Review Film Korea Silenced (2011)

03:40

Silenced



Usaha seorang guru untuk memperjuangkan keadilan bagi murid-muridnya yang tunarungu dan mengalami pelecehan seksual di sekolah


• Judul:

  - Global: Silenced

  - Judul lain: Crucible

  - Romanisasi: Dokani

  - Hangul: 도가니

• Sutradara: Hwang Dong Hyuk

• Penulis:

  - Novel: Kong Ji Young

  - Skenario: Hwang Dong Hyuk

• Produser: Uhm Yong Hun, Bae Jeong Min, Na Byung Joon

• Sinematografer: Kim Ji yong

• Tanggal rilis: 22 September 2011

• Durasi: 125 menit

• Genre: Drama

• Distributor: CJ Entertainment

• Bahasa: Korea

• Negara: Korea Selatan

• Catatan:

  - Berdasarkan novel "Dokani" karya Kong Ji Young yang terbit pada tahun 2009. Novel ditulis terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi di sebuah sekolah tunarungu di Gwangju, Korea Selatan.

  - Ide pembuatan film diungkap oleh aktor Gong Yoo. Saat menjalani wajib militer, Gong Yoo membaca novel Dokani dan berpikir bahwa novel itu harus dibuat menjadi film. Ketika libur dari jadwal militer, Gong Yoo mencari penulis novel Dokani yaitu Kong Ji Young dan mengutarakan niatnya. Kong Ji Young mengatakan jika dia ingin membuat versi film untuk anak-anak kurang mampu.

• Pemeran:

  - Gong Yoo: Kang In Ho

  - Jung Yu Mi: Seo Yoo Jin

  - Kim Hyun Soo: Yeon Doo

  - Jung In Seo: Yoo Ri

  - Baek Seung Hwan: Min Soo


Kang In Ho (Gong Yoo) mendapatkan pekerjaan sebagai pengajar untuk sekolah khusus tunarungu di kota Mujin. Dalam perjalanannya menuju sekolah, ia mengalami kesialan karena mobilnya menabrak seekor rusa. Di bengkel ia pun mengalami kesialan karena harus berurusan dengan Yoo Jin (Jung Yu Mi), gadis yang bekerja sebagai karyawan di Pusat Hak Asasi Manusia Mujin. Karena menyadari kesalahannya, Yoo Jin mengantar In Ho ke sekolah dan memberinya kartu nama untuk urusan asuransi mobil In Ho yang tak sengaja ditabrak Yoo Jin dari belakang.

Saat mengajar, In Ho merasa ada yang aneh dengan para murid. Namun, guru senior di sekolah itu mengatakan bahwa itu hal wajar. Anak-anak pun sulit akrab padanya yang sudah bekerja di sana selama 10 tahun. Suatu hari saat akan pulang, In Ho melihat salah satu muridnya, Yoo Ri (Jung In Seo) sedang duduk di jendela asrama. Khawatir Yoo Ri jatuh, In Ho naik dan menariknya. Yoo Ri kemudian menuntun In Ho dan menunjukkan jika temannya, Yeon Doo (Kim Hyun Soo) sedang dihajar habis-habisan oleh pengurus asrama. Karena Yeon Doo pingsan, In Ho membawanya ke rumah sakit dan menelpon Yoo Jin. Pada Yoo Jin, Yeon Doo mengaku jika ia mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh kepala sekolah. In Ho dan Yoo Jin berjuang bersama demi keadilan bagi anak-anak. Namun, In Ho harus menanggung risiko kehilangan pekerjaan dan teror dari para pendukung kepala sekolah.


Sebenernya udah lama pengen nonton film ini, tepatnya sejak nonton potongan video dan baca ulasan singkatnya di Instagram. Tapi ragu, bakalan aman nggak buat mental sendiri nonton film ini. Karena diangkat dari kisah nyata, tentang pelecehan seksual pada anak-anak. Setelah mengumpulkan nyali, akhirnya nonton juga. Timing-nya kurang tepat karena nonton di pagi hari, pas jam kerja pula. Untungnya bisa nahan diri nggak sampek ikutan mewek, walau berujung bikin dada ampek dan rada sakit karena nahan emosi dan nahan nangis.


Benar sekali, waktu nonton emosi beneran diaduk-aduk nggak karuan. Ikutan sedih, ikutan nyesek, ikutan kesel, ikutan emosi sepanjang nonton. Manusia-manusia biadab macam-macam pelaku emang real, nyata ada di dunia. Udah banyak contoh kasus kayak di film ini yang kita temui di dunia nyata. Mirisnya, seringnya pihak korban kesulitan mendapat keadilan. Terlebih di film ini, pelaku utama adalah orang yang sangat berpengaruh di Kota Mujin. Waktu denger kata, Kota Mujin jadi keinget drama Dark Hole. Setelah dicek, ternyata beda. Tapi suasana kotanya kurang lebih sama, sering berkabut.

Karena kota kecil dan terjadi di zaman dulu yang mana internet belum semasif sekarang, maka penyelesaian kasusnya sulit walau sempat diliput televisi nasional karena pelaku adalah orang berpengaruh di kota Mujin dan terkenal agamis. Nah, kan makin mirip di dunia nyata. Pelaku terlihat baik dan religius, banyak peran sosial dan pendukungnya amat banyak. Karenanya ketika kasus diungkap, yang ngebela korban malah dikucilkan bahkan dibabat habis-habisan.

Karena Kang In Ho (Gong Yoo) pendatang dan hanya guru biasa, usahanya membela anak didiknya yang mengalami pelecehan seksual semakin sulit. Selain ketiga muridnya tunarungu, lawan In Ho orang yang punya jaringan kuat di kota Mujin. In Ho sampai kehilangan pekerajaan, diserang secara verbal dan fisik oleh pendukung fanatik pelaku. Pada akhirnya memang uang bisa menyelesaikan segalanya bahkan membungkam keadilan.


Plot twist-nya bikin kesel. Di awal-awal sidang, hakim dan jaksa kayak pada adil, tapi ternyata... sukses bikin ngumpat dan nyumpahin sampah-sampah itu. Yang bikin kecewa lagi, Profesor Kim yang harapannya bisa ngebela In Ho malah ngedukung pelaku. Ikutan emosi. Pendirian In Ho pun diuji, antara memperjuangkan keadilan atau tunduk pada keadaan ekonominya yang sedang kacau. Salut pada Bapak Kang In Ho yang teguh pada pendirian walau akhirnya kalah juga dalam persidangan.

Semangat Yoo Jin (Jung Yu Mi) dan rekan-rekannya yang nggak lelah berjuang namun tetap kalah dengan uang dan kekuasaan. Walau bekerja dalam organisasi yang didirikan untuk membela HAM, mereka masih bisa dikalahkan oleh lingkaran para binatang yang beruang. Suer dah circle-nya pelaku bikin emosi sekaligus ngelus dada. Orang-orang kayak gitu udah nggak punya hati nurani kali ya? Hati nuraninya udah mati!


Salut pada akting anak-anak yang memerankan tiga karakter penting dalam film ini. Selama proses syuting pasti mereka mendapat pendampingan psikologis karena... gila bener dah! Yoo Ri (Jung In Seo) yang mengalami keterbelakangan mental dijadikan senjata untuk mementahkan tuduhan dan akhrinya keluarganya setuju damai karena lagi-lagi, uang dan kekuasaan yang bicara.


Paling nyesek tuh kisah Min Soo (Baek Seung Hwan). Udah mengalami pelecehan seksual, kehilangan adiknya yang juga dilecehkan oknum guru lalu tewas tertabrak kereta, pas sidangnya belum kelar, pihak keluarga malah minta damai. Mata rasanya panas pas Min Soo nangis kejer trus dipeluk erat sama In Ho. Ketika hukum nggak bisa lagi dipercaya, akhirnya Min Soo memilih jalannya sendiri untuk mengadili pelaku.


Yeon Doo (Kim Hyun Soo) sebagai harapan satu-satunya telah bekerja dengan baik. Mengumpulkan semua ingatannya dan bersaksi tanpa takut, membuat In Ho dan  Yoo Jin berhasil mengumpulkan bukti-bukti. Namun, lagi-lagi usaha mereka dikalahkan oleh uang dan kekuasaan. Circle pelaku aje gile pengaruhnya hingga membuat hampir seluruh orang di kota Mujin tunduk. Kalau nggak nurut bakalan dipecat dari kerjaan. Banyak yang takut dan akhirnya tunduk. Ngeri.


Benar yang dikatakan Yoo Jin, perjuangan mereka setidaknya berhasil memberi ruang dan kehidupan baru bagi anak-anak yang memilih keluar dari sekolah. Yang terpenting, walau perjuangan itu tak berhasil mengubah dunia, namun dunia pun tak berhasil mengubah pendirian mereka yang teguh memperjuangkan keadilan. Habis nonton ini coba lanjut nonton film 2037. Dijamin luber dah emosinya. Heuheuheu.


Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.


Sumber poster: Hancinema.


Tempurung kura-kura, 15 Agustus 2022.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews