Review Novel Pasien Karya Naomi Midori

05:34

 Pasien - Naomi Midori



"The weak are meat,  the strong eat. Mereka yang kuat akan memakan yang lemah."


• Judul: Pasien

• Penulis: Naomi Midori

• Tahun terbit:

   - Cetakan pertama, Januari 2024

   - Cetakan kedua, Maret 2024

• Penerbit: Penerbit Haru

• Jumlah halaman: 120 hlm ; 19 cm

• ISBN: 978-623-5467-21-4


Warta Kota A, 30 Maret 200X.

Warta Kota A, Desa C- Berdasarkan laporan salah satu warga yang mengaku mencium bau busuk dari sebuah rumah, enam mayat keluarga pemilik Toko Bahan Bangunan XXX ditemukan pagi ini, Senin (30 Maret 200x), pukul 07.00 WIB. Enam mayat nyaris membusuk itu ditemukan dengan beberapa bekas luka tusukan benda tajam. Salah satu mayat dalam keadaan termutilasi. Sementara, dua lainnya dalam keadaan tanpa busana.


Akhirnya terbeli juga novel yang bikin penasaran sejak diumumkan bakal terbit. Setelah menunggu laaamaaa banget akhirnya bisa juga memeluk novel yang menjadi juara event Inari Writing Festival 2023 ini. Kesan pertama, versi real nya lebih serem dibanding foto. Mata melototnya itu berasa mengadili dan meneror banget pas ditatap. Trus, kaget karena bukunya lumayan tipis. Kalau nggak salah ingat dalam syarat dan ketentuan IWF 2023 emang jumlah katanya tidak sebanyak event pada umumnya, jadi wajar kalau novelnya tidak terlalu tebal.



Waktu liat postingan info IWF 2023 yang mengangkat genre iyamisu, udah keder duluan mau ikut. Kalau baca kata iyamisu pasti keingetnya karya-karya Akiyoshi Rikako sensei. Sensei pula yang membuat saya jatuh hati pada novel terjemahan Jepang hingga punya beberapa koleksi yang diterbitkan Penerbit Haru selain karya Sensei sendiri. Penasaran kalau orang Indonesia yang nulis genre iyamisu, bakalan kayak gimana ya ceritanya. Trus, apakah peserta akan mengambil setting cerita di Jepang atau Indonesia? Lalu terbitlah novel Pasien karya Naomi Midori. Karena penulis menggunakan nama pena Jepang, jadi menebak-nebak, apa setting ceritanya Jepang. Ternyata, bukan. Indonesia dan mengangkat tema pesugihan? Dukun? Wah, makin penasaran kayak gimana ceritanya. Dan akhirnya, real setelah tujuh purnama bisa dapetin novel ini juga. Sungguh bahagia dan terharu. Heuheuheu. Berarti ini saya dapetnya cetakan kedua, dan sekarang ini novel otewe cetakan ketiga. Daebak! Tapi emang sekeren itu ceritanya!


"Kebaikan adalah sesuatu yang abu-abu. Seseorang hanya menjadi protagonis dalam kehidupannya sendiri, tanpa tahu dia memainkan peran antagonis dalam kehidupan orang lain."--Imelda.


Dibuka dengan prolog berupa kutipan berita ditemukannya satu keluarga yang membusuk di dalam rumahnya, novel Pasien udah berasa feel iyamisu-nya. Kalau tidak salah ingat, di beberapa novel Akiyoshi Rikako sensei juga dibuka dengan kutipan berita. Seperti pada novel Cinderella Addiction, CMIIW. Kutipan berita tentang penemuan mayat satu keluarga tersebut disajikan secara rinci mulai dari awal ditemukan hingga polisi memutuskan untuk menutup kasus pembunuhan tersebut.


Kemudian dilanjut dengan bab pertama dengan judul Perempuan Berkacamata yang dijabarkan dengan menggunakan sudut pandang seorang psikolog bernama Danisa Ramdhani. Danisa bekerja di sebuah rumah sakit dan kemudian bertemu dengan perempuan bernama Imelda Shafira yang menarik perhatiannya. Setelah obrolan singkat di sore hari yang hujan, Imelda memutuskan membuat janji konsultasi dengan Danisa. Danisa menyanggupi dan menyarankan Imelda menghubungi asisten pribadinya, Mira, untuk membuat janji temu berikutnya.


Bab kedua yang berjudul Dukun Dan Syarat disajikan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Menceritakan sebuah keluarga kaya raya yang memiliki usaha toko bangunan. Walau sang kepala keluarga dermawan dan dikenal baik, nasib kurang beruntung menimpa anak sulungnya yang tiba-tiba gila. Pak Muhaidi dan Bu Mimin dikaruniai tiga orang putra, Karim, Adil, dan Yunus. Anak sulung Pak Muhaidi yang bernama Karim tiba-tiba gila pada usia 18 tahun. Pengobatan secara medis dan non medis sudah diusahakan, tapi Karim tak kunjung sembuh dan makin menjadi, membuat keharmonisan dalam keluarga Pak Muhaidi terkikis bahkan sirna.


Ketika membaca bab dua, saya belum menemukan benang merah yang menghubungkan prolog dan bab pertama, padahal sudah ada petunjuk yang disisipkan penulis. Saya kurang teliti dalam membaca dan itu baru nyadar pas udah nyampek bab berapa ya, pokoknya pas cerita disajikan dari sudut pandang Imelda. Yap, dalam tiap bab, cerita disajikan dengan sudut pandang yang berbeda. Pada bab ketiga yang berjudul Anak Tidak Mempunyai Kewajiban Untuk Berbakti kembali disajikan dari sudut pandang Danisa yang sedang menjalani sesi konseling dengan Imelda yang kedua. Obrolan, diskusi antara Danisa dan Imelda sangat menarik. Imelda mulai menceritakan tentang keluarganya, tentang kehilangan orang tua, tentang kehidupan di masa lalu serta kekhawatiran jika kelak harus menanggung hidup kedua orang tuanya sudah renta. Hal yang belakangan sering dijumpai sebagai topik yang tak jarang menjadi perdebatan.


Orang tua zaman dahulu memiliki pola pikir jika anak adalah investasi yang bisa menjadi tempat bernaung dan bergantung kala usia senja. Sedang dengan berkembangnya ilmu, anak-anak pada masa kini jadi memiliki pemikiran terbuka tentang hubungan orang tua dan anak. Bagi mereka anak bukanlah investasi dan ketika mereka membangun sebuah keluarga kemudian memiliki anak, mereka tak menjadikan anak sebagai investasi. Cara pandang dan pola pikir yang bertentangan dengan orang tua zaman dulu. Cara pandang Imelda mewakili bagaimana generasi sekarang, dan saya menyetujui sebagian besar pendapat Imelda. Walau pada beberapa bagian Danisa berbeda pendapat dengan Imelda, ia bisa mengambil jalan tengah hingga obrolan tetap berjalan dengan baik.


"Memutuskan berumah tangga dan punya anak dalam keadaan finansial yang karut-marut, mereka sudah melakukan kesalahan. Kemudian, mereka berutang untuk membesarkan anak yang sama sekali tidak minta dilahirkan. Lalu, ketika anaknya dewasa, utang itu dilempar ke wajah mereka. Dosa terbesar orangtua kepada anaknya adalah melahirkan anak ke dunia ketika diri sendiri belum layak menjadi orangtua."--Imelda.


Bab empat, Kedunguan dan Sindrom Pahlawan disajikan dari sudut pandang Imelda. Di bab inilah saya mulai menyadari benang merah yang menghubungkan prolog hingga bab empat. Membaca penuturan Imelda tentang kisah hidupnya bikin nyesek. Paman-pamannya nggak ada yang bener, tapi bapak kandungnya nggak bisa membela Imelda. Jangankan membela Imelda, memperjuangkan nasibnya sendiri saja tidak bisa. Pantas jika Imelda menyematkan gelar Dungu Dengan Sindrom Pahlawan. Yang baca ini jadi kesel dan sebel banget. Salut Imelda masih bisa tegar menjalani hari-harinya seperti rutin ke sekolah bahkan memiliki keinginan kuat untuk kuliah. Bagian mengerikannya justru sisi iblis dalam diri Imelda yang bangkit. Pada dasarnya semua manusia terlahir baik, seringnya keadaan lah yang mengubah manusia menjadi sosok iblis yang kejam.


"Tidak ada hal baik dan buruk yang pasti di dunia ini."--Imelda.


Bab lima, Kisah-Kisah Misteri. Kembali bertemu dengan sudut pandang Danisa yang menceritakan sesi konseling bersama Imelda. Bab ini mulai memunculkan rasa tak nyaman ketika membaca. Apa yang dirasakan Danisa seolah nyata dan turut merasakan: takut dan was-was, tapi harus tetap profesional menjalankan tugasnya. Pernah membaca ada kasus psikiater ikutan gila setelah menangani pasiennya bahkan ada yang sampai bunuh diri. Ketika membaca bab ini, jadi paham kenapa hal itu bisa terjadi. Walau psikiater/psikolog orang yang ahli di bidangnya, sesi konseling atau bertukar pikiran dengan pasien bisa membawa dampak buruk salah satunya terpengaruhnya pikiran dengan pola pikir pasien. Atau pasien yang terlalu unik hingga sang ahli tidak bisa mengimbangi dan berujung gila sendiri.


Bab berikutnya disajikan dengan sudut pandang Imelda, Danisa, Imelda, Danisa, dan Imelda yang setiap kali baca bikin melongo kaget, meringis karena ngeri, kesel, nyesek dan terus istighfar. Ada ya manusia dengan kelakuan kayak gitu? Husni bukan manusia, bukan pula iblis atau binatang. Entah masuk spesies apa pantasnya. Keluarganya nggak kalah gilanya. Ibunya, walau tahu Husni bejat, tapi berusaha menutupi kelakukannya. Bahkan ketika Husni melecehkan Imelda, bisa-bisanya si ibu menyalahkan cara berpakaian Imelda, trus bilang itu cara Husni menunjukkan kasih sayangnya. Asyu! Sukses bikin yang baca emosi jebul ubun-ubun. Satu keluarga bajingan semua!


"Hukum tidak bisa mengurusi semua bentuk kekejaman manusia."--Imelda.


Kagum pada ketelitian Imelda, kecerdasannya, kerapiannya dalam menyusun rencana. Sayangnya Tuhan mengirim 'tangan lain' untuknya, tapi justru itu menariknya. Kalau seusia Imelda bisa sukses menjalankan rencananya itu baru kayak agak mustahil? Walau nggak ada yang mustahil di dunia ini. Dalam keluarga itu ada  monster yang mempermudah jalan Imelda, dan Imelda lah yang menjadi sang penakhluk monster. Saya penasaran, 'kenang-kenangan' yang diambil Imelda buat apa? Diawetkan kah? Kayaknya nggak mungkin kalau dimakan, kan? Ada scene yang bikin keinget sama novel Akiyoshi Rikako sensei yang berjudul Holly Mother.


Kalau tidak salah di salah satu promosi apa ya, disebutkan novel ini juga mengangkat tentang pesugihan. Jujur agak bingung, alih-alih pesugihan lebih ke kayak apa ya dimanfaatkan orang pinter? Dan saya lebih percaya dalam keluarga Pak Muhaidi dan Bu Mimin memang ada keturunan gila dan kebetulan munculnya pada Karim. Andai Bu Mimin setuju untuk membawa Karim ke rumah sakit jiwa, bisa jadi Karim bakalan sembuh. Sayangnya lebih percaya ke dukun dan ya harus ada ritual yang dilakukan demi menjaga keluarga dalam kondisi baik. Saya menyimpulkan Adil menumbalkan Yunus agar keluarganya tetep kaya raya, arti pesugihannya demikian, menurut saya. Lagian kok ada ya abang yang begitu tega ke adeknya, dan adeknya terlalu lugu walau kurang mampu tetep mau aja jalanin perintah abangnya. Mungkin Yunus takut anak laki-lakinya jadi korban, tanpa memikirkan bagaimana mental anak-anaknya harus hidup satu atap sama pamannya yang gila tanpa dipasung. Padahal tingkat kegilaannya udah parah banget.


Plot twist-nya itu lho, bikin gemes. Jadi pasiennya siapa? Trus hubungan keduanya apa? Apa benar hanya 'sekutu' yang bertemu secara kebetulan? Atau emang punya hubungan sebelumnya? Kan gemes jadinya, karena harus menyimpulkan sendiri ini ending nya bagaimana, walau ya ending nya udah jelas, tapi tetep ada pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal.


Bahasa penulisannya rapi banget, suka! Bahkan tidak ada typo. Setiap kalimat mengalir dengan apik dan mewakili 'bahasa' masing-masing karakter. Untuk novel debut, Pasien luar biasa, keren banget! Idenya unik dan menarik. Walau tipis, tapi semua tersampaikan dengan baik.


Pesan yang disampaikan Imelda bagus: jangan berumah tangga ketika dirimu belum mampu. Sayangnya dalam masyarakat kita, banyak kejadian yang mirip sama keluarga Imelda. Ujungnya anak jadi korban. Dan tentang keadaan lingkungan sehari-hari bisa membentuk karakter seseorang menjadi mengerikan. Saya percaya setiap manusia punya sisi gelap, ada monster tertidur dalam ruang gelap itu. Ada yang dibiarkan tetap terlelap dalam tidurnya, ada yang bisa mengendalikan monster itu, dan ada yang dikendalikan monster itu ketika sudah terbangun sepenuhnya. Untuk menjadi monster atau malaikat, sepenuhnya adalah pilihan.


"Kau percaya dunia ini tidak hitam dan putih. Kau percaya segala sesuatunya abu-abu. Sebuah kejahatan belum tentu kejahatan jika dilakukan pada orang yang jahat."--Danisa.


Buku ini saya rekomendasikan terutama bagi pecinta iyamisu. Menguras emosi banget, bikin istighfar mulu pas baca. Feel nya makin dapet karena setting nya di Indonesia. Dengan jumlah halaman sebanyak 120, bisa kelar dalam sehari jadi seru banget dan setelah kelar baca jadi, yah udah kelar aja. Berasa kayak apa ya, kosong? Ada nggak kira-kira yang bagusnya sama kayak ini. Jadi nagih. Udah baca dua kali, tetep dapet feel-nya. Terima kasih Kak Naomi Midori karena udah menulis karya sebagus ini. Terima kasih Penerbit Inari dan Penerbit Haru karena udah menerbitkan novel keren ini. Jadi penasaran sama novel Penebusan. Semoga bisa segera terbeli juga. Aamiin. Oya, yang mau beli via Shopee bisa check out dari link ini ya. Kalau beruntung diskonnya bisa sampai 40%. Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Selamat membaca. Gowamo matur tengkyu.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews