Heboh Perkara Sandingan

06:03

 Artikel dan Video Tentang Sandingan yang Banyak Diminati



"Ayo bikin tulisan tentang tradisi Jawa yang kita tahu, biar nanti kalau kita udah nggak ada, anak cucu masih bisa baca. Semoga tradisi yang saat ini kita berusaha jaga, nanti anak cucu kita juga mau jaga." Aku membagi ide yang ada di kepala dengan Tunjung. Selain cerita misteri yang dialami Penghuni Sarang Clover di Blog baru yaitu Jurnal Kurayui dan di kanal Youtube Jurnal Kurayui, ingin menambahkan tulisan dan video tentang tradisi Jawa yang ada dalam masyarakat kami.


Aku tahu ini sedikit terlambat, kenapa dulu hanya fokus nulis fiksi, sedang ada banyak hal non fiksi yang bisa dituangkan dalam tulisan, salah satunya adalah tentang tradisi dalam masyarakat Jawa. Andai dari dulu ide ini udah ada pasti tidak terlalu sulit untuk mencari narasumber karena Nenek dari Bapak masih gesang, masih hidup. Ide justru muncul setelah Nenek tilar dunyo, berpulang ke rumah Gusti Allah.


Almarhumah Nenek bekerja sebagai penjual bunga tabur. Sejak kecil ikut Nenek, bahkan tidur pun di rumah Nenek, karenanya nggak asing dengan dunia perkembangan dan beberapa tradisi dalam masyarakat Jawa salah satunya tentang Sandingan. Semasa hidupnya, Emak--panggilan untuk nenek dari Bapak--tidak pernah telat membuat sandingan pada hari Minggu dan Kamis sore. Keesokan harinya selalu kebagian minum wedang gulo dari sandingan. Karena termasuk tradisi inti yang sampai saat ini kami dan ada banyak masyarakat Jawa yang masih menjaga dan melestarikan, kami membuat artikel dan video tentang sandingan. Artikel sandingan bisa dibaca di sini dan untuk videonya bisa ditonton di sini.


Mengandalkan ingatan, kenangan waktu ngobrol sama Emak soal sandingan dan mencari narasumber baru, akhirnya artikel dan video tentang sandingan kami buat. Untuk foto dan video kami buat sendiri juga. Foto di Blog untuk bagian depan artikel adalah foto saat kami berkunjung ke Situs Patirtaan Ngawonggo. Lalu untuk video dan foto di badan artikel foto yang kami jepret sendiri, sandingan saat digelarnya selamatan 1000 harinya Emak. Makanya sangat tidak estetik yak. Hehehe. Yang penting sudah mewakili apa itu sandingan.



Kehebohan perkara sandingan ini dimulai pada tanggal 13 Juni 2024. Malam itu Tunjung mengirim pesan sambil menyantumkan screenshot dan bertanya, "Itu fotomu ya, U?"


Eh beneran foto sandingan 1000 harinya Emak. Karena penasaran, minta link nya donk. Akhirnya dikirimi link sama Tunjung, doi juga kaget karena penulisnya bukan aku, tapi nama orang lain. Penasaran, buka link dan baca artikelnya, kaget dong! Bukan hanya foto yang sama, tapi isi artikel ada yang plek ketiplek, diganti satu kata doang bahkan.


Selama ini sering baca thread soal plagiat di Twitter, baik untuk tulisan fiksi dan non fiksi. Setiap baca selalu nyesek, ngebayangin gimana perasaan penulis yang udah kerja keras buat menghasilkan sebuah karya, lalu ada orang seenaknya plagiat bahkan copy paste untuk diakui sebagai karyanya. Waktu ngalamin sendiri, rasanya ndak karuan, panas dingin, emosi, kesel, nyesek. Hal pertama yang aku lakukan adalah menenangkan diri sendiri, meredam rasa kaget dan juga emosi. Karena waktu itu sama Rara, aku bagi apa yang ditemukan Tunjung ke dia dan ya Rara ikutan emosi sampai mau komentar langsung di artikelnya. Tentu saja aku larang, nggak boleh gegabah, sapa tahu aku yang keliru.


Setelah perasaan mulai tenang, nanya di grup Hirawling Kingdom soal menulis di web tersebut dan curhat di grup Sarang Clover. Selain itu minta tolong Rara untuk mencari akun sosial media author-nya. Melihat kasus yang viral, para author asli selalu menghubungi author yang diduga melakukan plagiat, untuk meluruskan masalah, aku pun berniat begitu. Sapa tahu author nya mau menangguhkan artikel yang dia tulis, tapi sayangnya tidak menemukan akun sosial medianya. Karena alasan itu, teman-teman di Hirawling Kingdom menyarankan hubungi akun sosial media web saja atau via Email.


