Review Novel Renegades by: Marrisa Meyer

15:44

Renegades



• Judul: Renegades
• Penulis: Marissa Meyer
• Penerbit: Penerbit Spring
• Tahun terbit: Cetakan pertama, Maret 2020
• Jumlah halaman: 612 hlm; 20cm
• ISBN: 978-602-6682-50-5

Dia ingin balas dendam.
Dia ingin menuntut keadilan.

Namun, di manakah batas benar dan salah?
Apakah Renegades benar-benar sejahat itu?



Akhirnya kelar juga membaca kitab ini! Heuheuheu. Kecepatan membaca semakin parah nih! Padahal dapat buku ini sedari Maret, baru kelar baca awal Agustus. Ya ampun, Kura! Oke! Udahan ngeluhnya. Mari berbagi kesan usai membaca buku Renegades karya Marissa Meyer.

Alasan pertama kenapa tertarik untuk mengadopsi Renegades adalah karena novel ini karya dari Marissa Meyer. Setelah membaca The Lunar Chronicles, saya dibuat jatuh hati dan susah move on. Ketika membaca promosi tentang Renegades yang akan terbit dan ternyata adalah karya Marissa Meyer, saya antusias. Menunggu tanggal special offer dirilis. Yap! Saya membeli Renegades masih dengan mengikuti special offer. Selain novel, saya mendapatkan gantungan kunci dan pembatas buku bergambar visualisasi Adrian dan Nova. Dua karakter utama dalam novel Renagades.



Kesan pertama setelah buku ini sampai adalah, "Wow! Tebalnya!" Ini bukan buku, tapi kitab. Kekeke. Saya dan salah seorang teman saya selalu menyebut buku yang tebalnya di atas 300 halaman sebagai kitab. Nggak heran sih ya karena genre-nya fantasi. Saya sih nyebutnya fantasi. Rata-rata novel fantasi pasti tebel.

Seperti karya sebelumnya--The Lunar Chronicles--novel Renegades juga disajikan dengan pembatas buku yang unik. Saya mendapatkan karakter Sentinel.



Renegades mengisahkan sebuah kehidupan di Gatlon City yang sedang berkembang usai masa kebangkitan. Gatlon City berada di bawah pimpinan Renegades yang berisi orang-orang dengan kekuatan super yang berada di bawah pimpinan Dewan. Di salah satu sudut kegelapan Gatlon City para anggota Anarchists bersembunyi. Mereka tinggal di dalam terowongan gelap, di dalam gebong kereta yang terbengkalai. Diam-diam menyusun rencana untuk menghancurkan Renegades dan membangkitkan kembali Anarchists.

Nova Artino yang memiliki nama alias Nightmare adalah anggota Anarchists yang ditugaskan untuk membunuh Captain Chromium dalam parade perayaan Hari Kemenangan. Sayang misinya gagal dan membuat salah satu rekannya tertangkap. Mengubah rencana, Nova akhirnya ditugaskan untuk mengikuti ujian penerimaan anggota Renegades untuk menjadi mata-mata. Nova lolos seleksi dan akhirnya dipilih Adrian Everhart untuk masuk ke dalam timnya. Nova berhasil menyusup sebagai anggota Renegades dan menjadi mata-mata untuk Anarchists. Namun, kedekatannya dengan Adrian membuatnya mulai merasa rapuh karena rasa suka pada Adrian yang baik mulai tumbuh di hatinya.

Walau mengisahkan tentang pahlawan super dan penjahat keji, novel ini juga menyisipkan kisah romansa antar dua tokoh utama yaitu Nova dan Adrian. Nova sang penjahat dan Adrian sang pahlawan super. Setelah membaca sampai habis, saya menyimpulkan sebenarnya Adrian dan Nova jatuh cinta pada pandangan pertama saat nggak sengaja ketemu di parade. Atau mungkin pada awalnya hanya Adrian yang terpesona dan ya jatuh cinta pada pandangan pertama ke Nova.

Karena Nova adalah anggota dari salah satu penjahat lengendaris di Gatlon City yaitu Anarchists, wajar jika dia bersikap selalu waspada. Bahkan, ketika Adrian menolongnya dari pencuri kecil di parade, ia terus bersikap was-was. Ketika kembali bertemu di hari seleksi anggota baru, Nova sempat terkejut. Terlebih saat Adrian memilihnya sebagai anggota tim. Berada dalam tim yang diketuai Adrian, Nova mulai mengenal sosok Adrian dan ya tumbuh benih-benih cinta di hatinya. Kenapa mata-mata seringnya jatuh hati pada targetnya ya? Tapi Adrian bukan target utama Nova. Dia hanya seorang Renegades dan kebetulan adalah anak dari Captain Chromium.

Bertaburan orang-orang dengan kekuatan super yang digambarkan dengan detail. Untuk detail penggambaran tokoh emang jago banget Marissa Meyer. Jadi bisa membayangkan bagaimana sosok masing-masing dari pahlawan super. Dan, jadi ngarep novel ini kelak dibuat filmnya. Hehehe. Pasti keren, jadi bisa melihat wujud nyata dari para pahlawan super dan penjahat. Terlebih pahlawan dan penjahat dalam novel ini unik-unik walau beberapa boleh dibilang mirip seperti tokoh pahlawan super dan penjahat yang ada dalam film superhero.

Dialog dan deskripsi seimbang. Membuat saya larut dalam cerita dan kadang seolah-olah sedang menonton film superhero. Karakter pun dari berbagai negara. Seperti Tsunami yang sang pengendali air yang seorang Jepang dengan nama asli Kasumi Hasegawa. Kelima anggota Dewan memang yang saya ingin sekali bisa melihat visualisasinya. Pasti keren-keren! Kalau dari pihak Anarchists, saya jatuh hati pada sosok Phobia. Saya membayangkannya seperti sosok malaikat maut yang berwujud bayangan hitam dengan sabitnya.

Yang membuat saya sedikit kecewa adalah dengan tebal 612 halaman, novel ini belum sampai pada ending. Masih banyak teka-teki yang bikin penasaran. Oya, satu lagi tokoh yang menarik perhatian dan membuat saya jatuh hati yaitu Max Everhart, adik dari Adrian. Awalnya saya bertanya-tanya kenapa karakter Max dihadirkan. Karena awalnya kayak sekadar tempelan, tapi makin ke belakang makin bikin jatuh hati itu Bandit berumur 10 tahun. Nama alias dari Max adalah Bandit. Bandit kecil yang dalam imajinasi saya adalah sosok yang imut.

Karena pahlawan dan penjahat sama-sama menggunakan nama alias, saya sempat bingung waktu membaca karena kadang disebutkan nama aslinya bukan nama aliasnya. Sampai bolak-balik ke halaman depan untuk membaca siapa sih Blacklight atau Dread Warden itu. Tapi, lama-lama terbiasa juga karena ada penjelasan yang menyertai.

Mungkin nanti bakal ada lanjutan dari novel Renegades. Karenanya di bagian akhir menggantung. Jadi bertanya-tanya siapa agen N. Apakah Ace benar sudah mati atau masih hidup dan bersembunyi di katedral yang terabaikan. Apakah Renegades percaya bahwa Nightmare telah mati dalam duel melawan sekutunya sendiri si Detonator. Mari menunggu kabar selanjutnya dari penulis dan Penerbit Spring.

Jika dibandingkan dengan The Lunar Chronicles, jujur saya lebih suka The Lunar Chronicles daripada Renegades. Bukan berarti Renegades jelek, tidak! Mungkin karena otak saya lebih menyukai dongeng. Hehehe. Kisah Adrian dan Nova seru kok untuk diikuti. Sama-sama malu-malu padahal sama-sama ada rasa. Bikin gemes kan jadinya. Buat penggemar cerita fantasi dan superhero, silahkan baca.

Ada beberapa typo dalam novel ini. Memang tidak mudah mengedit naskah tebal. Wajar jika masih ada typo yang lolos. Selebihnya all good.

Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Selamat membaca.

"Bagaimanapun, orang yang tak punya rasa takut tidak mungkin menjadi pemberani." --Phobia, halaman 602.


Tempurung kura-kura, 03 Agustus 2020.
- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews