Review Murder at Shijinso (2019)
15:56
Murder at Shijinso
Misteri terjadinya pembunuhan di sebuah villa mewah yang menjadi benteng perlindungan dari serangan zombie.
- Global: Murder at Shijinso
- Jepang: Shijinso no Satsujin (屍人荘の殺人)
• Tanggal rilis: 13 Desember 2019
• Durasi: 119 menit
• Genre: Zombie
• Distributor: Toho
• Bahasa: Jepang
• Negara: Jepang
• Catatan: Berdasarkan novel "Shijinso no Satsujin" karya Masahiro Imamura yang terbit pada bulan Oktober 2017 oleh Tokyo Sogensha
• Pemeran:
- Ryunosuke Kamiki: Yuzuru Hamura
- Minami Hamabe: Hiruko Kenzaki
- Shono Hayama: Ayumu Shindo
- Yuma Yamoto: Mitsuru Shigemoto
- Yui Sakuma: Sumie Nabari
- Anna Yamada: Mifuyu Shigehara
- Reika Oozeki: Takako Kudamatsu
- Riko Fukumoto: Reika Hoshikawa
- Muga Tsukaji: Tobio Deme
- Eri Fuse: Rin Takagi
- Tetsuhiro Ikeda: Yuito Kanno
- Yuki Furukawa: Haruya Tatsunami
- Tokio Emoto: Kanemitsu Nanamiya
- Tomoya Nakamura: Kyosuke Akechi
Yuzuru Hamura (Ryunosuke Kamiki) adalah seorang mahasiswa yang sangat menyukai novel misteri. Ia bergabung dalam klub misteri di kampus yang diketuai oleh Kyosuke Akechi (Tomoya Nakamura). Keduanya menjadi dektektif di kampus dan dikenal sebagai Sherlock Holmes (Akechi) dan Watson (Hamura). Suatu hari seorang gadis bernama Hiruko Kenzaki (Minami Hamabe) mengajukan sebuah penawaran pada Akechi dan Hamura. Hiruko mengajak keduanya untuk bergabung dalam kegiatan klub yang menginap di villa bernama Shijinso. Di tengah kegiatan tiba-tiba terjadi serangan zombie. Dalam usaha bertahan dari serangan zombie, tiba-tiba terjadi sebuah pembunuhan di dalam Shijinso.
Sebenarnya saya menahan diri untuk tidak menonton live action dari Murder at Shijinso ini. Tapi karena sering muncul, akhirnya penasaran juga dan menonton. Mari berbagi kesan usai menonton Murder at Shijinso.
Di kampusnya, Yuzuru Hamura (Ryunosuke Kamiki) yang seorang penggemar novel misteri bergabung dalam sebuah klub misteri. Dalam klub itu hanya beranggotakan dua orang saja yaitu Hamura dan seniornya yang menjabat sebagai ketua
Sejak bergabung dalam klub yang didirikan oleh Kyosuke Akechi (Tomoya Nakamura), Hamura sering terlibat dalam beberapa pemecahan kasus bersama Akechi. Hingga keduanya mendapat julukan sebagai Sherlock Holmes (Akechi) dan Watson (Hamura). Reputasi keduanya cukup baik dan terkenal. Hingga suatu hari penyelidikan mereka diganggu oleh seorang gadis misterius berparas rupawan.
Hiruko Kenzaki (Minami Hamabe) adalah mahasiswi yang juga seorang detektif swasta yang sering membantu kepolisian mengungkap sebuah kasus. Suatu hari ia menemui Akechi dan Hamura untuk memberi sebuah penawaran. Ia mengajak Akechi dan Hamura untuk bergabung dalam sebuah kegiatan klub yang akan menginap di sebuah villa bernama Shijinso. Kegiatan itu bertepatan dengan digelarnya festival musik di Danau Sabea. Akechi dan Hamura setuju ikut. Ketiganya pun berangkat menuju villa Shijinso.
Dalam acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa dan mahasiswi aktif. Ada alumni juga yang bergabung. Karena si pemilik villa yang juga menjadi sponsor adalah salah satu alumni. Salah satu agenda kegiatan adalah menghadiri acara festival musik rock di Danau Sabea. Di tengah acara tiba-tiba ada banyak pengunjung yang jatuh pingsan. Ketika tim medis akan melakukan pemeriksaan, korban pingsan di tenda medis menghilang. Kekacauan pun terjadi. Korban pingsan berubah menjadi makhluk ganas yang haus darah. Mereka menyerang pengunjung lain dengan cara menggigit. Korban yang tergigit pun turut berubah menjadi makhluk ganas bernama zombie.
Anggota klub berusaha kembali ke villa. Bertahan hidup di dalam villa dari serangan zombie. Namun, di tengah ketegangan itu, justru terjadi pembunuhan sadis di dalam villa Shijinso. Teror zombie dan teror pembunuh menghantui orang-orang yang bertahan di dalam villa.
Karena selesai membaca novelnya udah cukup lama, ketika nonton sambil mengingat-ingat ini beneran nggak sih kayak gini. Salah satu alasan saya sempat menghindari film ini adalah karena saya sudah membaca novelnya. Saya khawatir kalau nonton filmnya malah kecewa seperti beberapa kali yang sudah terjadi. Terlebih dalam novelnya pembunuhannya sadis banget. Jadi takut juga kalau divisualisasikan secara jelas dan berujung bikin saya nggak doyan makan dan nggak bisa tidur seperti ketika nonton anime Another. Namun, entah kenapa kok jadinya kepincut dan nonton juga. Mungkin karena rasa penasaran yang mengalahkan saya. Heuheuheu.
Apa yang saya takutkan benar adanya. Sempat membawa beberapa review yang menuliskan rasa kecewa karena berbeda dari novelnya. Ketika saya nonton, ya emang beda. Sama kayak live action Another yang beda banget ama versi novelnya. Masih mending anime-nya. Lho jadi bahas Another. Maaf.
Walau inti cerita sama, tokoh utama dan villain-nya sama, tapi ada beberapa karakter yang dipermak. Seingat saya dalam novel semua yang tergabung dalam kegiatan klub adalah mahasiswa dan tidak mengunjungi festival musik di Danau Sabea. Tapi dalam film ini beberapa karakter dipermak. Deme dan Takagi kenapa jadi bapak-bapak sama emak-emak. Kalau di novel seingat saya ada kegiatan semacam jurit malam dan berpasangan. Di sanalah para karakter bertemu kawanan zombie yang datang dari Danau Sabea. Tapi dalam film adegan jadi semua yang berada di villa Shijinso sengaja jalan kaki dan menghadiri festival musik rock di Danau Sabea.
Selama menonton ketegangan dan kesadisan yang bikin saya merinding saat membaca novelnya tidak saya rasakan sama sekali. Saya bersyukur karena adegan pembunuhan dan bagaimana mengalahkan zombie tidak digambarkan seperti dalam novel. Kondisi mayat pun tak sesadis seperti dalam novel. Serangan zombie-nya pun nggak bikin tegang. Malah terkesan santai-santai aja. Di novel sih emang masih bisa santai para karakter, jadi wajar kalau dalam filmnya pun terkesan santai. Hanya saja karena sudah membaca novelnya, saya jadi kurang bisa merasakan penasaran pada siapa tersangka pembunuhan yang sebenarnya. Adegan pun diringkas, tapi nggak bikin gagal paham. Intinya dalam film dibuat lebih simpel.
Yang bikin saya agak kaget adalah karakter Hamura di sini kenapa jadi terkesan agak omes yak. Wkwkwk. Otaknya rada mesum kalau udah urusannya ama Hiruko. Perasaan di novel nggak gitu amat. Kalau kikuknya dapet lah feel-nya.
Yang bikin ngakak tuh terjemahannya. Film ini terjemahannya kayak lagi banyak dibagikan temen-temen di Facebook. Nggak separah itu sih tapi tetep bikin ketawa waktu baca. Mungkin yang terjemahin orang Jawa Timur kali ya. Hehehe.
Walau bertema zombie dan pembunuhan yang berasal dari Jepang, masih bisa ditoleransi kok. Penampilan zombie-nya juga begitu seram. Adegannya juga nggak begitu tegang waktu zombie mulai menyerang. Sebenarnya menurut saya part tersadis adalah pada kasus pembunuhan Haruya Tatsunami pada novel. Tapi dalam film biasa aja. Dan sesuai bayangan saya karakter Tatsunami emang cakep. Hehehe. Pas banget karakter Haruya Tatsunami (Yuki Furukawa) seperti yang ada dalam imajinasi saya.
Karakter villain-nya juga pas banget. Mifuyu (Anna Yamada) benar seperti yang saya bayangan. Gadis cantik dan lugu, tapi pembunuh sadis.
Oya, satu lagi karakter yang di novelnya cukup berperan penting tapi dalam film malah seperti sekadar tempelan adalah Mitsuru Shigemoto (Yuma Yamoto). Kalau di novel dia jadi semacam ahli zombie yang kalau saya nggak salah inget dia juga yang menemukan cara untuk mengalahkan zombie yaitu dengan menghancurkan otaknya. Tapi, di film hanya di awal doang dia ngomong antusias soal zombie. Padahal kalau nggak salah inget di novel dia juga yang gerakin orang-orang dalam villa untuk bikin barikade.
Bener kata Kelinci, "Pilih salah satu. Nonton filmnya aja atau baca novelnya aja. Karena bagaimanapun kita pasti ada rasa kecewa. Terlebih kalau udah baca novelnya, baru nonton filmnya."
Hmm, tapi kadang rasa penasaran mengalahkan segalanya. Hehehe.
Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.
Poster by: AsianWiki
Tempurung kura-kura, 04 Agustus 2020.
- Kurayui -
0 komentar