Review Novel Wanita Dalam Lukisan Rose Madder
05:21Wanita Dalam Lukisan Rose Madder
"Dan ingat, aku akan memberi balasan!"
Selama 14 tahun pernikahannya bersama Norman, Rose mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Walau Norman seorang polisi, ia selalu bertindak kasar pada Rose. Suatu hari Rose melihat setitik darah di seprai di kamar tidurnya dan mendapat keberanian untuk melarikan diri. Rose memutuskan untuk kabur dari rumah dengan membawa kartu ATM milik Norman.
Norman yang menyadari Rose kabur dengan membawa ATM miliknya marah besar. Ia tidak bisa tinggal diam dan membiarkan istrinya yang kurang ajar membodohinya. Sebagai polisi, tak sulit bagi Norman untuk melacak keberadaan Rose. Namun, Rose yang dijumpainya tak lagi sama. Rose bukanlah wanita penakut yang selalu pasrah atas segala tindakannya. Rose telah mendapatkan kehidupan baru yang lebih baik dan memilik kekuatan misterius dari sebuah lukisan usang bernama Rose Madder yang ia beli dari sebuah toko gadai. Norman dan Rose kembali bertemu, bertarung untuk hidup atau mati.
Novel ini saya dapat dari Kak Riskaninda Maharani di tahun 2017, tapi baru kelar dibaca di tahun 2022. Ya ampun, Kura! Ke mana aja kamu? Lima tahun baru dibaca? Parah! Entahlah. Apa yang terjadi hingga harus menunggu lima tahun lamanya untuk membaca novel ini. Maafkan saya. Heuheuheu.
Terima kasih Kak Riska, telah memercayakan novel kece ini untuk saya adopsi. Seingat saya waktu itu beli salah satu karya Kak Riska, trus pas dateng dapat bonus banyak sekali termasuk novel kece ini. Kalau tebal gini disebutnya bukan novel ya, tapi kitab. Hehehe. Lumayan tebal karena jumlahnya ada 768 halaman.
Berkisah tentang Rose Daniels yang hidup dalam siksaan suaminya yang gila bernama Norman Daniels. Norman seorang polisi, tapi tidak waras dan memiliki hobi menyiksa Rose. Bahkan ulah norman sampai membuat Rose keguguran, patah tulang, mengalami gangguan pada ginjal dan masih banyak lagi. Suatu hari, saat menghabiskan waktu untuk beristirahat, Rose melihat ada setitik darah di seprai di kamarnya. Darah itu membangkitkan satu sisi dalam diri Rose yang sudah lama tertidur, sosok Rose yang pemberani. Setelah berperang dengan dirinya sendiri, Rose akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumah dengan membawa ATM milik Norman. Walau tahu Norman akan segera menyadari tindakannya, Rose tetap bergerak maju dan meninggalkan rumah bahkan kota tempatnya tinggal.
Norman meledak karena amarah ketika menyadari istrinya menghilang, kabur dari rumah terlebih dengan membawa ATM miliknya. Ia merahasiakan kepergian Rose dan diam-diam melakukan perjalanan untuk mengejar Rose. Sebagai polisi, tentu tak sulit baginya untuk melacak ke mana Rose pergi. Ia berhasil menemukan kota tempat Rose pergi dan mulai melakukan pencarian. Di luar dugaannya, mencari Rose yang penakut tak semudah perkiraannya. Norman membabi buta hingga melakukan empat pembunuhan di kota itu demi mendapatkan Rose kembali.
Baca novel ini berhasil ikutan dugeun-dugeun aka deg-degan. Dari saat Rosie/Rose memutuskan untuk kabur, berasa ikutan jalan di samping dia, ikutan ngrasain was-wasnya, ikutan ngrasain bingungnya pas nyampek terminal. Sebagai orang yang amat jarang sekali pakek banget keluar rumah, merasa bisa memahami banget perasaan Rosie yang tetiba harus keluar rumah padahal sebelumnya ia hanya melihat dunia dari televisi atau surat kabar yang dia baca. Ikut merasa panik dan ngeri-ngeri gimana gitu. Berasa ikut ngrasain emosi dan bagaimana sulitnya Rosie beradaptasi di dunia barunya setelah orang baik bernama Peter Slowik membantunya dan membuatnya menemukan Daughters and Sisters. Berkat kemurahan hari Anna Stevenson, Rosie mendapat tempat di Daughters & Sisters bahkan mendapat teman dan pekerjaan baru. Rosie akhirnya bebas dan mendapat kehidupan baru yang lebih baik.
Novel ini ditulis dengan dua sudut pandang yaitu sudut pandang Rosie dan Norman. Pas baca bagian Norman bawaannya emosi dan dalam hati ngumpat, ini orang gila beneran gila! Dibikin kesel sama pemikiran-pemikirannya yang nggak normal. Tegangnya dapet banget, terlebih pas Norman berhasil mengejar ke kota tempat Rosie tinggal. Sebelnya pun makin menjadi karena Norman yang hilang kewarasan membunuh lima orang di kota itu termasuk Peter dan Anna. Paling nggak rela itu pas Pammy mati. Dia baik banget sama Rosie. Waktu duel ama Gert, khawatir Gert dibikin mati juga. Alhamdulillah nggak. Suka banget ama gimana cara Gert memperlakukan Norman. Tapi nyesek baca nasib Cynthia yang jadi korban Norman walau nggak sampai meninggal. Karakter Cynthia ini mengingatkan saya pada karakter Jenna dalam novel Hex Hall. Mungkin karena mereka sama-sama mungil kali ya. Seingat saya penampilan Jenna juga mungil dan menyenangkan.
Puncak ketegangan saat Norman berhasil menemukan Rosie dan bertarung hingga membawa keduanya ke dunia di balik lukisan Rose Madder. Awalnya saya pikir itu cuman khayalan Rosie lho! Tentang dunia di balik lukisan. Ternyata emang beneran ada dan sosok Rose Madder benar-benar mengejutkan setelah ditampilkan sosok sebenarnya. Jadi keinget salah satu film Jepang yang pernah saya tonton di televisi yang hantunya wanita tapi laba-laba. Imajinasi saya tentang Rose Madder kurang lebih seperti itu.
Sampai akhir cerita saya masih berharap bahwa Rose Madder adalah Rosie, tapi itu nggak saya temukan hingga akhir. Namun di bagian akhir cerita memberi gambaran tentang risiko, konsekuensi yang harus ditanggung Rosie karena menggunakan kekuatan Rose Madder dan berani mengangkat wajah bahkan setelah diingatkan Dorcas agar tak melakukan hal itu.
Sisi gelap dan kejinya dapat, tapi ada manis-manisnya saat Rosie bertemu Bill Steiner dan saling jatuh cinta. Bill tipikal cowok yang kalau udah jatuh hati jadi bucin dan ngejaga banget ke ceweknya. Kalau dipikir-pikir, karakter dalam novel ini banyak sisi gelapnya termasuk Anna yang selalu terlihat kalem dan anggun.
Terima kasih Kak Riska yang udah memperkenalkan novel apik ini pada saya. 768 halaman yang penuh warna mulai dari tegang sampai romansa yang bikin senyum sendiri pas membaca.
0 komentar