Terima Kasih 2021 Yang Super Wow, Selamat Datang 2022

03:10

 Semangat Para Pejuang Anxiety! Kita Pasti Bisa!



Nggak terasa tahun udah berganti. Tahun 2021 telah berlalu dan terganti tahun 2022. Berasa nggak sih kalau tahun 2021 itu kayak sekejap mata aja? Kayak baru kemarin pergantian tahun, eh tetiba udah ganti tahun lagi. Apa kabar di tahun 2021? Target yang dibuat udah terpenuhi? Semoga udah ya! Kalau belum, semoga terpenuhi di tahun ini. Aamiin.

Kali ini saya nggak akan membahas tentang resolusi, tapi lebih tentang menengok ke belakang, ke tahun 2021 yang baru saja pergi. Karena di tahun 2021 komunikasi dengan teman-teman seperjuangan yang sempat terputus jadi nyambung lagi gara-gara anxiety pada kambuh.

Seperti yang kita tahu, di tahun 2021 pandemi belum berakhir. Malah sempat meningkat tajam dengan angka kematian yang sangat banyak. Setiap hari isinya berita duka. Di tempat saya tinggal pun tiap hari mendengar berita duka, pengumuman orang meninggal dunia. Situasi yang benar-benar menguji para pejuang anxiety.


Tidak hanya itu, bencana pun tak hentinya terjadi di Indonesia. Di Malang sendiri, pada bulan Maret juga terjadi bencana. Gempa bumi yang juga dirasakan di tempat tinggal saya dan sempat membuat anxiety kambuh.  Sharing lengkapnya bisa dibaca di sini. Bulan Desember terjadi bencana lagi yaitu erupsi Gunung Semeru. Dibanding gempa pada bulan Maret, saat erupsi Gunung Semeru di tempat saya tidak merasakan tanda-tanda seperti gempa. Di hari kejadian di tempat saya tinggal hujan sangat deras. Sempat terdengar suara dentuman seperti suara guntur, tapi tidak ada kilat. Baru tahu jika Gunung Semeru erupsi dari Twitter. Postingan tentang situasi di lokasi kejadian berseliweran. Karena saya tinggal di lereng Gunung Semeru, jadi ikutan panik juga. Terlebih ada imbauan agar siaga termasuk di Kabupaten Malang.

Dulu saat Gunung Semeru erupsi, desa tempat saya tinggal sempat terdampak hujan abu yang lumayan parah hingga merusak tanaman pertanian. Saya pun terus meyakinkan diri sendiri bahwa kemungkinannya pun akan demikian pada erupsi kali ini. Tapi yang namanya overthinking, parno, jadinya was-was dan takut terus. Alhamdulillah di desa tempat tinggal saya aman dan tidak terdampak.

Sebenarnya komunikasi dengan rekan-rekan sesama pejuang GERD dan Anxiety jadi aktif terjalin lagi mulai tahun 2020 sejak pandemi ditetapkan. Namun di tahun 2021 jadi makin aktif karena banyak yang kambuh lagi. Kami saling bercerita tentang kekambuhan masing-masing dan beberapa rekan ada yang nanya ke saya, gimana cara kamu bertahan di tengah situasi yang kayak gini?

Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi tentang bagaimana melawan Anxiety yang beberapa kali menghampiri di tahun 2021 dan bagaimana cara yang saya tempuh untuk berdamai dengan keadaan.

Orang normal aja jadi panik ketika dihadapkan dengan bencana, apalagi kita yang hidup berdampingan dengan gangguan kecemasan atau Anxiety. Saat serangan panik muncul, langkah pertama yang saya lakukan adalah mencari tempat yang nyaman untuk menenangkan duduk diri. Mulai mengatur napas menggunakan metode 4-7-8 yaitu 4 hitungan tarik napas, 7 hitungan tahan napas, dan 8 hitungan mengembuskan napas, hingga kondisi kembali tenang. Mencium minyak kayu putih, lalu minum air putih. Proses ini biasanya nggak butuh waktu lama. Tapi, sensasi pasca serangan panik yang biasanya lumayan lama. Karena tubuh jadi siaga dan was-was yang bikin capek dan nggak jarang jadi insomnia. Pada saya biasanya bisa sampai seminggu. Sensasi pasca kejadian inilah yang lumayan mengganggu.

Berikut adalah cara-cara yang saya terapkan untuk mengatasi gejala pasca serangan panik agar bisa berdamai dengan keadaan.


1. Bersandar kepada Tuhan



Ini adalah kunci utama. Kepada siapa lagi kita bersandar dan meminta pertolongan jika bukan kepada Tuhan? Semua yang terjadi atas kehendak Tuhan, maka kepada Tuhan lah kita bersandar untuk meminta kekuatan dan perlindungan. Semakin kita mendekatkan diri, maka akan semakin kuat, tenang, dan aman. Kencengin doa dan terus mepet sama Tuhan, insyaallah kita akan aman dan tenteram.


2. Berpikir positif dan tetap aktif beraktivitas



Perasaan was-was memang membuat lelah fisik dan mental, tapi menghabiskan waktu dengan hanya berdiam diri bukanlah solusi. Terus berpikir positif dan optimis, serta tetap beraktivitas seperti biasa lebih membantu dibanding hanya berdiam diri. Ketika kita menyendiri dan diam, maka pikiran akan berkelana dan semakin kacau. Jika kita tetap beraktivitas, maka tubuh dan pikiran akan sibuk. Bekerja seperti biasa dan jangan lupakan olah raga. Hindari apa pun itu yang bisa memberi dampak buruk untuk pikiran kita contohnya berita-berita tentang bencana alam. Konsumsi secukupnya saja, jangan berlebihan.


3. Istirahat yang cukup dan rutin meditasi



Ketika tubuh siaga dan was-was, seringnya kita menjadi kurang istirahat karena insomnia. Walau demikian, kita harus tetap berusaha agar mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Jika ada kesempatan, istirahatkan tubuh saat banyak orang yang terjaga. Jika malam insomnia, gunakan untuk mendekatkan diri pada Tuhan, ibadah malam agar hati dan pikiran tenang.

Jika hal tersebut di atas masih sulit untuk dilakukan, maka rutinlah bermeditasi. Ini adalah istirahat terbaik yang memberi manfaat untuk tubuh dan pikiran.


4. Jangan sampai lapar!



Tubuh yang siaga dan was-was membutuhkan banyak energi, karenanya jangan sampai kelaparan. Makan tepat waktu dengan porsi yang tepat. Pilih menu favorit untuk menggugah selera makan.


5. Jaga tubuh untuk tetap terhidrasi



Makan teratur akan membawa hasil maksimal jika dibarengi dengan konsumsi air yang cukup sesuai kebutuhan tubuh. Penuhi kebutuhan air tubuh karena dehidrasi atau kurang asupan air bisa memberi dampak kurang baik pada tubuh dan memperburuk situasi kita yang sedang berjuang melawan sisa-sisa kecemasan.


6. Siapkan tas siaga bencana



Belakangan yang harus kita waspadai adalah bencana alam, tidak ada salahnya menyiapkan tas siaga bencana. Hal ini dapat memberi efek bahwa kita adalah sosok yang kuat dan siap siaga menghadapi apa pun yang nantinya akan terjadi. Bahkan pada rekan hal ini menjadikan mereka tenang.


7. Berpasrah pada Tuhan



Jika semua usaha sudah dilakukan, tinggal berpasrah pada Tuhan. Semua terjadi atas izin Tuhan, Tuhan pula yang akan menguatkan dan memberi kita pertolongan.


Itulah cara-cara yang selama ini saya terapkan untuk berdamai dengan keadaan, meredam gejala pasca serangan panik. Semoga bermanfaat.


Tempurung kura-kura, 01 Januari 2022.

- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews