Dapat Undangan Ulang Tahun Di Warung Kanthing
05:41Warung Kanthing
Awal bulan Mei dapat undangan makan siang di Warung Kanthing. Ada yang punya hajat, syukuran, merayakan ulang tahun dengan makan siang bersama di Warung Kanthing. Wah, seneng banget! Warung Kanthing udah masuk dalam daftar warung yang akan saya kunjungi sejak resmi dibuka. Udah bikin rencana sama Linda, tapi terus tertunda. Alhamdulillah kok ada undangan makan siang di sana. Seneng banget pastinya! Hehehe.
Karena Jagiya belum baikan, sempet galau ke sananya gimana. Tapi, kata rekanan yang mengundang, "Jangan khawatir. Di sana deket pos ojek kok. Ada pos bentor juga." Lega. Seenggaknya butuh kendaran buat berangkat aja. Pulang udah niat naik bentor. Antusias banget karena udah lama nggak naik bentor.
Selepas salat zuhur, diantar Bapak ke Warung Kanthing. Sebelumnya menduga-duga lokasinya agak masuk dari belokan pertama setelah jalan utama, ternyata nggak. Deket banget dari jalan utama Tulusbesar. Baru tahu juga kalau Warung Kanthing masih masuk wilayah Tulusbesar setelah mengecek informasi di Google Maps.
Karena lokasinya jauh dari pemukiman dan kalau orang sini nyebutnya di tengah tegalan (berada di area perkebunan), suasana di Warung Kanthing tenang banget. Waktu nyampek, dibuat terkesima sama bangunan di bagian depan. Pagar tembok dan gerbang depan terkesan klasik dan asri. Deretan tanaman bambu kuning turut menghiasi pagar.
Oya, karena lokasinya tepat di tepi jalan utama, jadi gampang ditemukan. Terlebih ada papan nama dan merupakan satu-satunya bangunan di tengah area kebun tebu.
Setelah memasuki gerbang utama, disambut bangunan bernuansa klasik yang berada paling depan. Awalnya saya kira salah satau bangunan homestay, tapi ada tulisan dalam potongan kayu yang ditempel di pohon; resort. Belum tahu dalamnya bagaimana karena tutup. Tidak tahu juga apa bebas dikunjungi atau untuk kalangan tertentu, yang sudah pesan tempat misalnya.
Tepat di depan pintu masuk ada papan penunjuk lokasi homestay, warung, cafe, dan resort. Dari pintu masuk belok ke kanan ada jalanan menurun, langsung sampai di area parkir. Area parkir luas, tersedia untuk mobil dan motor, tidak ada tarif alias bebas parkir.
Musala terletak di area parkir, dibangun dalam bentuk rumah panggung dari kayu yang memberi kesan klasik dan unik.
Dari area parkir berjalan ke sisi kiri, ada tulisan sugeng rawuh digantung di atas gapura dari besi. Kemudian ada tangga menurun yang akan membawa kita ke area utama dari Kanthing.
Tepat di sebelah kanan gapura ada papan penunjuk tentang lokasi warung Kanthing. Tinggal jalan lurus, langsung deh ketemu warungnya. Tapi, kami malah jalan turun dulu. Hehehe. Nggak papa, liat-liat lokasinya dulu, sebelum berkumpul untuk makan siang bersama.
Tangganya cakep banget kan! Foto di sini, cocok banget buat diunggah di sosial media.
Setelah menuruni tangga, banyak tempat yang bisa dipilih untuk dijadikan tempat ngumpul. Temanya bermacam-macam. Ada yang temanya tuh mirip sama konsep teras rumah zaman dahulu. Pilar dan ada atap, lalu meja panjang dan bangku kayu. Klasik banget.
Ada pula yang dibawah naungan tanaman merambat berbunga merah. Aslinya saya pengen duduk di sini, tapi karena rame-rame, jadi ngikut suara terbanyak.
Selain area yang memiliki atap, ada yang benar-benar terbuka seperti yang berada tepat di dekat warung. Asik banget kan duduk di atas batu. Pemandangan di bawah juga kelihatan semisal ada pertunjukan musik.
Kalau dilihat-lihat, temanya memang klasik ya. Sesuatu yang kuno, zaman dulu. Nih, sampai ada kursi yang terkesan usang dengan tulisan PWRI.
Setiap area tempat duduk punya nama sendiri. Uniknya nama yang digunakan adalah nama dari Pandawa Lima. Tuh, ada nama Nakulo (Nakula).
Pada center area terdapat panggung yang luas untuk pertunjukan musik. Saat kami berkunjung, belum ada pertunjukan. Mungkin karena bukan weekend atau karena baru buka. Kami datang beberapa menit setelah jam buka. Hehehe. FYI, Kanthing buka mulai pukul sebelas siang.
Di depan panggung ada teras siring buatan yang bisa dijadikan tempat duduk untuk melihat live music. Liatnya mitip teras siring, makanya saya sebut teras siring buatan. Hehehe. Cakep juga kan buat foto.
Di sebelah kanan panggung ada area untuk duduk dan kami memilih di sana. Di sebelah kanan teras siring ada tangga yang langsung membawa pengunjung ke Warung Kanthing. Walau kami nggak ke warung duluan, ketika udah duduk berkumpul, langsung disamperin sama mas mas, disapa dengan ramah dan kemudian dibawakan buku menu. Jadi, tanpa pesan sendiri ke warung, kita bisa pesan di meja langsung. Enak banget kan. Nggak perlu susah payah naik turun tangga, tinggal tunggu pesanan datang lalu santap.
Menu yang ditawarkan banyak. Mulai dari klasik atau khas zaman dulu sampai yang kekinian ada. Sayang saya tidak memotret buku menunya. Minuman, makanan, camilan ada semua. Tinggal pilih sesuai selera.
Sambil menunggu pesanan, kembali berkeliling. Pembangunan masih terus berlanjut. Mungkin nanti bakalan ada akses untuk bermain di sungai, karena di bawah lokasi ada sungai besar. Wah, pasti seru kalau beneran ada. Kalau nggak salah, sungainya bernama Kali Lajeng.
Walau udah pesan di meja, rasanya kurang afdal kalau nggak liat langsung warungnya. Simpel dan klasik. Kalau shi-gUi liat di internet ada yang penyajian kayak pakek gentong-gentong dari tanah, nah itu ada di dalam warung. Saya nggak masuk ke dalam, hanya menengok dari depan. Kekeke.
Di warung tersedia es krim dan minuman dingin dalam kemasan lho. Kami juga pesan es krimnya dalam cup kecil untuk anak-anak. Oya, di dekat tempat kami duduk ada bangunan. Mungkin salah satu bangunan homestay. Suasana klasik dan ndeso-nya makin dapet karena di area ada suara banyak alias soang. Kayaknya sengaja dipelihara biar suasana kampungnya dapet banget. Tapi jangan khawatir, soangnya nggak dilepas dengan bebas kok alias ada di dalam kandang.
Dan inilah beberapa pesanan kami. Karena seingat saya nggak semuanya sempet difoto. Saya pesan rice bowl saos bangkok. Asli ini porsinya gede banget! Nasinya banyak, potongan daging ayamnya juga gede-gede, dan saosnya melimpah.
Nasi liwet kanthing disajikan dengan bentuk unik menyerupai tumpeng. Cocok banget buat yang ulang tahun. Walau tanpa bawa tumpeng dan kue tart, nasi liwet kanthing udah bisa mewakili.
Kalau ini nasi lalapan bebek goreng. Oya, paling suka hampir di setiap sajian ada salad sayur sebagai pendamping. Di menu utama juga di camilan. Surga banget bagi saya. Hehehe.
Ini nasi goreng kanthing. Kayaknya waktu itu pesan yang ikan asin, jadi ada menu pendamping ikan asin goreng, selain telur dan kerupuk.
Burger kanthing penyajian cakep yak! Plus kentang goreng. Ini termasuk menu kekinian, sama kayak rice bowl.
Camilannya kami ada pesan tahu gejrot, tahu walik, dan dimsum kanthing steam.
Untuk minumannya, sayang nggak ada yang pesen minuman tradisional. Pada pesen minuman kekinian termasuk saya. Kekeke. Awalnya mau milih... wedang uwuh, tapi karena cuaca panas banget, gerah usai berkeliling, akhirnya saya pesan smoties berry.
Sebenernya penasaran sama apple blearing, tapi khwatir ada sodanya. Batal pesen deh. Ada yang pesen, ternyata nggak ada sodanya. Heuheheu. Tapi, smoties berry enak kok! Hehehe.
Ini regal cofee. Unik dan cakep yak! Rasanya juga enak. Kesemuanya enak; makanan, camilan, minuman, dan es krim. Agak syok di ukuran rice bowl-nya aja karena versi jumbo. Hehehe. Untuk harga, ramah kantong. Masih standar kafe di area wisata.
Saya suka sama suasananya yang sejuk, hening, dan tenang. Banyak tanaman cantik yang bisa dinikmati, bunga-bunga indah yang bisa dijadikan obyek foto seperti dua bunga ini. Di gapura bertuliskan sugeng rawuh tumbuh bunga air mata pengantin. Kalau udah lebat pasti makin cantik. Nyesel nggak bawa lensa makro buat motoin bunganya, pun nggak sempet foto pakek kamera tanpa alat bantu.
Kalau udah sepenuhnya jadi, pasti makin keren dah tempat ini. Ngebayangin nginep di homestay-nya, rame-rame gitu kayaknya seru. Hehehe. Kalau shi-gUi main ke Tumpang, bisa tuh mampir ke Kanthing untuk me-refresh pikiran dan mengisi perut yang kelaparan. Oya, walau pesan di meja, bayar tetep ke kasir yang ada di warung ya! Kru Kanthing ramah-ramah semua. Selain area parkir yang luas serta musala, toilet juga tersedia.
Karena lokasinya di tengah perkebunan, nggak ada pos ojek atau bentor. Ternyata yang ngasih info tuh liatnya di Tulusbesar-nya. Kan ada alun-alun tuh. Kalau jalan ke sana lumayan jauh, tantangannya bisa suduken pas naik di jurang, karena perut masih kenyang, plus terik matahari karena udah lewat tengah hari. Untungnya ditolongin Linda, dikirimin bentor buat mengantar saya balik pulang. Wisata bentor dari Kanthing, cukup menguji nyali pas di jalan menurun, tapi seru! shi-gUi yang udah berkunjung ke Kanthing, boleh share pengalamannya di kolom komentar ya! Gomawo matur tengkyu.
0 komentar