Review Film Bollywood Jana Gana Mana (2022)

05:57

 Jana Gana Mana



Gerakan mahasiswa menuntut keadilan untuk kasus pembunuhan tragis yang menimpa dosen kesayangan mereka.


• Judul: Jana Gana Mana

• Sutradara: Dijo Jose Antony

• Penulis: Sharis Mohammed

• Produser: Supriya Menon, Listin Stephen

• Tanggal rilis: 28 April 2022

• Durasi: 165 menit

• Pemeran:

  - Prithviraj Sukumaran: Aravind Swaminathan

  - Suraj Venjaramoodu: Sajjan Kumar

  - Mamta Mohandas: Saba Mariyam


Ditemukannya sesosok mayat wanita yang terbakar menggemparkan masyarakat yang kemudian diidentifikasi sebagai Saba Mariyam (Mamta Mohandas), seorang profesor di sebuah universitas di India. Disebutkan Profesor Saba diperkosa dan dibunuh dengan keji, membuat mahasiswa yang menyayanginya terbakar amarah dan bergerak untuk menuntut keadilan. Namun, polisi datang menyerbu kampus dan terjadi bentrok dengan mahasiswa. Berita semakin memanas di sosial media dan protes besar-besaran pun terjadi. Seorang polisi bernama Sajjan Kumar (Suraj Venjaramoodu) ditugaskan untuk memulai penyelidikan dan meredam kekacauan. Sajjan berjanji pada keluarga Saba bahwa ia akan membawa pelaku dalam waktu 30 hari. Sayangnya, pelaku ditembak mati sebelum menghadapi pengadilan. Kemarahan publik kembali memuncak dan persidangan digelar dengan dalih pelanggaran HAM.


Saya tahu film ini karena ramai di Twitter. Kalau nggak salah ingat, waktu itu ada akun besar yang membuat thread berupa review dari film ini. Sayangnya belum selesai membaca, thread-nya hilang karena saya lupa tidak simpan link-nya. Dari membaca singkat thread tersebut dibuat tertarik dan udah masukin list film yang pengen ditonton. Setelah muncul satu thread tersebut, banyak thread serupa bermunculan. Kemudian salah satu teman turut membuat review singkat dan jujur review teman saya itu sempat membuat saya berpikiran untuk mundur aja, ndak jadi nonton. Kami diksusi sejenak tentang film tersebut, lalu ya balik ke keputusan saya emang, mau nonton atau tinggalin aja. Karena jujur ya, nonton film India itu artinya kita harus meluangkan lebih banyak waktu sebab durasinya yang selalu panjang. Rata-rata 2.5-3 jam kan durasinya. Kenapa sempat kepikiran untuk mundur? Karena teman saya memberikan review agak berbeda dari kebanyakan review yang wara-wiri di Twitter. Tapi, setelah diskusi, saya memutuskan untuk menunda dulu rencana nonton hingga saya benar-benar merasa pengen lagi. Hingga kemarin ada waktu cukup luang dan saya bingung mau ngapain lalu keinget film ini dan akhirnya nonton.

Bagaimana setelah nonton? Kecewa kah? Jawabannya, nggak! Sama sekali nggak kecewa. Bener kata temen saya, kadang kita itu terbawa arus review yang kita baca sedang bagaimana film itu bagus, menarik atau jelek adalah tergantung selera yang nonton juga. Sebagus apa pun film kalau bukan selera yang nonton ya bakalan dibilang kurang bagus atau bahkan jelek. Saya nggak kecewa akhirnya milih nonton film ini dan menurut saya, waktu 2.5 jam lebih, terbayar karena filmnya bagus.



Adegan awal membuat saya agak bingung. Setelah menampilkan sosok pria yang dipenjara, langsung loncat ke adegan seorang pria yang pulang kerja naik motor sambil nelpon trus kecelakaan dan melihat kebakaran. Lalu, loncat lagi adegan di rumah sakit, ada anak kecil sedang diperiksa dokter dan disarankan harus melakukan CT scan. Lalu, meloncat lagi ke penemuan sosok mayat perempuan yang dibakar hingga hangus yang kemudian jadi berita menghebohkan hingga viral di seluruh India. Dari awal udah disuguhi teka-teki yang membuat saya harus jeli nontonnya. Mana udah amat sangat jarang sekali pakek banget nonton film India dan para pemeran dalam film ini semua wajah baru bagi saya, sempet bingung juga karena wajah karakternya kayak mirip-mirip. Untungnya nonton di kamar jadi bisa fokus dan nonton dengan tenang. Hehehe.

Setelah penemuan mayat itulah adegan per adegan mulai bisa saya ikuti tanpa kebingungan. Tapi, emosi udah dipermainkan dari awal nih. Tepatnya sejak identitas jenazah diketahui yaitu Profesor Saba Mariyam (Mamta Mohandas). Dosen cantik yang di berita disebutkan diperkosa, lalu dibunuh dengan cara keji yaitu dibakar hingga hangus dan tidak bisa dikenali.


Jenazah Prof. Saba sudah dikonfirmasi oleh ibunya, Shabana Mariyam (Shari) yang dibawa ke lokasi penemuan mayat oleh polisi. Dari barang-barang yang tersisa, sang ibu langsung mengenali jika jenazah tersebut adalah anak sulungnya.


Emosi penonton semakin diaduk ketika diadakan penghormatan untuk Prof. Saba digelar di kampus. Salah satu petinggi kampus, Pavan Shetty (Raj Bal) menyampaikan pidato yang kurang pas hingga membuat mahasiswa yang menyayangi Prof. Saba marah.


Gerakan mahasiswa dipelopori oleh Gouri Lakshmi (Vincy Aloshious). Usai melakukan pidato singkat di acara penghormatan untuk Prof. Saba, ia turun ke halaman kampus untuk meneriakan tuntutan keadilan. Rekan-rekannya turut turun ke halaman kampus yang kemudian terjadi bentrok dengan polisi. Gouri pula yang melakukan siaran langsung di sosial media saat ia dan rekan-rekannya bentrok dengan polisi.


Tindakan Gouri dan rekan-rekannya menyulut api hingga banyak dukungan untuk memperjuangkan keadilan bagi Prof. Saba. Hingga ditunjuklah seorang petinggi polisi bernama Sajjan Kumar (Suraj Venjaramoodu) untuk menyelidiki kasus Prof. Saba dan menenangkan massa. Tindakan Sajjan yang cepat dan tak mengenal takut berhasil menarik simpati dan menenangkan massa. Terlebih saat ia berhasil menangkap empat pelaku pembunuhan. Namun, tiba-tiba Sajjan memutuskan untuk membunuh keempat pelaku tanpa harus menjalani proses pengadilan. Lagi-lagi tindakan Sajjan berhasil menarik simpati massa dan mendapat dukungan. Namun, karena dianggap melanggar HAM, Sajjan harus menghadapi proses pengadilan.


Di pengadilan, pihak Sajjan dan seluruh massa termasuk mahasiswa dan keluarga Prof. Saba yang mendukungnya harus berhadapan dengan Aravind Swaminathan (Prithviraj Sukumaran) selaku pembela dari empat penjahat yang ditembak mati. Suasana sidang memanas karena Aravind terus melakukan serangan dengan pertanyaan dan pernyataan yang membuat hal yang dipercayai sebagai fakta mulai terlihat kabur.


Film ini menuntut konsentrasi penuh saat menonton karena sepanjang film diputar, selain adegan yang bikin nyesek--saya terus mewek di adegan-adegan awal saat memperlihatkan tragisnya nasib yang dialami Prof. Saba--sepanjang film penuh ketegangan. Istilahnya serius sepanjang menonton. Genre-nya emang thriller, jangan ngarep diajak santai-santai.

Hujan plot twist di mana-mana. Mengejutkan semua plot twist-nya. Sempet nebak-nebak sih, Prof. Saba ini dibunuh apa karena SARA? Beliau muslim dan di media sering kita temui bagaimana muslim di India kadang mendapat perlakuan kurang adil. Terlebih dalam pidatonya, si petinggi kampus ngomong 'dikenal dari pakaiannya'. Nggak hanya itu, karena petinggi kampus yang bersikap 'dingin' atas apa yang menimpa Prof. Saba, jadi kepikiran teori baru lagi, jangan-jangan pelaku pembunuhan adalah suruhan dari pihak kampus. Bisa jadi ada kejanggalan di kampus dan Prof. Saba yang terkenal baik dan dekat dengan anak didiknya berusaha membongkar kejanggalan tersebut. Plot twist-nya bikin melongo. Nggak terduga sama sekali walau beberapa teori yang sempet hadir di kepala ada nyerempet-nyerempet dikit.


Menggambarkan kehidupan zaman sekarang yang mana sosial media sangat berperan untuk menggiring opini dan kepercayaan massa. Gampangnya massa terpancing sebuah postingan viral dan peran media untuk menyebarkan isu dan fakta. Di balik sebuah berita, ada skenario yang sangat rumit. Tapi begitu dilempar keluar, efeknya memang luar biasa. Bisa membuat kita langsung membenci atau bersimpati pada seseorang atau suatu hal.

Kebenaran yang disajikan belum tentu benar. Karena kebenaran bisa diciptakan, tapi kebenaran yang sebenarnya kadang tersembunyi jauh tanpa kita sadari jika tidak mau menyelisik lebih dalam. Fakta disajikan perlahan dengan alur maju-mundur. Walau ada banyak adegan kembali ke masa lalu, tidak membingungkan karena disajikan secara urut.


Mengabaikan semua plot twist, apa yang dialami Prof. Saba benar-benar tragis. Pantas kalau anak didiknya marah hingga menuntut keadilan, karena emang sebaik itu Prof. Saba yang nggak segan membela anak didiknya yang mendapat ketidakadilan di kampus tempat mereka menimba ilmu. Selama ini mikir dunia pendidikan di Korea itu kejam, ternyata di India pun nggak kalah ngeri sampai ada banyak kasus mahasiswa bunuh diri.

Menurut saya film ini apik. This movie is really keren! Emosi penonton beneran diaduk-aduk. Pas adegan sidang, suer dibuat kesel ama tindakan Aravind. Sampai tega memojokan ibunya Prof. Saba yang sedang berduka. Tapi, plot twist tentang sosok Aravind malah bikin saya jatuh hati sama karakter ini.


Waktu kelar nonton sempet mbatin, ending-nya kok gini sih. Tapi, setelah nyari-nyari info, katanya bakalan ada sekuelnya. Setelah membaca informasi tersebut, jadi mewajarkan kalau ending-nya dibuat begitu dan mari menunggu sekuelnya rilis. Tahun depan mungkin ya.

Wajar film ini viral dan dapat banyak pujian, emang apik. Hal-hal yang sebenernya ada di sekitae kita dikemas dengan konflik yang rumit dan sukses bikin emosi, tapi eksekusinya cukup memuaskan. Saya sendiri jadi ngarep sekuelnya segera dirilis. Hehehe. Pecinta film thriller dengan hujan plot twist baiknya nonton deh. Adegan nyesek didukung soundtrack yang nyesek juga jadi klop menimbulkan kesan sendu dan tragisnya. Lagunya banyak yang enak walau sad song.

Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.

Sumber poster: IMDb dan Studio Flicks


Tempurung kura-kura, 12 Juli 2022.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews