Sangkar Garuda Sakti (SGS), Wisata Edukasi Di Desa Paras Poncokusumo

04:34

 Mengunjungi Lokasi Sangkar Garuda Sakti (SGS) Yang Belum Resmi Dibuka



Hal yang paling saya sukai kalau tanggal merah atau pas libur adalah bisa jalan kaki sepuasnya. Bebas milih waktu buat jalan, mau pagi oke, siang pun oke. Nggak harus buru-buru karena harus kerja. Mau tempuh jarak berapa jauhnya oke aja. Healing super murah banget ala Kurayui adalah jalan kaki di area persawahan di sekitar markas.

Saya sering bikin video lagi jalan-jalan di area sawah di sekitar markas. Salah satunya adalah video berburu kulup sawah. Karena lokasinya luas banget dan deket, udah cukup bikin berkeringat. Apalagi kalau jalannya pagi sekitar pukul delapan atau siang hari. Keuntungan jalan-jalan di pagi hari adalah sekalian berburu vitamin D gratis dari sinar matahari.

Beberapa waktu lalu, sempat ramai di WhatsApp tentang wisata baru yang lokasinya deket banget ama markas Sarang Clover. Jadi heboh karena diliput Kompas TV trus pada disebarin gitu. Karena deket banget dan berada di jalur yang biasa kami tempuh kalau jalan-jalan sambil berburu vitamin D gratis, kami jadi ada rencana mau mampir kalau pas lagi jalan.


Dulunya, area tersebut adalah area pertanian yang semacam digunakan untuk penelitian gitu. Areanya emang tertutup dan sepertinya nggak sembarang orang bisa masuk. Seluruh area dikelilingi pagar kawat berduri. Tiap lewat emang bikin penasaran, mau dibangun jadi apa sih kawasan ini. Tiba-tiba ada liputan Kompas TV yang menyebutkan lokasi tersebut bakalan jadi tempat wisata edukasi. Keren dong!

Dari tayangan video Kompas TV, ada lahan yang ditanami dua jenis padi. Satu berwarna normal yaitu hijau, satunya warna hitam. Padi warna hitam ini membentuk berbagai macam pola mulai dari tokoh wayang yaitu Semar, ada kupu-kupu, bahkan panda. Siapa sih yang nggak pengen liat?? Unik banget gitu. Makanya dulu awal-awal di depan area itu ada bangunan tinggi dari bambu, setelah tahu tayangan dari Kompas TV, jadi mikir, mungkin itu nanti bakalan dijadiin tempat buat orang yang pengen liat pola padinya. Jadi harus naik ke atas situ biar bisa liat. Kalau yang punya drone, tinggal terbangin aja drone-nya buat liat. Hehehe. Unik. Konsepnya kayak Gumuk Pasir di Yogyakarta yang pernah saya kunjungi pada tahun 2018.

Rencana udah ada, tapi waktunya buat jalan yang agak susah nyarinya. Giliran bisa pada hari Minggu, eh lokasinya tutup. Akhirnya kami memutuskan naik-naik ke Desa Gubugklakah dan nongkrong di Lawang Sari. Berikutnya, masih tutup juga. Kayaknya emang libur para pekerjanya kalau pas hari Minggu atau tanggal merah. Karena selalu tutup. Sebenernya banyak celah, kalau mau nekat masuk gitu. Tapi, nggak sopan banget kan. Saya nggak suka tempat saya ditrobos orang tanpa izin, kok mau nglakuin hal itu ke tempat orang lain. Kalau nggak mau dicubit, so jangan nyubit. Gitu kan shi-gUi?

Pada tanggal 03 Maret 2022 kemarin, kami pun belum ada rezeki untuk bisa masuk ke lokasi. Hanya bisa mengintip dari luar saja, karena pagarnya hanya kawat berduri. Jadi bisa keliatan dari luar area. Sayangnya yang padi berpola nggak bisa dilihat karena lokasinya di sebelah utara dan agak ke tengah. Jadi walau di zoom nggak bisa kelihatan dengan jelas.

Areanya luas banget. Kalau udah 100% jadi, bakalan bagus banget. Bangunan di dalam serba bambu dan dengan nama Sangkar Garuda Sakti (SGS), makin bikin penasaran, konsepnya kayak gimana sih. Sayang nggak ada narasumber yang bisa ditanya-tanya. Mungkin lain kali kami harus datang di hari kerja, bukan hari Minggu atau tanggal merah. Video intip-intip dari kami silahkan tonton di sini.



Sebenarnya Desa Paras ini punya banyak pesona lho. TPA yang dulunya terkesan angker dan serem, sekarang udah disulap jadi cantik. Bak tempat wisata juga. Sampah yang ditampung di sana pun diolah jadi gas yang digunakan oleh warga. Selain itu ada lokasi penampungan air sumber yang juga digunakan warga. Trus ada juga satu tempat wisata unik yang lokasinya berada di dalam kampung. Denger-denger katanya sekarang juga ada budidaya lebah madu. Dahulu Desa Paras terkenal karena kerajinan dari bambunya. Zaman SD saya inget, harus masuk kampung dan wawancara pengrajin bambu karena dapat tugas Bahasa Indonesia. Pernah juga harus wawancara untuk pelestari seni budaya, karena di Desa Paras ada satu kelompok kesenian kuda lumping. Kami kurang explore. Heuheuheu.



Semoga next time kami bisa masuk ke lokasi dan membuat update tentang Sangkar Garuda Sakti (SGS). Informasi lengkapnya, bisa tonton videonya di Kompas TV ya. Atau cek di Google Map udah ada foto-foto beserta ulasan pengunjung yang udah pernah masuk ke lokasi. Terima kasih. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat dan selamat berwisata.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews