Kembang Boreh Lengo Sapi
05:03Mengenal Tradisi Masyarakat Jawa Untuk Rojo Koyo
Jawa terkenal dengan banyaknya tradisi yang wariskan secara turun-temurun. Sebelumnya saya pernah membahas tentang perbedaan tradisi Lebaran di daerah tempat saya tinggal dengan daerah lain. Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas salah satu tradisi dalam masyarakat Jawa--khususnya di daerah tempat tinggal saya--yang digelar bersamaan dengan perayaan Riyoyo Lontongan.
Saat Riyoyo Lontongan atau Kupatan yang digelar mulai hari keenam pada bulan Syawal yang ditandai dengan membuat kupat, lepet, lontong berserta sayur mayurnya, ada satu tradisi yang sampai saat ini masih dijalankan oleh masyarakat Jawa, terutama bagi yang punya rojo koyo. Rojo koyo? Apa sih itu?
Rojo adalah raja dan koyo adalah kaya dalam bahasa Jawa. Kalau diartikan per kata memang memiliki arti raja dan kaya. Tapi, rojo koyo dalam masyarakat Jawa adalah hewan ternak seperti sapi dan kambing. Makna dari rojo koyo sendiri adalah simbol kekayaan dari sang pemilik. Tidak hanya simbol kekayaan, hewan ternak seperti sapi juga memberi manfaat banyak bagi manusia seperti membantu proses pertanian. Dagingnya bisa dimakan, kulitnya bisa dimanfaatkan, bahkan kotorannya pun masih memberi manfaat karena bisa menyuburkan tanah.
Nah, bersamaan dengan Riyoyo Lontongan atau Kupatan, masyarakat Jawa yang memiliki ternak biasanya menggelar tradisi untuk rojo koyo yang mereka miliki sebagai wujud dari rasa terima kasih serta perawatan tahunan. Biasanya ketupat akan dikalungkan pada leher sapi, lalu sapi dimandikan dengan kembang boreh lengo sapi. Kembang boreh lengo sapi? Apalagi itu?
Kembang boreh di sini sama dengan kembang boreh yang biasa digunakan untuk nyekar. Berisi rajangan daun pandan, bunga kenanga, bunga sundel atau sedap malam, dan bunga warna merah--bisa bunga asoka, balsam, atau mawar. Yang membedakan adalah kembang boreh lengo sapi tidak diberi boreh melainkan diberi lengo sapi. Lengo sapi dibuat dari bahan khusus salah satunya adalah daun jati. Biasanya saat proses pembuatan berwarna merah dan setelah dingin warna akan memudar. Teksturnya sedikit berminyak dan berbau harum vanili. Kembang boreh lengo sapi digunakan untuk memandikan rojo koyo.
Di zaman modern, definisi rojo koyo berkembang tidak hanya pada hewan ternak, tapi juga pada motor dan mobil. Mungkin karena dianggap sebagai alat yang juga membantu manusia dalam bekerja di dunia mondern ini, karenanya beberapa orang yang memiliki motor dan mobil turut memandikan tunggangan mereka. Untuk memandikan motor dan mobil biasanya menggunakan kembang telon wangi atau wungkulan yang terdiri dari bunga kenanga, bunga sundel atau sedap malam dan kembang gading atau lecari yang diberi minyak wangi khusus. Tradisi memandikan kendaraan ini biasanya juga dilakukan saat baru membeli kendaraan sebagai wujud syukur dan bersiap menggunakannya agar selalu diberi lindungan dan keselamatan saat berkendara dan juga dilakukan pada pasaran tertentu menurut adat Jawa, juga untuk buang sial semisal kendaraan habis mengalami kesialan.
Bagi yang punya barang pusaka seperti keris, biasanya pemilik juga memandikan benda pusaka miliknya. Kembang yang digunakan adalah kembang wungkulan atau kembang wangi sama seperti yang digunakan untuk mencuci kendaraan.
Demikian bahasan singkat tentang salah satu tradisi dalam masyarakat Jawa yang bertepatan dengan Riyoyo Lontongan atau Kupatan. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Rahayu.
0 komentar