Wisata Religi - Ziarah Makam Mbah Mangku Djati
16:22
Wisata Religi - Ziarah Makam Mbah Mangku Djati
Pangeran Majapahit yang menjadi pendiri dan penyebar agama islam di Pakis.
Sama seperti rencana perjalanan ke makam Kyai Ageng Gribig, rencana sowan ke makam Mbah Mangku Djati juga sempat tertunda karena wabah corona yang menginvasi Malang. Bahkan setelah new normal resmi diterapkan, kami belum bisa segera memenuhi panggilan. Rezekinya datang di bulan Agustus. Alhamdulillah lancar mulai dari berangkat hingga pulang.
Makam Mbah Mangku Djati berlokasi di Krajan Timur, Pakiskembar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasinya sangat mudah ditemukan karena tidak jauh dari jalan raya utama. Walau masuk ke dalam gang, tapi tidak terlalu jauh dari jalan utama. Gang menuju makam terletak di sebelah SD Negeri Pakiskembar 1 Pakis. Dari gang masuk kira-kira 300 meter langsung sampai di area makam.
Menurut cerita, Mbah Mangku Djati adalah tokoh yang babat alas atau membuka lahan di daerah Pakis atau pendiri wilayah Pakis. Bukan hanya itu, Mbah Mangku Djati juga disebutkan sebagai penyebar agama islam di wilayah Pakis. Nama asli dari Mbah Mangku Djati adalah RM. Partowirjo. Beliau adalah salah satu pangeran dari kerajaan Majapahit. Sebagai penyebar agama islam, Mbah Mangku Djati dikenal dengan nama Syeh Maulana Rosidul Ibad Al Majafia.
Bagi saya ini adalah perjalanan pertama, sowan pertama kalinya ke makam Mbah Mangun Djati. Jika biasanya saya pergi sendirian atau berdua saja, kemarin kami berangkat berempat. Alhamdulillah perjalanan lancar dari berangkat walau sempat terpisah dan salah masuk gang. Gang yang benar adalah yang berada tepat di samping SDN Pakiskembar 1. Gang setelahnya memang bisa menuju makam, tapi tidak ada akses untuk motor. Jadi jika hendak berkunjung ke makam, lewat gang yang berada tepat di sebelah SD saja ya.
Tidak ada area parkir, tapi motor atau mobil bisa diparkir di tepi jalan atau di area lahan kosong di dekat area makam. Lokasi makam berada tepat di depan pintu masuk. Ketika sampai, kami disambut oleh Bapak Juru Kunci makam dengan ramah. Cara beliau berbicara unik sekali. Kayak kami tuh teman lama beliau. Jadi tidak ada kecanggungan sama sekali, yang ada masalah suasana akrab seperti teman lama yang baru bertemu kembali.
Bangunan yang menaungi makam lumayan besar dan mewah. Di dalam bangunan hanya ada satu makam yaitu makam Mbah Mangku Djati. Area di dalam makam luas dan bersih. Tidak ada larangan untuk mengambil foto atau video. Larangannya adalah peziarah tidak boleh rebahan atau tiduran di dalam area makam. Saya mengambil foto dan video setelah meminta izin pada Bapak Juru Kunci.
Di dalam bangunan juga terdapat tulisan yang menjelaskan tentang informasi Mbah Mangku Djati mulai dari nama asli hingga nama julukan dan tanggal wafat.
Seperti yang saya tulis di atas, Bapak Juru Kunci makam sangat ramah dan bersahabat. Memperlakukan kami seolah kami peziarah yang sudah sering mengunjungi makam. Kalau saya memang baru pertama kali, tapi rekan saya sudah beberapa kali berziarah. Ketika rekan saya meminta tolong untuk dibukakan pintu masuk ke bangunan makam Mbah Mangku Djati, dengan santainya Bapak Juru Kunci berujar, "Wadah! Koyok nggak tau rene ae. Lhak maleh ngadek aku!" (Seperti tidak pernah ke sini aja. Saya kan jadi harus berdiri).
Memang bapaknya lagi duduk-duduk santai di teras saat kami datang. Walau berujar begitu, Bapak Juri Kunci tetap bangkit dari duduknya dan membuka pintu untuk kami.
Selesai ziarah, rekan saya meminta izin untuk mengambil foto dan video. Alhamdulillah diizinkan. Lalu, sebelum pulang kami diberi sabun cuci pakaian berjumlah empat. Masing-masing satu. Rekan saya bertanya kenapa sabun cuci tersebut diberikan kepada kami. "Buat cuci baju, biar ndak amis lagi."
Kami merenunginya. Apa mungkin selama ini kami kurang bersih dalam mencuci baju. Lalu, kami pun pamit. Namun, sebelum kami pergi, Bapak Juru Kunci kembali menyeletuk, "Hey, kamu Bu Camat ya?"
Kami menghentikan langkah dan kembali menatap Bapak Juru Kunci. Tatapan beliau tertuju pada saya. Membuat saya bingung, lalu menuding hidung saya sendiri dan berkata, "Saya?"
"Iya, kamu!"
Eh? Saya bingung dong!
"Pakai kacamata. Hahaha." Bapak Juru Kunci tergelak.
Astaga! Bikin kaget saja. Hehehe. Tapi, terima kasih doanya, Bapak.
Terima kasih, Tuhan, untuk kelancaran perjalanan kami.
Silahkan tonton video Wisata Religi - Ziarah Makam Mbah Mangku Djati
Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Tempurung kura-kura, 18 Agustus 2020.
- Kurayui -
0 komentar