Mengenal Apa Itu Kembang Untuk Nyekar Menurut Tradisi Jawa
02:40
Mengenal Apa Itu Kembang Untuk Nyekar Menurut Tradisi Jawa
Kembang itu apa? Ya, bunga. Memang apalagi? Lalu, kembang buat nyekar itu apa? Sekumpulan bunga-bunga untuk melengkapi ritual ziarah kubur.
Welcome to my curious way!
Apa kabar shi-gUi? Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, diberi kelimpahan berkah berupa kesehatan dan kebahagiaan. Aamiin....
Sebelumnya saya pernah membahas tentang Mengenal Tradisi Rebo Wage, Kemis Kliwon, Jumat Legi. Dalam tulisan tersebut saya sempat menyinggung tentang kembang yang digunakan untuk pelengkap ritual nyekar atau ziarah makam. Nah, dalam tulisan kali ini saya akan membahas lebih detail tentang per-kembang-an dalam tradisi masyarakat Jawa di tempat saya tinggal. Tidak hanya kembang untuk nyekar saja, tapi ada beberapa kembang lainnya dengan fungsi yang berbeda.
Sebelum membaca tulisan ini lebih lanjut, boleh lebih dulu membaca Mengenal Tradisi Rebo Wage, Kemis Kliwon, Jumat Legi.
Berikut adalah nama-nama kembang dalam tradisi masyarakat Jawa.
1. Kembang Boreh
Kembang Boreh adalah nama kembang yang paling dikenal, paling umum, dan paling sering digunakan dalam beberapa ritual adat dalam masyarakat Jawa. Salah satu fungsi dari Kembang Boreh adalah digunakan sebagai pelengkap ritual ziarah makam. Masyarakat Jawa kebanyakan atau paling umum menggunakan Kembang Boreh untuk nyekar ke makam.
Nyekar adalah istilah yang digunakan masyarakat Jawa untuk mengunjungi makam atau ziarah makam. Ritual ini biasanya digelar setiap hari Jumat, pada hari atau malam-malam tertentu, dan sebulan sekali pada hari pasaran Kamis Kliwon Jumat Legi.
Kembang boreh terdiri dari rajangan (irisan) daun pandan, bunga berwarna merah--biasa disebut abang-abang yang biasanya menggunakan bunga mawar merah, bunga pacar air/bunga balsam, atau bunga bugenvil, bunga kenanga, dan bunga sundel (sedap malam). Kembang Boreh juga dilengkapi dengan boreh yang berwarna kuning.
Boreh terbuat dari campuran tepung beras, kunyit, dan bangle. Bentuknya menyerupai adonan kue dengan warna kuning dan memiliki aroma yang khas. Selain untuk melengkapi Kembang Boreh,boreh juga memiliki fungsi menghilangkan sawan pada bayi dan balita. Itulah kenapa kadang pada kening bayu atau balita beri boreh. Terutama ketika bayi atau balita diajak ke pasar untuk pertama kalinya. Sang ibu pasti akan mengajaknya ke stan penjual kembang untuk diberi boreh pada keningnya.
Kenapa orang lebih sering menggunakan Kembang Boreh sebagai pelengkap ritual nyekar? Karena Kembang Boreh itu pepek (lengkap dalam Bahasa Jawa). Racikannya lengkap terdiri dari daun pandan, bunga warna-warni, dan boreh.
Makna daun pandan atau pandan wangi pada Kembang Boreh adalah agar kita selalu mengingat hal-hal baik saja dari orang yang sudah meninggal. Bunga segar yang turut menjadi rangkaian Kembang Boreh dipercaya sebagai pengurang siksa kubur.
Walau Kembang Boreh umum digunakan sebagai kembang untuk nyekar, beberapa orang ada yang menggunakan jenis kembang lain untuk nyekar misalnya Kembang Wungkulan yang terdiri dari bunga kenanga, bunga sedap malam, dan bunga suko (asoka).
2. Kembang Telon
Sesuai namanya, telon yang berarti tiga, racikan Kembang Telon terdiri dari tiga jenis bunga. Umumnya memakai bunga kenanga, bunga suko (asoka), dan bunga lucari (lecari/gading). Kadang juga berisi bunga kenanga, bunga sedap malam, dan bunga lucari jika yang membutuhkan harus menghindari warna merah.
Kembang Telon seringnya digunakan untuk golek tombo atau mencari obat secara alternatif. Dalam budaya Jawa praktik ini dikenal dengan istilah suwuk.
Kembang Telon juga biasa digunakan sebagai media dalam praktik ilmu pelet. Kembang Telon juga digunakan sebagai pelengkap dalam sandingan.
Sandingan adalah sesajen yang biasa dibuat pada malem Senin (Minggu malam), malem Jumat (Kamis malam), dan pada Kamis Kliwon Jumat Legi.
3. Kembang Monco Warno
Monco berarti lima, dan warno berarti warna--di sini bisa diartikan jenis. Kembang Monco Warno adalah racikan bunga yang terdiri dari lima warna atau lima jenis bunga. Bunga yang biasa digunakan adalah kenanga, sedap malam, mawar merah, mawar putih, dan gading atau lucari. Mawar merah bisa juga diganti dengan bunga asoka (suko).
Kembang Monco Warno biasanya digunakan untuk ritual seperti mandi membersihkan diri atau memandikan benda pusaka.
4. Kembang Setaman
Kembang Setaman biasa dikenal sebagai Kembang Tujuh Rupa. Sesuai namanya, kembang ini terdiri dari tujuh jenis bunga. Kembang yang biasa digunakan adalah kenanga, mawar merah, mawar putih, melati, lucari/gading putih, lucari/gading kuning, sedap malam.
Kembang Setaman biasanya digunakan dalam ritual ruwatan, upacara adat, dan bisa juga digunakan untuk memandikan pusaka atau pun untuk mandi kembang. Sedang untuk memberi makan pusaka, biasanya didampingi minyak tertentu sesuai jenis pusaka, disertai dengan membakar dupa atau kemenyan.
5. Kembang Macan Kerah
Kembang Macan Kerah biasa juga disebut dengan jamu Macan Kerah karena racikan kembang ini biasanya memang digunakan sebagai jamu. Isinya tidak hanya bunga, tapi juga bumbu empon-empon atau rempah-rempah khas Indonesia.
Kembang Macan Kerah terdiri dari daun pandan, bunga kenanga, mawar merah, sedap malam, melati, lucari/gading. Untuk empon-empon terdiri dari bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, kunci, kencur, temulawak, bangle, kayu manis, secang, kapulaga, kemukus, cengkeh, pekak (adas bintang), adas pulowaras, jinten, gambir, jeruk nipis atau angir (buah dari jeruk purut), dan candu.
Kembang Macan Kerah biasa digunakan sebagai jamu dengan cara direbus, lalu diminum airnya. Selain itu bisa juga digunakan untuk mandi. Tujuan dari kesemuanya adalah untuk kesehatan badan. Jamu biasanya diminum oleh wanita pasca melahirkan. Untuk ritual mandi biasanya dilakukan oleh wanita setelah melahirkan. Bisa juga dilakukan oleh sebagian orang pada saat malam 1 Suro, atau malam-malam keramat lainnya.
Selain kembang-kembang tersebut di atas ada bumbu nginang atau bumbu kinang yang digunakan untuk pelengkap sandingan atau sesajen. Isinya berupa daun sirih, enjet (kapur sirih), gambir, jambe, dan tembakau nginang.
Demikianlah nama-nama kembang dalam tradisi masyarakat Jawa. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Tempurung kura-kura, 27 Agustus 2020.
- Kurayui -
0 komentar