Manisnya Jenang Sapar Yang Sarat Makna Tentang Kehidupan

04:33

 Filosofi Jenang Sapar



Jika bulan Suro ada jenang suro, bulan Sapar pun ada jenang sapar. Bedanya, kalau jenang suro bisa ditemui setahun sekali saat bulan Suro saja, jenang sapar kita bisa makan kapan saja karena banyak orang yang jualan.

Nama lain jenang sapar adalah jenang grendul. Berwarna coklat dan ada bagian yang dibentuk bola-bola kecil disajikan dengan kuah santan kental. Rasanya manis dan gurih, berbeda dengan jenang suro yang memiliki rasa asin dan gurih. Selain itu bahan dasar yang digunakan pun berbeda, jika jenang suro menggunakan beras, jenang sapar menggunakan tepung ketan. Tekstur jenang sapar agak lengket karena terbuat dari tepung ketan. Rasanya manis otentik karena menggunakan pemanis berupa gula jawa. Ketika digigit terasa kenyal, juga lembut.

Jenang sapar dibuat pada bulan Sapar, merupakan salah satu tradisi dalam masyarakat Jawa. Jenang sapar biasanya dibagikan pada sanak saudara dan tetangga. Menurut cerita turun temurun, orang yang pertama kali mencetuskan pembuatan jenang sapar di bulan Sapar adalah Sunan Kalijaga.

Sama seperti jenang suro, jenang sapar pun memiliki makna yang berhubungan dengan kehidupan.


Karena terbuat dari tepung ketan dan gula jawa, jenang sapar memiliki warna merah kecoklatan. Warna merah dari jenang sapar melambangkan darah. Santan kental berwarna putih melambangkan pegangan hidup atau fondasi kehidupan yaitu agama. Baiknya dalam hidup selalu berpegang teguh pada agama agar selamat di dunia dan akhirat.

Jenang sapar merupakan gambaran siklus kehidupan manusia, bagaimana kehidupan bermula hingga akhir. Manusia yang berasal dari tanah pun akan kembali ke tanah.

Dalam jenang sapar ada bagian yang berbentuk bulat. Bola-bola kecil berbentuk bulat adalah simbol siklus kehidupan. Bahwa hidup ada kalanya di atas dan di bawah, karena lingkaran atau roda kehidupan selalu berputar.


Jenang sapar dibuat dengan bahan dasar tepung ketan, membuat teksturnya jadi lembek dan lengket. Lengket atau lekat bermakna kehidupan dalam masyarakat yang berbeda-beda, namun tidak menjadi penghalang untuk saling membantu dan bersosialisasi. Hidup berdampingan dengan harmonis dan damai.

Membagikan jenang sapar pada sanak saudara dan tetangga adalah tradisi untuk menyambung dan mempererat tali silaturahmi. Dalam hidup baiknya tak lelah berbuat baik pada sesama dan tak memutus tali silaturahmi.

Sama seperti bulan Suro, bulan Sapar dipercaya sebagai bulan yang banyak kejadian buruk akan terjadi. Selain wujud rasa syukur, membuat jenang sapar juga memiliki tujuan untuk tolak balak. Berdoa pada Tuhan agar dijauhkan dari segala mara bahaya.

Sekian ulasan tentang filosofi jenang sapar. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Rahayu.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews