Healing Time In Lawang Sari - Kafe, Swafoto, dan Wisata Religi
04:24Healing Time In Lawang Sari - Kafe, Swafoto, dan Wisata Religi
Siapa sih yang nggak kenal ama Desa Gubugklakah? Salah satu desa hits dari Kecamatan Poncokusumo. Menjadi salah satu jalur untuk menuju Wisata Bromo Tengger Semeru, Desa Gubugklakah terus berbenah dan menyajikan banyak tempat wisata baru.
Kalau nggak salah ingat, terakhir naik ke Gubugklakah bulan Desember tahun 2019. Niatnya mau ke rest area yang baru aja dibangun dan jadi makin cantik. Tapi, pas nyampek puncak, suasana amat sangat ruame sekali pakek banget. Khawatir nggak dapat tempat, saya pun batal masuk ke rest area dan akhirnya putar balik ke Wana Wisata Ledok Ombo Poncokusumo. 2020, wabah corona masuk Indonesia hingga membuat destinasi wisata di Desa Gubugklalah--katanya--ditutup total. Saya bilang katanya karena saya hanya mendengar tentang berita itu, tanpa survey langsung ke lokasi.
Teman-teman juga sempat membagikan foto-foto mereka saat menghabiskan waktu di Lawang Sari, sempet hits banget waktu itu. Kalau malam, suasananya mirip kafe hutan pinus di Korea yang pernah saya tonton di Youtube. Ada lampu-lampu yang membuat suasana kafe jadi makin cantik dan syahdu. Tapi entah kenapa saya belum ada kesempatan berkunjung ke lokasi. Kayak ada aja halangannya. Bahkan akhir tahun kemarin, udah rencana naik buat proyek perdana Sarang Clover x MS Photography juga gagal karena hujan deras.
Tanpa rencana, tanggal 16 Januari 2022 kemarin, langsung berangkat, naik ke Desa Gubugklakah dan memutuskan untuk mengunjungi Lawang Sari. Awalnya mau ngintip wisata sawah di desa tetangga yang sempet diliput Kompas TV Malang. Katanya, walau belum resmi dibuka, bisa dikunjungi warga sekitar. Sayangnya pas kami ke sana, pas tutup. Jadilah kami putar balik dan naik ke Desa Gubugklakah.
Waktu proses healing dari Anxiety, Gubugklakah sering menjadi tempat tujuan untuk menghabiskan waktu di kala tanggal merah. Dulu tuh bisa macem one day trip gitu di Desa Gubugklakah, karena tempat wisatanya dahulu nggak sebanyak sekarang. Pernah juga, niatnya hanya beli susu sapi murni dan yoghurt di Nusa Pelangi, malah lanjut naik sampai ke Desa Ngadas, sampai ke Njemplang. Sayang Nusa Pelangi sekarang udah tutup. Padahal susu sapi murni dan yoghurt-nya enak lho. Termasuk tempat wisata perintis yang dulu sempat hits juga. Tempat hits lain yang dulu pernah saya kunjungi ada Coban Bidadari dan Ledok Amprong Tubing. Kalau sekarang kayaknya wisata tubing-nya juga udah banyak. Dulu, setahu saya, Ledok Amprong yang merintis.
Dua tahun nggak naik-naik ke Desa Gubugklakah, saya dibuat terkesima. Pinggir jalan banyak bangunan baru yang apik-apik. Didominasi rumah makan dan kafe gitu sih. Bahkan di atas rest area juga banyak bangunan kafe baru. Seingat saya terakhir ke sana yang baru penginapan aja. Sekarang makin banyak. Trus, area yang dulunya sempet saya kunjungi waktu masih kebun apel, sekarang dibuka jadi area parkir. Banyak sekali perubahan dalam waktu dua tahun. Itu pun masih banyak gedung-gedung yang masih dalam proses pembangunan.
Lokasi Lawang Sari ternyata berada tepat di depan Gunung Sari Sunset (GSS). Seingat saya, dulu di area itu hanya ada warung yang dicat hijau, yang jadi tongkrongan para bikers atau pengendara motor kalau lagi ngaso. Sekarang dirombak total jadi kafe dan area swafoto bernama Lawang Sari. Kalau shi-gUi penasaran, bisa cek Instagram. Ada kok akun Lawang Sari.
Pintu masuk Lawang Sari ada dua, di sebelah barat dan timur. Kalau sebelah barat akan membawa kita ke area kafe. Kafe di tengah hutan pinus. Suasananya yang adem dan teduh, pas banget buat ngademin pikiran. Hehehe. Jadi ngebayangin duduk di sana bawa laptop, ngetik atau ngedit naskah. Ah, seru! Next time boleh dicoba kalau Gui udah sembuh.
Area hutan pinus di sekitaran kafe juga bersih. Aman kalau mau jalan-jalan dan foto-foto karena nggak ada semak belukarnya. Jadi nggak perlu takut ular. Lokasinya yang di samping jalan utama, membuat kita bisa liat ke arah jalan. Semisal ada kawanan trail rider lewat gitu, bisa dilihat dari kafe. Muehehehe.
Untuk sajian, selain minuman dan makanan ringan, ada makanan berat juga. Di menu yang kemarin saya pilih ada mie dan nasi dengan lauk serba ayam untuk makanan berat. Untuk makanan ringannya ya standar kafe di wana wisata pada umumnya, ada roti bakar, sosis, siomay, kentang goreng. Macem gitu lah. Untuk minumannya juga beragam mulai dari yang anget sampai adem alias es. Kemarin saya tergoda coklat panas, padahal ada jahe. Heuheuheu.
Area kafe sama area swafoto dipisahkan. Jadi yang mau duduk-duduk santai di kafe nggak akan terganggu ama aktifitas pemburu foto estetik. Oya, katanya di area kafe kadang ada live music-nya lho! Makin syahdu dah malam-malam ditemenin alunan musik.
Kalau mau ke area swafoto tinggal masuk ke pintu sebelah timur. Nah, dari pintu masuk ada dua cabang jalan. Jalan lurus akan membawa kita ke pesarean. Ke makam Mbah Merdiyo dan Mbah Hasyim Asyari. Saya baru tahu kalau ada area pesarean ketika ada di puncak area swafoto. Sempet ngobrol ke juru kunci dan disebutkan di sana ada makam Mbah Merdiyo dan Mbah Hasyim Asyari. Katanya masih ada hubungannya dengan Mbah Sedek di Gunung Bromo. Insyaallah next time sowan ke makam Mbah Merdiyo dan Mbah Hasyim Asyari, sekalian ngobrol-ngobrol ama juru kunci.
Jalan ke arah kanan yang akan membawa kita ke area swafoto. Banyak tempat buatan cantik yang bisa dijadikan sebagai background foto estetik. Kalau liat-liat di Instagram, ikonnnya adalah dua tempat ini. Semua spot yang disediakan apik, kalau pinter ngambil fotonya, pasti makin apik.
Fasilitas yang disediakan ada tempat parkir yang luas, musala, dan toilet. Saya nggak tahu ke toilet-nya bayar atau gratis, karena kebetulan pas nggak kebelet pipis jadi nggak ke toilet. Kalau soal air, kayaknya nggak perlu khawatir karena airnya melimpah. Tapi pasti dingin banget kayak lelehan es. Hehehe.
Untuk parkir motor tarifnya Rp. 5.000,- . Kalau ke area swafoto, masuk bayar Rp. 5.000,-. Jadi total biaya masuk Rp. 10.000,-. Katanya kalau malam hari tarif beda, tapi saya kurang paham. Yap, area swafoto pun bisa diakses malam hari karena ada lampu-lampu yang menghiasi. Kayaknya kalau malam lebuh syahdu dah. Maybe next time bisa dicoba. Oh iya, kalau untuk harga makanan dan minumannya standar. Mulai dari Rp. 7.000,-. Murah untuk ukuran tempat wisata.
Well, itu tadi ulasan tentang perjalanan singkat tanpa rencana kami. Untuk virtual turnya bisa ditonton di sini. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Selamat berwisata.
0 komentar