Untuk menguatkan dugaan plagiat, aku membagikan link artikel milikku dengan artikel di web tersebut ke grup Sarang Clover. Khawatir aku yang salah karena terlalu banyak baca kasus plagiat sampai merasa tulisanku diplagiat. Komentarnya sama, terlebih pada dua paragraf yang emang plek ketiplek, diganti hanya satu kata doang. Dulur-dulur penghuni Sarang Clover juga menyarankan diurus saja.


Lanjut mencari bukti yang menguatkan, karena takut salah duga, aku menghubungi salah satu mentor yang bekerja sebagai editor, meminta bantuan agar dikoreksi.


"Ini artikel yang dia bikin singkat banget. Kalo dipersentasein sama tulisan kakak, kurleb yang jiplaknya sekitar 50%. Di indo gak ada sih batasan plagiat tuh segimana. Tapi kalo artikel itu jiplaknya udah kebangetan. Sebenernya kalo izin tapi tetep plek ketiplek, tetep gak boleh sih kak."


Jawaban dari mentorku membuat semakin yakin untuk maju, memperjuangkan nasib artikel yang diplagiat. Pada hari Jumat, 14 Juni 2024, menghubungi web penyedia layanan via DM Instagram. Berharap mendapat respon. Tapi, sampai keesokan harinya nggak ada respon, bahkan sampai hari berikutnya, padahal aktif membuat story. Karena tidak ada respon, pada tanggal 19 Juni 2024 ganti nanya via Twitter (X) melalui mention, karena akun tidak bisa dikirimi pesan. Tidak ada  respon juga walau aktif membuat cuitan, bahkan sampai berhari-hari masih belum ada respon.


Akhirnya pada tanggal 22 Juni 2024, memutuskan menghubungi nomor yang aku dapat dari salah satu rekan di grup Hirawling Kingdom. Kakaknya juga nulis di web yang sama, tapi bagian fiksi, bukan artikel dan kebetulan punya teman yang sebelumnya bekerja di web tersebut di bagian artikel, tapi sudah pindah bagian. Menurut Kakak yang ngasih nomor kontak, nggak papa coba hubungi aja biar nanti diarahkan mau ke mana. Sebenernya ada opsi buat kirim laporan via Email dan menulis spam di komentar di postingan Instagram agar admin meliha DM atau membalas story agar DM di notice, tapiii udah lah langsung hubungi nomor kontak siapa tahu responnya lebih cepat dan segera mendapat solusi.


Sempet pesimis karena WA pukul sembilan lebih dikit pagi, trus belum ada respon sampai lewat jam makan siang, tapi masih berprasangka baik siapa tahu hari Sabtu  kakaknya nggak libur kerja. Alhamdulillah sore harinya chat dibalas. Langsung mengirimkan link artikel yang terduga plagiat juga link artikelku di Blog. Juga mengirimkan screenshot dua paragraf yang miripnya kebangetan. Kakaknya ramah banget, trus sempet nanya, "Kak sorry, ini fotonya berarti bukan dari shutterstock kan ya." Itu foto yang juga aku pakai di Blog, sayangnya di hape udah kehapus. Kebiasaan hapus foto setelah selesai diunggah agar memori hape tidak terlalu penuh. Kakaknya menjelaskan bagaimana prosedur penulisan artikel di web tersebut dan menyanggupi akan membantu dengan cara meneruskan laporanku ke pihak yang bertanggung jawab. Lega karena ada titik terang terkait masalah artikel yang diplagiat.


Hari Senin, 24 Juni 2024, Tunjung kembali mengirim screenshot yang isinya, pemberitahuan bahwa konten telah dihapus oleh tim web karena melanggar panduan komunitas. Alhamdulillah akhirnya, artikel di take down dari web. Kaget karena di bagian atas ada tulisan User Dinonaktifkan, tapi nggak enak mau nanya ke Kakak yang udah bantuin nerusin laporan. Tak lupa berterima kasih, dan kemudian mengirim kabar beresnya masalah artikel diplagiat ke grup Hirawling Kingdom, grup Sarang Clover dan mentor. Terima kasih buat semua yang membantu proses ini hingga selesai. Kalian semua orang baik. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, melimpahkan berkah kesehatan dan kebahagiaan, aamiin.


Jujur waktu mau memperjuangkan itu ada rasa takut karena selama ini dari kasus yang ramai, seringnya yang plagiat lebih galak dan berujung penulis asli yang kalah. Tapi kalau nggak diperjuangkan, nyesek juga. Sempet mikir, kalau nggak dikomersilkan udah nggak papa, tapi buat ikhlas kok susah. Alhamdulillah Tuhan mengirim banyak tangan-Nya untuk membantu hingga masalah ini beres. Seandainya nggak dikasih nomor kontak orang dalam, cara yang bakalan aku tempuh adalah kirim laporan via email, spam komentar dan balas story sampai di notice dan direspon.


Sebelumnya memang sering ada yang kirim DM di IG , izin tulisan dibuat bahan riset skripsi atau keperluan yang lainnya, tapi kalau ketahuan plagiat ya baru kali ini. Mikirnya nggak mungkin lah artikel macam gini diplagiat, tapiii nyatanya ada yang plagiat. Kalau Tunjung nggak kirim screenshot soal foto sandingan, nggak bakalan tahu kalau artikelnya diplagiat. Jalan Tuhan memang selalu unik.


Karena penasaran, hari Minggu, 23 Juni 2024 iseng nulis kata sandingan di kolom pencarian Google khusus untuk gambar. Ada dua hasil pencarian yang langsung menarik perhatian sampai buka web nya. Yang pertama sebuah artikel di Kompasiana. Artikel tersebut menggunakan foto yang sama seperti yang ditemukan Tunjung dan artikelnya terbukti plagiat. Bedanya pada artikel di Kompasiana, penulis memberi keterangan foto tersebut sumbernya dari  Blog Jurnal Kurayui. Melihatnya hatiku senang. Padahal fotonya jauh dari kata estetik, tapi banyak yang tertarik. Alhamdulillah kalau bermanfaat.


Pada foto kedua agak bikin sangsi, karena itu adalah dari video shorts yang aku buat di Youtube. Setelah klik, ternyata sumbernya TikTok. Karena nggak ada TikTok, aku share di grup Sarang Clover dan minta bantuan yang ada aplikasi TikTok buat bantu cek. Hasilnya, iya itu video sandingan yang aku buat diunggah ulang tanpa dicantumkan sumbernya. Dikasih watermark pula sama pengunggah barunya. I know itu salah satu risiko kita bermain sosial media, tapi sakit tahu! Salahku pula bikin video nggak dikasih watermark sedang Youtube itu kalau videonya diunduh, nama pengguna nggak tercantum. Kalau untuk video shorts emang jarang banget pakek watermark karena agak susah naruhnya, jadi sering diunggah polosan. Malah diambil, ditambahin tulisan dan watermark. Lucunya, komenan penghuni Sarang Clover di video itu ilang. Yang buat komentar tetep bisa liat, orang lain nggak bisa. Mungkin komentar ditangguhkam karena dianggap spam. Lucu sekali tingkah manusia. Semoga segera sadar aja kalau tindakannya kurang pener. Jujur kalau baca nama akunnya berasa miris. Karena gelar tersebut bukan gelar sembarangan bagi orang Jawa.


Ini video shorts tentang sandingan yang aku buat. Dan ini link video TikTok yang ambil dari video shorts aku di Youtube. Diganti backsound sama dikasih nama si empunya akun. Sedih liatnya. Heuheuheu. Kalau masalah konten di Youtube, dulu juga pernah ada yang izin makek video, aku belum bilang iya/boleh, video udah diambil dong. Dibuat konten dan diunggah, nyeseknya, nama Jurnal Kurayui ditutupi. Pengen nangis rasanya. Aku yang jalan kaki lewat tengah sawah buat nemuin lokasi makamnya, aku yang disinisin pas nyari narasumber buat diwawancara, video diambil ditutupin nama sumbernya. Sakit banget. Hiks!


Kenapa video di TikTok tidak diurus seperti artikel? Kurang paham prosedurnya dan sepertinya di sana emang banyak video hasil ambil konten orang. Kata Prime Eonni bisa dilaporkan biar diblokir, tapi tentu aja ini butuh banyak akun yang melaporkan. Semoga yang bersangkutan segera diberi kesadaran bahwa tindakannya tidak benar dan mau take down videonya. Aamiin.


Oya, sempet nggumun kenapa tulisan di Blog, artikelnya bisa diplagiat plek ketiplek padahal nggak bisa di copy paste. Yap! Udah berusaha seperti itu agar tulisan aman tapi masih ada yang bisa plagiat. Kemungkinannya, author ngetik manual, atau di screenshot lalu disalin menggunakan Google Lens. Atau mungkin ada web yang bisa copas hanya dengan salin link.


Salah satu cerita di bulan Juni yang menghebohkan. Juni tahun ini memang masyaallah banget. Sekian luapan unek-uneknya. Mohon maaf jika ada salah kata. Gomawo matur tengkyu buat yang udah mampir dan baca.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews