Beberapa Selamatan Yang Digelar Di Bulan Ramadan Menurut Tradisi Masyarakat Jawa

05:24

 Beberapa Selamatan Yang Digelar Di Bulan Ramadan Menurut Tradisi Masyarakat Jawa



Nggak terasa puasa udah masuk hari ke-20. Setiap Ramadan, ada tradisi selamatan yang digelar oleh masyarakat Jawa yang masih dilestarikan oleh sebagian besar orang hingga kini. Bedanya, kalau dulu tiap rumah selamatan dan dihantarkan pada tetangga dan sanak saudara. Kalau sekarang, dibuat lebih simpel dengan selamatan bersama dengan cara masing-masing perwakilan keluarga membawa satu ember nasi dan lauk ke musala, lalu digelar doa bersama dan saling tukar hantaran. Dengan cara ini memang lebih efektif menghindari tumpukan hantaran yang kadang sampai nggak kemakan. Dulu, sebelum sistem baru diterapkan, selalu ada tumpukan hantaran. Bukan nggak kemakan sih, karena orang Jawa itu kreatif ya. Nasi dikeringkan jadi karak yang bisa digoreng jadi camilan. Sedang lauk biasanya diolah ulang.

Ada beberapa tradisi selamatan yang biasanya dilakukan masyarakat Jawa sebelum, saat, dan sesudah Ramadan.


1. Megengan


Megengan digelar sebelum bulan puasa, tujuannya untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Kata megengan diambil dari bahasa Jawa yang memiliki arti ngempet atau menahan yang mengingatkan bahwa saat Ramadan tiba, manusia harus menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, fokus untuk beribadah. Selain selamatan, saat megengan masyarakat biasanya melakukan ziarah kubur ke makam keluarga dan sanak saudara yang sudah meninggal. Selamatan bisa gelar di masing-masing rumah atau digelar bersama. Tujuannya untuk mengucap syukur dan menyambut datanganya bulan Ramadan. Sajian untuk megengan biasanya mewajibkan kue apem. Kue apem adalah simbol permintaan maaf. Saling meminta maaf dan memaafkan agar bisa menyambut Ramadan dalam keadaan baik.


2. Maleman


Tradisi meleman biasnya digelar di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Biasanya mengambil malam 21, 25, 27, dan 29. Sama seperti megengan, ada yang menggelar selamatan sendiri ada yang melakukan bersama-sama di masjid atau musala. Di masjid juga digelar salat malam bersama di 10 hari terakhir Ramadan. Setelah salat malam bersama, biasanya dilanjutkan dengan sahur bersama dan jamaah Subuh.


3. Selamatan sebelum lebaran


Biasanya digelar pada hari terakhir puasa dan malam harinya dilanjutkan dengan takbir bersama atau takbir keliling. Dahulu ada tradisi 'nggredek mercon' atau menyalakan petasan ramai-ramai saat malam takbir. Hampir setiap rumah menyalakan petasan yang dimulai setelah jamaah salat Isya.


4. Lontongan


Selamatan ini digelar di hari keenam Lebaran. Sebagian orang tidak berpuasa hanya pada hari H Lebaran, lalu besoknya lanjut puasa Syawal selama enam hari. Nah, setelah puasa Syawal inilah tradisi lontongan atau kupatan digelar. Biasanya selamatannya digelar pagi-pagi sekali. Bisa dilaksanakan sendiri atau bersama-sama. Selamatan bersama-sama biasanya sekalian dijadikan momen halal bi halal bersama para tetangga. Saat lontongan juga ada tradisi gantung kupat.

Tiap daerah pasti punya tradisi berbeda atau kadang mirip satu sama lain saat menyambut Ramadan. Bagaimana tradisi di daerah shi-gUi? Boleh sharing di kolom komentar ya. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews