Selamatan Untuk Orang Meninggal Menurut Tradisi Jawa

04:11

 Mengenal Tradisi Jawa Tentang Selamatan Orang Meninggal


(Sumber foto: Pixabay)

Dalam masyarakat Jawa ada satu tradisi yang saat ini masih dilaksanakan berkaitan dengan orang meninggal. Yang akan saya bahas di sini bukan tentang prosesi pemakaman, tapi tentang selamatan atau kenduri yang digelar untuk orang meninggal. Selamatan tidak dilakukan sekali saat ada orang meninggal, tapi ada beberapa tahap dimulai dari hari kematian sampai 1000 hari.

Setelah jenazah dimakamkan, diadakan kenduri tumpeng pungkur. Tumpeng pungkur berbahan nasi putih, dengan lauk krawu kulup (urap-urap), telur atau ayam. Berbeda dari tumpeng pada umumnya, tumpeng pungkur adalah tumpeng yang dibelah jadi dua dan dibalik, jadi bagian punggung bertemu bagian punggung. Karena alasan itu disebut tumpeng pungkur yang memang dibuat untuk selamatan orang meninggal. Untuk sayuran pengisi urap tidak boleh menggunakan kacang-kacangan dan kecambah (taoge). Pada malam harinya digelar tahlilan sampai tujuh hari.

(Sumber foto: Pixabay)


Dalam gelaran tahlilan ada selamatan telung dino (tiga hari), pitung dino (tujuh hari) dan tutupan. Yang membedakan dari hari lainnya adalah pada peringatan-peringatan tersebut (3, 7, dan tutupan) peserta tahlilan diberi berkat (hantaran), sedang di hari lainnya hanya dijamu dengan makan di rumah duka.

Menentukan hari selamatan pun ada hitungan tersendiri, biasanya dihitung dari jenazah dimakamkan, bukan hari kematian. Namun, biasanya setiap daerah berbeda. Perhitungan hari biasanya didasarkan pada pasaran (hari/hitungan menurut orang Jawa).

Selamatan berikutnya digelar pada 40 hari disebut dengan petangpuluh dinoan (40 harian). Selamatan digelar dengan mengadakan tahlilan. Ada pula yang menggelar tahlilan selama 40 hari penuh. Namun, umumnya sampai 7 hari, lalu digelar kembali untuk peringatan 40 hari.

Berikutnya adalah peringatan 100 hari atau satus dino yang digelar untuk memperingati 100 hari kematian. Kemudian dilanjutkan dengan pendak siji dan pendak loro yaitu tahun pertama dan tahun kedua.

Puncak dari selamatan adalah peringatan nyewu atau sewu dino (1000 hari). Ada sedikit perbedaan dari peringatan 40 hari, pendak siji, pendak pindo dengan peringatan 1000 hari. Acara yang digelar biasanya sama yaitu tahlilan dan khataman Al-Qur'an, hanya saja perlengkapan yang digunakan sedikit berbeda. Untuk khataman Al-Qur'an juga tergantung, ada yang menggelar di setiap peringatan, ada yang hanya pada peringatan tertentu seperti pendak siji, pendak loro, dan 1000 hari.

Pada peringatan 1000 hari perlengkapan yang disiapkan lebih banyak dari peringatan-peringatan sebelumnya. Perlengkapan ini akan turut disajikan pada saat tahlilan dan nantinya akan dibawa pulang oleh peserta tahlil selain berkat (hantaran) yang berupa makanan dan kue.

Perlengkapannya biasanya terdiri dari pakaian yang disesuaikan dengan mendiang semisal perempuan ya pakaian perempuan, lelaki pun lelaki. Biasanya ada sewek/jarik untuk perempuan. Untuk lelaki biasanya sarung dan baju koko. Selain pakaian ada payung, tempat makan seperti piring gelas dan sendok, dan lampu ting (lampu minyak tanah).

Perlengkapan yang disertakan merupakan bentuk sedekah untuk orang meninggal. Jika benda-benda tersebut terus digunakan, insyaallah akan memberi manfaat juga bagi yang sudah meninggal. Selain itu juga diartikan sebagai bekal bagi orang yang meninggal.

Semua dibungkus dan disajikan bersama gedhang ayu. Setelah selesai tahlilan, baik bingkisan dan gedhang ayu dibagikan untuk dibawa pulang peserta tahlilan. Ada juga yang menggelar selamatan 1000 hari dengan menyembelih kambing. Oya, gedhang ayu biasanya juga disajikan dalam setiap selamatan peringatan hari kematian; 40 hari, 100 hari, pendak siji, dan pendak pindo.


Dalam setiap selamatan peringatan hari kematian, harus ada kue apem dan pisang. Dua makanan ini menjadi elemen wajib. Kue apem melambangkan apura, memohon ampunan kepada Gusti Allah SWT. Pisang diartikan sebagai tongkat. Ada pula yang mengartikan jika kue apem dan pisang adalah payung dan gagangnya yang menjadi bekal untuk perjalanan mendiang.

Sekian bahasan singkat tentang tradisi selamatan untuk orang meninggal dalam masyarakat Jawa. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Rahayu.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews