Fase Monster Paling Menyiksa

06:16

 Efek Keracunan Makanan Berujung Fase Monster Paling Menyakitkan


(Sumber foto: Pixabay)

Sesuai apa yang saya janjikan pada tulisan sebelumnya tentang Parno Hidung Tiba-tiba Sakit, Khawatir Sinusitis Kambuh, pada tulisan kali ini saya akan membagi cerita tentang fase monster di bulan Mei.


Kenapa menjadi fase monster paling menyiksa dan paling menyakitkan? Apa sebelumnya tidak pernah sesakit itu? Jawabannya, iya. Diingat-ingat belum pernah ngalamin fase monster yang sangat menyiksa dan menyakitkan seperti bulan Mei kemarin. Saking sakitnya sampai nggak bisa beraktivitas, hanya bisa rebahan sambil nangis, poyang-paying ngrasain sakitnya. Dibuat telentang sakit, dibuat tengkurap sakit, dibuat tidur miring sakit, dibuat duduk pun sakit. Serba salah jadinya.


Mulai rajin jalan lagi dan memilih sore hari sepulang kerja agar durasinya lebih lama. Kalau pagi mentok paling lama 15 menit di hari biasa, kalau sore bisa sampai satu jam durasinya. Karena kebiasaan ini, kadang baru bisa mandi setelah magrib. Begitu pun di hari itu, satu hari sebelum jatuh sakit.


Gejala awal yang terasa adalah perut nggak enak dan buang angin terus dengan bau yang sangat menyengat tidak enak. Emang sering perut kebanyakan gas jadi kentut mulu, tapi kalau baunya udah menyengat dan nggak enak banget, berarti perut nggak beres. Seringnya karena makanan, jajan sembarangan misalnya, atau jajan makanan yang terlalu pedas. Seperti yang diperkirakan, akhirnya diare. Badan sampai agak lemes karena bolak-balik ke kamar mandi, tapi karena tidak lebih dari lima kali, nggak minum obat. Itu adalah fase pembersihan usus, jadi nggak papa nggak minum obat, yang penting tubuh tetap terhidrasi. Biasanya kalau sampai lebih lima kali pun masih memilih minum teh sepet untuk membantu menghentikan dan minum banyu degan atau air kelapa untuk menghidrasi tubuh. Tapi hari itu hanya mengandalkan air putih saja.


Keluhan saat diare udah pasti badan lemes, perut nggak enak, mulut pahit. Hari itu pun begitu, tapi lemesnya beda, ada nggreges alias meriang. Karena nggak kuat, izin pulang pagi dan nyampek rumah istirahat. Pengennya bobok, tapi nggak bisa bobok. Badan malah demam, bikin agak parno, tapi masih mikir mungkin masuk angin. Akhirnya minum Paracetamol dan berusaha untuk tidur, walau tetep nggak bisa.


Setelah minum Paracetamol, demamnya turun, tapi muncul gejala lain berupa sakit perut di bagian bawah. Tahu badan emang masuk fase monster, tapi asli nggak pernah ngrasain sesakit itu bahkan ketika sebelum pengobatan Adenomiosis. Sakit  banget sampai nangis kejer. Tidur telentang sakit, meringkuk sakit, miring sakit, tengkurap sakit. Kalau nyeri sebelum dan saat haid kan enak dibuat meringkuk atau tengkurap dan perut bawah dikasih bantal, itu nggak bisa sama sekali. Bingung juga mau minum obat apa, karena badan masuk fase monster dan udah nggak tahan sakitnya, akhirnya minum obat untuk nyeri haid. Berkurang? Sama sekali nggak. Makin parno, makin takut. Di tengah kesakitan, berdoa pada Tuhan, minta disembuhkan dari sakit dan minta petunjuk harus berbuat apa biar sakitnya berkurang.


Keinget kompres air hangat dan bikin jahe anget. Menahan sakit, bangun untuk membuat air panas dalam botol. Setelah dikompres air panas dalam botol, perut jadi lebih rileks dan sakitnya berkurang. Sepertinya reaksi dari obat nyeri haid juga yang agak lambat. Sejenak bisa tidur dan melupakan rasa sakit. Sore harinya terasa lagi, sakit lagi, nangis lagi, poyang-paying lagi, akhirnya minum obat dan memanaskan air dalam botol lagi. Setelah sakitnya agak berkurang, bikin jahe anget. Waktu fase ini tuh mulut bener-bener pahit, tapi harus tetep makan karena harus minum obat. Setelah minum jahe hangat, bisa kentut dan itu mengurangi rasa sakit serta rasa kaku di perut. Malam harinya bisa tidur cukup nyenyak.


Bersyukur hari Kamis itu libur, jadi bisa istirahat karena badan masih lemes dan perut masih sakit walau nggak separah sebelumnya. Hari itu juga menstruasi, alhamdulillah udah nggak sesakit sebelumnya. Jalan udah bisa tegak, waktu hari Rabu jalan mbungkuk karena sakitnya minta ampun. Masih lanjut minum obat, kompres air hangat dalam botol, dan minum jahe hangat.


Karena udah mulai bisa duduk, mulailah cari informasi kira-kira kenapa sampai demam. Kalau udah masuk fase monster, selalu menghindari makanan pedas agar waktu menstruasi tidak terlalu sakit, itu efektif. Pun demikian waktu itu, tapi emang jajan di luar, jajannya pun nggak pedas. Jadi bingung juga kok bisa diare sampai demam, apa karena masuk angin?


Setelah membaca beberapa artikel, baru saya tahu kalau keracunan makanan bisa menyebabkan demam. Di rumah, hanya yang memakan jajanan itu yang diare, yang terparah saya. Jadi mikir, yang salah pada bahannya apa ya? Apa karena mayonesnya? Karena bahan lainnya ayam dan sayur, rasanya tidak mungkin kalau sampai bikin keracunan. Apa pun itu, kalau inget ngeri sama sakitnya, sampai bikin nangis kejer.


Kenapa tidak ke dokter? Waktu itu di rumah repot, dan sebenernya udah kepikiran buat minta tolong antar ke dokter, tapi karena sakitnya berkurang, jadi batal minta tolong. Kelinci juga sempet menyarankan untuk ke IGD biar dapat bantuan obat berupa injeksi, tapi tidak pergi karena sakitnya mereda.


Kadang kita memang nggak tahu ya pengolahan makanan kalau jajan di luar itu kayak gimana. Better emang makan masakan sendiri aja. Mungkin waktu itu imun tubuh juga pas kurang bagus, makanya sampai sakit. Pasca kejadian itu, sampai sekarang belum berani makan makanan yang ada mayonesnya, masih takut, trauma sama rasa sakitnya yang amat sangat sekali pakek banget. Heuheuheu.


Sekian sharing nya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Gomawo matur tengkyu.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews