak papa make up aja. Nanti pukul 7 atau 8 kalau hujan reda, foto-foto di sawah aja. Akhirnya kami berangkat untuk make up di rumah Thata. Selama di make up, hujan masih turun. Bikin galau. Hiks!

Pukul tujuh apa setengah delapan pagi, make up udah kelar. Langsung ganti kostum karena ada harapan. Hujan berhenti dan matahari mulai menyapa bumi. Pukul delapan, Mifta nyamperin ke markas, dan bersama-sama, jalan kaki, kami bertiga, turun ke sawah untuk pemotretan.




Sedikit kendala muncul ketika kami tiba di sawah. Banyak sawah yang dirombak hingga jadi tanah dipenuhi rumput atau tanah yang baru diolah. Kami terus berjalan ke arah selatan untuk mencari lokasi yang tepat. Mungkin karena udah musim hujan, banyak sawah yang dirombak buat ditanami padi. Saya yang udah lama nggak jalan-jalan di sawah nggak mengetahui kondisi tersebut. Tapi, Mifta terus menyemangati kami untuk terus maju dan mencari lokasi yang pas. Perihal lokasi yang pas, kami pasrah pada Mifta karena konsep pemotretan full ide Mifta. Saya yang buta dunia fotografi manut bae lah. Hehehe.

Akhirnya nemu lokasi yang pas dan mulai persiapan buat pemotretan. Karena masih pagi, banyak petani yang sedang bekerja menggarap lahan. Bahkan ada yang saling ngobrol dengan suara lantang mengomentari apa yang kami lakukan. Petani satu mengomentari, kami hendak melakukan foto pre wedding. Lalu, mengatakan ke rekannya agar kelak melakukan foto pre wedding di kandang aja.



Saya diem aja dengerinnya, tapi khawatir Rara malu setelah denger celetukan itu. Untung saja Mifta menghibur dan membesarkan hati Rara hingga membuat rasa percaya diri Rara naik dan proses pemotretan pun dimulai. Karena khawatir membuat Rara nggak bisa konsentrasi, saya memilih menjauh sembari membuat rekaman video. Di tengah proses pemotretan, mas petani kedua, menghampiri saya dan bertanya, pemotretan buat apa, buat tugas kah. Saya jawab, iya. Untuk tugas drama. Hehehe.



Pengalaman pertama kerja sama dengan fotografer beneran, siaran langsung melihat bagaimana perjuangan fotografer untuk bisa mendapatkan foto apik. Lokasi pertama pinggir sungai, demi mendapat foto yang bagus, Mifta harus berjongkok di tepian sungai. Salah langkah dikit atau kurang seimbang bisa fatal, bisa jatuh nyebur ke sungai. Di lokasi kedua, Mifta rela duduk di atas rumput yang basah, sampai digigitin semut. Untuk menuju lokasi ketiga dan keempat juga butuh perjuangan. Dari selatan, kami harus jalan balik ke utara, lalu ke barat hingga sampai di area persawahan di belakang markas. Di sana baru nemu tanaman padi walau belum terlalu tinggi. Jalan menuju lokasi licin, berlumpur, dan lembek. Kudu super hati-hati kalau jalan. Bahkan ada area yang longsor.

Di balik foto yang indah, ada perjuangan dan kerja sama yang luar biasa antara fotografer dan model. Untuk lebih detail tentang prosesnya, silahkan menonton video Sarang Clover x MS Photography - Belajar Njawani.



Belajar Njawani adalah konsep yang kami cetuskan sendiri. Memperkenalkan kebaya dengan model kebaya nenek atau kebaya jadul. Pada masa modern, makin minim wanita Jawa yang berkebaya. Dalam keluarga saya sendiri, hanya almarhumah nenek dari bapak yang masih setia memakai kebaya jadul beserta jarik sebagai pakaian kesehariannya. Walau memiliki nama kebaya nenek, kebaya model ini juga apik dikenakan remaja seperti Rara. Semoga generasi kita dan setelah kita tidak melupakan jati diri sebagai perempuan Jawa yang tak segan untuk berkebaya. Karena kebaya adalah identitas bagi perempuan Jawa.



Terima kasih MS Photography atas tawaran kerja samanya. Salah satu mimpi saya terwujud sudah dengan adanya proyek ini. Semoga next time saya bisa jadi orang dalam frame. Aamiin. Diet, dulu Kura! Kekeke.

Silahkan saja hubungi MS Photography jika membutuhkan jasa desain, editing foto, keperluan tunangan hingga pernikahan mulai dekor sampai hiasan hantaran/mahar, dan fotografi. Bisa pas foto atau foto konsep kayak kami. Harga ramah kantong tapi hasil memuaskan.



Terima kasih Thata. Pagi-pagi dah mau direpotin buat make up padahal ada bocil. Next time saya mau dicoret-coret mukanya. Muehehehe. Oiya, ada pengalaman konyol waktu make up. Sarang Clover kan punya peralatan make up walau kagak lengkap banget, nah proyek kemarin saya juga bawa peralatan tersebut. Beberapa udah kagak bisa digunakan karena udah lama nggak dipakek. Maklum, dipakeknya pas anak-anak ada tampil di atas panggung atau karnaval. Setelah make up selesai, saya memasukkan peralatan ke dalam tas sembari mengecek tanggal kedaluwarsa. Ternyata foundation kami udah kedaluwarsa tahun 2020 lalu. Ya ampun! Padahal make up Rara udah kelar. Terkadung, nggak mungkin dihapus lagi kan. Akhirnya nggak papa dah lanjut, dengan catatan setelah selesai harus segera dibersihkan make up-nya. Dasar Kura ceroboh! Harus segera upgrade peralatan make up nih.



Setelah menyaksikan langsung proses pemotretan, nyesek rasanya keinget curhat-curhat online dari fotografer tentang klien yang nawar sampai harga anjlok. Padahal perjuangan fotografer buat dapetin foto bagus tuh nggak gampang. Heuheuheu.

Terima kasih. See you at next project.



On frame: Rara.

Photo by: MS Photography

Make up by: Thata


Tempurung kura-kura, 03 Januari 2021.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews